Reza berjalan melewati seorang wanita cantik yang sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu kini menatap Arga dengan penuh kemarahan. Sekarang dirinya baru bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah wanita tersebut.Dengan dua bola mata yang lentik, hidung mungil yang mancung, bibir tipis kemerahan dan pipi yang sedikit cabi, membuat wajah gadis itu terlihat cantik, imut dan sangat menggemaskan. Pantas saja bisa membuat lelaki dingin dan arogan seperti bosnya ini begitu tergila-gila padanya.Dengan raut wajah yang tampak tegang, wanita yang kini sudah tidak memakai masker untuk menutupi wajahnya lagi, terlihat sedang menahan emosi."Oh, jadi ini yang namanya Nayla. Cantik juga, bahkan lebih cantik aslinya dari pada foto yang aku lihat kemarin," batin Reza sembari berlalu pergi meninggalkan kamar.Sedangkan Nayla dengan memasang wajah garangnya hanya terdiam. Sekilas ia melirik laki-laki yang sedang berjalan melewatinya tadi. Kemudian ia kembali menatap tajam ke arah lelaki ta
"Jadilah wanitaku!" ucap Arga tersenyum smirk menatap wanita cantik yang kini tengah menatapnya tajam."Apa kau sudah gila? Jangan harap aku mau menjadi wanita simpenanmu! Aku gak sudi!" Sontak Nayla menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari cekalan pria sombong itu. Ia terlihat sangat marah, dan merasa sangat terhina oleh ucapannya tadi.Namun, Arga masih rerus mencengkram tangannya lalu menarik ke arah dirinya. Sehingga ia kembali memeluk pinggangnya dan mendekatkan wajahnya lagi.Lalu sambil tertawa mengejek ia pun berkata, "Sudahlah Nayla, tak perlu kau berpura-pura jual mahal seperti ini! Kau tinggal sebut saja, berapa nominal yang harus aku bayar agar kau mau menjadi teman ranjangku, huh?""10 juta, 50 juta atau ... 100 juta? Bahkan jika lebih dari itu aku mampu membayarnya."Plakk!Sebuah tamparan yang cukup keras kini mendarat tepat di sebelah pipinya. Membuat lelaki itu tercengang dan langsung melotot tajam ke arahnya.Sungguh dirinya tak menduga kalau wanita terse
Kini Nayla sudah berada di kamar kostannya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, pandanganya pun kosong menatap langit-langit kamar. Ia sedang merenung dan berfikir keputusan apa yang akan ia ambil nanti.Sungguh ia tidak mau jika Arga sampai mengganggu kedua temannya itu. Namun, di sisi lain ia juga tidak akan sudi jika menjadi wanita simpenan lelaki tersebut. Apakah dirinya harus rela merendahkan harga dirinya demi untuk menyelamatkan pekerjaan kedua temannya itu?"Tidak, aku tidak ingin seperti itu. Aku bukanlah wanita jalang yang mau dijadikan sebagai penghangat ranjangnya saja. Aku juga tidak ingin bila dia nanti akan semakin semena-mena terhadapku. Aku harus bisa melawannya. Tapi, bagaimana caranya?""Lagi pula kenapa juga dia menginginkanku sebagai wanita simpanannya? Bukankah dia sudah berbahagia bersama Larissa? Dan bahkan aku dengar-dengar dia juga sudah mempunyai seorang anak, 'kan? Kenapa dia malah sibuk mencari kesenengan di luar rumah?""Arg ... ! Ya Allah, kenapa seper
"Apa?! Di-dipecat, kok bisa?" Nayla terpekik syok. Dengan tidak percaya gadis berlesung pipi itu menatap ke arah dua temannya itu secara bergantian."Ya, aku juga gak tau, An. Tadi tiba-tiba saja aku dipanggil Pak meneger. Lalu dengan tanpa alasan yang jelas, masa aku langsung dipecat begitu saja sih, An," terang Desy."Iya, betul banget aku juga begitu. Dan ternyata bukan hanya kami berdua saja yang dipecat dari hotel itu, An. Tapi ... Salman juga," ujar Wati."Apaa?! Sa-salman juga dipecat?" Nayla semakin bertambah syok saja mendengarnya."Iya." Secara serempak kedua gadis itu mengangguk."Ih ... dasar cowok brengsek! Cowok sialan! Tidak salah lagi, pasti ini adalah ulahnya!" batin Nayla mulai geram. Sambil mengepalkan kedua tangan, ia merasa sangat emosi padanya."Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja! Aku harus ke hotel sekarang juga." Dengan raut wajah yang menegang, ia baru teringat kalau pria itu tadi memberinya waktu untuk berfikir hingga malam tiba.Apabila ia tidak memberikan
"Apa apaan ini? Lepaskan aku!" Nayla yang kaget langsung meronta-ronta."Maaf, Nona. Mohon bekerjasamalah!""Kalian siapa? Dan apa yang akan kalian lakukan padaku? Lepaskan aku!" Gadis berkemeja biru cerah dan bercelana jeans itu masih terus meronta dan berteriak.Sehingga membuat kedua laki-laki itu merasa sedikit panik dan juga ketakutan. Lalu dengan saling melempar pandang, salah satu dari mereka memberikan kode dengan matanya dan mengaggukan kepala.Karena merasa sangat berisik dan takut menarik perhatian orang di sekitar. Akhirnya mereka mengunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius untuk membungkam kesadarannya."Emmm ... !" Sontak kedua bola mata Nayla membelalak lebar dan dengan sekuat tenaga ia terus meronta.Awalnya meronta dengan kuat, lambat laun menjadi lemah. Pandangannya pun menjadi gelap dan akhirnya tidak sadarkan diri.Sembari celingukan dengan segera dua orang itu membawanya masuk ke dalam mobil. Kemudian langsung tancap gas meninggalkan tempat tersebut.Sement
Keesokan paginya.Di pagi yang cerah, langit terlihat sangatlah indah. Dengan sinar mentari berwarna jingga, awan-awan yang bertaburan membentuk pola abstrak dan juga burung-burung berterbangan hilir mudik di atas sana. Membuat pagi ini terasa begitu ceria menyambut orang-orang untuk mengawali harinya.Begitu juga dengan salah satu pemuda tampan yang kini sedang berada di dalam mobil, dengan sangat ceria dan penuh semangat mengendarai mobilnya hendak menuju ke suatu tempat.Begitu sampai di tempat tujuannya, pemuda itu segera turun dari mobil dan bergegas untuk masuk ke dalam sebuah hotel. Lalu ia langsung bergerak menuju ruang resepsionis.Sang petugas resepsionis yang melihat kedatangannya pun segera menyambutnya dengan ramah."Selamat pagi, Tuan. Selamat datang di hotel kami. Ada yang bisa kami bantu?" ucapnya sambil tersenyum ramah."Oh, ya pagi juga, Mbak. Em ... gini saya mau tanya, apakah di sini ada petugas HK yang bernama Anissa?" jawab Daniel. Pria tampan berambut klimis, be
Ceklik!"Sudah bangun?" Suara bariton seorang laki-laki berkemeja hitam itu sontak membuat Nayla sangat syok."Ka-kamu?" pekiknya melebarkan kedua matanya kaget melihat Arga berada di sana. Berarti yang telah menculiknya tadi malam adalah orang suruhanya.Kemudian ia teringat soal peristiwa yang telah dialaminya beberapa hari yang lalu. Seketika ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya, dan melihat ke arah tubuhnya dengan sangat panik.Namun, akhirnya ia bisa merasa lega karena ia masih dalam berpakaian lengkap tidak seperti yang ia duga.Sontak membuat Arga tertawa sinis melihatnya. "Kamu kenapa? Keliatannya panik banget?" ejeknya.Dengan sangat kesal, Nayla balas menatap sinis laki-laki yang sedang berdiri di depan ranjang tempat ia berada."Kenapa kamu menculikku, hah? Apa maumu? Da-dan ini di mana?" teriaknya dengan penuh emosi. Karena lagi-lagi lelaki itu berbuat semaunya sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaannya yang sangat kesal dengan tingkah lakunya itu. Dirinya kini m
"Argh ... a-apa yang telah kau berikan padaku, Brengsek?" ucap Nayla dengan terbata. Tiba-tiba saja tubuhnya mulai merasa kepanasan.Karena pengaruh obat perangsang yang telah dicampurkan di minuman tadi. Tanpa wanita itu sadari, ia mulai melepas pakaiannya sendiri dengan satu per satu. Mulai dari atasan sampai celana jeans' nya pun ia tanggalkan semua. Hingga hanya tersisa dalamannya saja.Lalu dengan wajah yang kemerahan menahan gejolak di jiwanya, ia berjalan sempoyongan menghampiri Arga.Kemudian ia langsung menyambar bibir laki-laki itu dengan sangat brutal dan liar. Seolah ini bukanlah sosok Nayla yang sesungguhnya.Wanita yang biasanya akan selalu kalem dan malu-malu itu, kini berubah menjadi sosok wanita yang begitu agresif.Sedangkan Arga, di sela-sela ciumannya, ia menyeringai jahat. Merasa sangat puas karena rencananya kini mulai berjalan dengan lancar.Mereka masih saling berchiuman dengan sangat rakus menjelajah tiap rongga mulutnya. Saling menyesap dan melumat, merengguk