"Ma-maaf, Tuan. A-anda salah orang. Nama sa-saya bukan Nayla. Nama saya adalah ... A--" Belum sempat Nayla mengelak, terlebih dahulu Arga menyelanya."Anissa, alias Nayla Putri Anissa, bukan?"Degg!Dengan wajah yang tampak kembali syok, gadis itu mendungak menatap laki-laki itu dengan tidak percaya."Hahaha ... kenapa? Kau kaget?" Arga kembali tergelak, sedang menertawakan bagaimana reaksi gadis yang ada di hadapannya ini tampak sangat terkejut mendengar ucapannya."Sudahlah, Nayla! Aku sudah tau siapa dirimu. Nayla Putri Anissa gadis asal kota Jogjakarta yang dulu pernah bekerja di rumah Larissa." Dengan menampilkan seringai jahat, lelaki tersebut mulai membelai lembut wajah pucat gadis itu."Dan ... gadis itu adalah pengantin palsu yang pernah mengantikannya dulu." Arga menatap wanita itu lekat-lekat. Ekpresi wajahnya tampak begitu marah dan seperti telah menyimpan dendam yang sangat lama padanya.Namun, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya dia merasa sangat senang kar
"Aa ...." Nayla kembali terpekik kaget. Karena dengan tanpa terduga ternyata Arga malah menarik tangannya dan langsung memanggul tubuhnya di atas bahu.Sudah seperti karung beras saja, tubuh atletis itu dengan mudah menganggkat tubuh rampingnya yang terasa sangat ringan baginya.Sontak membuat Nayla langsung meronta-ronta. Dengan menggerakkan kakinya, kedua tangannya memukuli punggung kekar laki-laki yang kini tengah mengendongnya dengan paksa.Namun, pukulan itu tak berarti apa-apa baginya. Lelaki itu seolah tak merasa kesakitan sama sekali oleh serangannya ini.Kemudian dengan kasar Arga menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur. Dan dengan cepat ia menindih wanita tersebut."Mulai sekarang, bersiap-siaplah menanggung akibatnya, Nayla!" Arga kembali menyambar bibirnya lagi. Menekannya dan memaksanya untuk mau membalas dan mengimbangi permainnanya.Namun gadis itu masih menutup rapat bibirnya tidak mau membalasnya. Terpaksa Arga menggigitnya, sehingga membuat Nayla pun membuka mulutn
"A-arga?!" Nayla terpekik kaget.Dengan membelalakan kedua mata, gadis cantik yang semula sedang tertidur di atas tempat tidurnya itu langsung terbangun. Kini wajahnya tampak marah dan juga gelisah di saat tau siapa orang yang kini sedang menghubunginya.Tidak usah ditanya, bagaimana pria itu bisa mengetahui nomer teleponnya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh pria itu? Dengan harta yang belimpah dan segala kekuasaan yang ia miliki, tidak ada yang tidak mungkin baginya.Termasuk juga untuk menggali semua informasi tentangnya. Terlebih lagi pria tersebut adalah si pemilik hotel tempat ia bekerja kini. Tentu saja lelaki itu sudah mencari informasi tentangnya di hotel tersebut."Yes, it's me. Ternyata kau sudah mengenali suaraku, Sayang?" Arga terkekeh sengaja ingin mengejeknya."Apa maumu?" tanya Nayla geram."Hahaha ... aku sangat suka dengan orang yang to the poin sepertimu, Sayang.""Sudahlah, jangan banyak omong! Sebenarnya apa maumu sekarang?" bentak Nayla yang sudah tampak emosi.
Reza berjalan melewati seorang wanita cantik yang sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu kini menatap Arga dengan penuh kemarahan. Sekarang dirinya baru bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah wanita tersebut.Dengan dua bola mata yang lentik, hidung mungil yang mancung, bibir tipis kemerahan dan pipi yang sedikit cabi, membuat wajah gadis itu terlihat cantik, imut dan sangat menggemaskan. Pantas saja bisa membuat lelaki dingin dan arogan seperti bosnya ini begitu tergila-gila padanya.Dengan raut wajah yang tampak tegang, wanita yang kini sudah tidak memakai masker untuk menutupi wajahnya lagi, terlihat sedang menahan emosi."Oh, jadi ini yang namanya Nayla. Cantik juga, bahkan lebih cantik aslinya dari pada foto yang aku lihat kemarin," batin Reza sembari berlalu pergi meninggalkan kamar.Sedangkan Nayla dengan memasang wajah garangnya hanya terdiam. Sekilas ia melirik laki-laki yang sedang berjalan melewatinya tadi. Kemudian ia kembali menatap tajam ke arah lelaki ta
"Jadilah wanitaku!" ucap Arga tersenyum smirk menatap wanita cantik yang kini tengah menatapnya tajam."Apa kau sudah gila? Jangan harap aku mau menjadi wanita simpenanmu! Aku gak sudi!" Sontak Nayla menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari cekalan pria sombong itu. Ia terlihat sangat marah, dan merasa sangat terhina oleh ucapannya tadi.Namun, Arga masih rerus mencengkram tangannya lalu menarik ke arah dirinya. Sehingga ia kembali memeluk pinggangnya dan mendekatkan wajahnya lagi.Lalu sambil tertawa mengejek ia pun berkata, "Sudahlah Nayla, tak perlu kau berpura-pura jual mahal seperti ini! Kau tinggal sebut saja, berapa nominal yang harus aku bayar agar kau mau menjadi teman ranjangku, huh?""10 juta, 50 juta atau ... 100 juta? Bahkan jika lebih dari itu aku mampu membayarnya."Plakk!Sebuah tamparan yang cukup keras kini mendarat tepat di sebelah pipinya. Membuat lelaki itu tercengang dan langsung melotot tajam ke arahnya.Sungguh dirinya tak menduga kalau wanita terse
Kini Nayla sudah berada di kamar kostannya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, pandanganya pun kosong menatap langit-langit kamar. Ia sedang merenung dan berfikir keputusan apa yang akan ia ambil nanti.Sungguh ia tidak mau jika Arga sampai mengganggu kedua temannya itu. Namun, di sisi lain ia juga tidak akan sudi jika menjadi wanita simpenan lelaki tersebut. Apakah dirinya harus rela merendahkan harga dirinya demi untuk menyelamatkan pekerjaan kedua temannya itu?"Tidak, aku tidak ingin seperti itu. Aku bukanlah wanita jalang yang mau dijadikan sebagai penghangat ranjangnya saja. Aku juga tidak ingin bila dia nanti akan semakin semena-mena terhadapku. Aku harus bisa melawannya. Tapi, bagaimana caranya?""Lagi pula kenapa juga dia menginginkanku sebagai wanita simpanannya? Bukankah dia sudah berbahagia bersama Larissa? Dan bahkan aku dengar-dengar dia juga sudah mempunyai seorang anak, 'kan? Kenapa dia malah sibuk mencari kesenengan di luar rumah?""Arg ... ! Ya Allah, kenapa seper
"Apa?! Di-dipecat, kok bisa?" Nayla terpekik syok. Dengan tidak percaya gadis berlesung pipi itu menatap ke arah dua temannya itu secara bergantian."Ya, aku juga gak tau, An. Tadi tiba-tiba saja aku dipanggil Pak meneger. Lalu dengan tanpa alasan yang jelas, masa aku langsung dipecat begitu saja sih, An," terang Desy."Iya, betul banget aku juga begitu. Dan ternyata bukan hanya kami berdua saja yang dipecat dari hotel itu, An. Tapi ... Salman juga," ujar Wati."Apaa?! Sa-salman juga dipecat?" Nayla semakin bertambah syok saja mendengarnya."Iya." Secara serempak kedua gadis itu mengangguk."Ih ... dasar cowok brengsek! Cowok sialan! Tidak salah lagi, pasti ini adalah ulahnya!" batin Nayla mulai geram. Sambil mengepalkan kedua tangan, ia merasa sangat emosi padanya."Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja! Aku harus ke hotel sekarang juga." Dengan raut wajah yang menegang, ia baru teringat kalau pria itu tadi memberinya waktu untuk berfikir hingga malam tiba.Apabila ia tidak memberikan
"Apa apaan ini? Lepaskan aku!" Nayla yang kaget langsung meronta-ronta."Maaf, Nona. Mohon bekerjasamalah!""Kalian siapa? Dan apa yang akan kalian lakukan padaku? Lepaskan aku!" Gadis berkemeja biru cerah dan bercelana jeans itu masih terus meronta dan berteriak.Sehingga membuat kedua laki-laki itu merasa sedikit panik dan juga ketakutan. Lalu dengan saling melempar pandang, salah satu dari mereka memberikan kode dengan matanya dan mengaggukan kepala.Karena merasa sangat berisik dan takut menarik perhatian orang di sekitar. Akhirnya mereka mengunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius untuk membungkam kesadarannya."Emmm ... !" Sontak kedua bola mata Nayla membelalak lebar dan dengan sekuat tenaga ia terus meronta.Awalnya meronta dengan kuat, lambat laun menjadi lemah. Pandangannya pun menjadi gelap dan akhirnya tidak sadarkan diri.Sembari celingukan dengan segera dua orang itu membawanya masuk ke dalam mobil. Kemudian langsung tancap gas meninggalkan tempat tersebut.Sement