"Ah ... Tidak-tidak-tidak! Mungkin aku hanya salah dengar saja. Lagi pula tidak mungkin Arga bisa mengenal cewek kampungan itu?" pikirnya.Di tengah-tengah kelelahannya, wanita yang kini terkulai lemas di atas ranjang merasa sedikit kebingungan. Namun, karena ia masih merasa mengantuk, ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya saja.Setelah terselesaikan, laki-laki itu kembali bersikap dingin lagi padanya. Tidak ada sebuah ciuman mesra ataupun pelukan hangat sebagai tetimakasih padanya.Yang ada lekaki itu langsung saja memisahkan diri dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, tak berselang lama suara gemercik air mengalir mulai terdengar. Menandakan kalau laki-laki tersebut sedang membersihkan diri di sana.Selang beberapa menit kemudian, Arga sudah keluar dari kamar mandi. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di pinggang, pria itu berjalan mendekat ke arah meja samping ranjang.Ia hanya menatap datar wanita yang telah dihajarnya dengan h
"Ma-maaf, Tuan. A-anda salah orang. Nama sa-saya bukan Nayla. Nama saya adalah ... A--" Belum sempat Nayla mengelak, terlebih dahulu Arga menyelanya."Anissa, alias Nayla Putri Anissa, bukan?"Degg!Dengan wajah yang tampak kembali syok, gadis itu mendungak menatap laki-laki itu dengan tidak percaya."Hahaha ... kenapa? Kau kaget?" Arga kembali tergelak, sedang menertawakan bagaimana reaksi gadis yang ada di hadapannya ini tampak sangat terkejut mendengar ucapannya."Sudahlah, Nayla! Aku sudah tau siapa dirimu. Nayla Putri Anissa gadis asal kota Jogjakarta yang dulu pernah bekerja di rumah Larissa." Dengan menampilkan seringai jahat, lelaki tersebut mulai membelai lembut wajah pucat gadis itu."Dan ... gadis itu adalah pengantin palsu yang pernah mengantikannya dulu." Arga menatap wanita itu lekat-lekat. Ekpresi wajahnya tampak begitu marah dan seperti telah menyimpan dendam yang sangat lama padanya.Namun, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya dia merasa sangat senang kar
"Aa ...." Nayla kembali terpekik kaget. Karena dengan tanpa terduga ternyata Arga malah menarik tangannya dan langsung memanggul tubuhnya di atas bahu.Sudah seperti karung beras saja, tubuh atletis itu dengan mudah menganggkat tubuh rampingnya yang terasa sangat ringan baginya.Sontak membuat Nayla langsung meronta-ronta. Dengan menggerakkan kakinya, kedua tangannya memukuli punggung kekar laki-laki yang kini tengah mengendongnya dengan paksa.Namun, pukulan itu tak berarti apa-apa baginya. Lelaki itu seolah tak merasa kesakitan sama sekali oleh serangannya ini.Kemudian dengan kasar Arga menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur. Dan dengan cepat ia menindih wanita tersebut."Mulai sekarang, bersiap-siaplah menanggung akibatnya, Nayla!" Arga kembali menyambar bibirnya lagi. Menekannya dan memaksanya untuk mau membalas dan mengimbangi permainnanya.Namun gadis itu masih menutup rapat bibirnya tidak mau membalasnya. Terpaksa Arga menggigitnya, sehingga membuat Nayla pun membuka mulutn
"A-arga?!" Nayla terpekik kaget.Dengan membelalakan kedua mata, gadis cantik yang semula sedang tertidur di atas tempat tidurnya itu langsung terbangun. Kini wajahnya tampak marah dan juga gelisah di saat tau siapa orang yang kini sedang menghubunginya.Tidak usah ditanya, bagaimana pria itu bisa mengetahui nomer teleponnya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh pria itu? Dengan harta yang belimpah dan segala kekuasaan yang ia miliki, tidak ada yang tidak mungkin baginya.Termasuk juga untuk menggali semua informasi tentangnya. Terlebih lagi pria tersebut adalah si pemilik hotel tempat ia bekerja kini. Tentu saja lelaki itu sudah mencari informasi tentangnya di hotel tersebut."Yes, it's me. Ternyata kau sudah mengenali suaraku, Sayang?" Arga terkekeh sengaja ingin mengejeknya."Apa maumu?" tanya Nayla geram."Hahaha ... aku sangat suka dengan orang yang to the poin sepertimu, Sayang.""Sudahlah, jangan banyak omong! Sebenarnya apa maumu sekarang?" bentak Nayla yang sudah tampak emosi.
Reza berjalan melewati seorang wanita cantik yang sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu kini menatap Arga dengan penuh kemarahan. Sekarang dirinya baru bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah wanita tersebut.Dengan dua bola mata yang lentik, hidung mungil yang mancung, bibir tipis kemerahan dan pipi yang sedikit cabi, membuat wajah gadis itu terlihat cantik, imut dan sangat menggemaskan. Pantas saja bisa membuat lelaki dingin dan arogan seperti bosnya ini begitu tergila-gila padanya.Dengan raut wajah yang tampak tegang, wanita yang kini sudah tidak memakai masker untuk menutupi wajahnya lagi, terlihat sedang menahan emosi."Oh, jadi ini yang namanya Nayla. Cantik juga, bahkan lebih cantik aslinya dari pada foto yang aku lihat kemarin," batin Reza sembari berlalu pergi meninggalkan kamar.Sedangkan Nayla dengan memasang wajah garangnya hanya terdiam. Sekilas ia melirik laki-laki yang sedang berjalan melewatinya tadi. Kemudian ia kembali menatap tajam ke arah lelaki ta
"Jadilah wanitaku!" ucap Arga tersenyum smirk menatap wanita cantik yang kini tengah menatapnya tajam."Apa kau sudah gila? Jangan harap aku mau menjadi wanita simpenanmu! Aku gak sudi!" Sontak Nayla menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari cekalan pria sombong itu. Ia terlihat sangat marah, dan merasa sangat terhina oleh ucapannya tadi.Namun, Arga masih rerus mencengkram tangannya lalu menarik ke arah dirinya. Sehingga ia kembali memeluk pinggangnya dan mendekatkan wajahnya lagi.Lalu sambil tertawa mengejek ia pun berkata, "Sudahlah Nayla, tak perlu kau berpura-pura jual mahal seperti ini! Kau tinggal sebut saja, berapa nominal yang harus aku bayar agar kau mau menjadi teman ranjangku, huh?""10 juta, 50 juta atau ... 100 juta? Bahkan jika lebih dari itu aku mampu membayarnya."Plakk!Sebuah tamparan yang cukup keras kini mendarat tepat di sebelah pipinya. Membuat lelaki itu tercengang dan langsung melotot tajam ke arahnya.Sungguh dirinya tak menduga kalau wanita terse
Kini Nayla sudah berada di kamar kostannya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, pandanganya pun kosong menatap langit-langit kamar. Ia sedang merenung dan berfikir keputusan apa yang akan ia ambil nanti.Sungguh ia tidak mau jika Arga sampai mengganggu kedua temannya itu. Namun, di sisi lain ia juga tidak akan sudi jika menjadi wanita simpenan lelaki tersebut. Apakah dirinya harus rela merendahkan harga dirinya demi untuk menyelamatkan pekerjaan kedua temannya itu?"Tidak, aku tidak ingin seperti itu. Aku bukanlah wanita jalang yang mau dijadikan sebagai penghangat ranjangnya saja. Aku juga tidak ingin bila dia nanti akan semakin semena-mena terhadapku. Aku harus bisa melawannya. Tapi, bagaimana caranya?""Lagi pula kenapa juga dia menginginkanku sebagai wanita simpanannya? Bukankah dia sudah berbahagia bersama Larissa? Dan bahkan aku dengar-dengar dia juga sudah mempunyai seorang anak, 'kan? Kenapa dia malah sibuk mencari kesenengan di luar rumah?""Arg ... ! Ya Allah, kenapa seper
"Apa?! Di-dipecat, kok bisa?" Nayla terpekik syok. Dengan tidak percaya gadis berlesung pipi itu menatap ke arah dua temannya itu secara bergantian."Ya, aku juga gak tau, An. Tadi tiba-tiba saja aku dipanggil Pak meneger. Lalu dengan tanpa alasan yang jelas, masa aku langsung dipecat begitu saja sih, An," terang Desy."Iya, betul banget aku juga begitu. Dan ternyata bukan hanya kami berdua saja yang dipecat dari hotel itu, An. Tapi ... Salman juga," ujar Wati."Apaa?! Sa-salman juga dipecat?" Nayla semakin bertambah syok saja mendengarnya."Iya." Secara serempak kedua gadis itu mengangguk."Ih ... dasar cowok brengsek! Cowok sialan! Tidak salah lagi, pasti ini adalah ulahnya!" batin Nayla mulai geram. Sambil mengepalkan kedua tangan, ia merasa sangat emosi padanya."Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja! Aku harus ke hotel sekarang juga." Dengan raut wajah yang menegang, ia baru teringat kalau pria itu tadi memberinya waktu untuk berfikir hingga malam tiba.Apabila ia tidak memberikan
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp