Sementara Larissa tampak acuh dan masa bodoh terhadapnya. Selama ini ia merasa cukup senang dengan semua kemewahan yang diberikan oleh Arga kepadanya.Wanita mana sih yang tidak suka dengan kemewahan? Dirinya cukup duduk manis, bisa berfoya-foya dan jalan-jalan bersama teman sosialitanya. Menikmati semua uang yang diberikan oleh Arga di setiap bulannya.Wanita cantik berkulit putih itu berharap selama menjadi istrinya nanti, dengan perlahan ia bisa meraih hati suaminya dan bisa membuatnya jatuh cinta kepada dirinya.Ya, walaupun hingga saat ini ia belum seratus persen berhasil. Setidaknya masih ada waktu 3 tahun lagi, ia akan mengunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.Dan jika itu berhasil. Dengan sangat bangga ia akan menunjukan kepada wanita paruh baya itu bahwa ia mampu menaklulan hati Arga dan akan membuat laki-laki itu tahluk di bawah kakinya."Hem ... mari kita liat saja, Tante! Akan ku buktikan, aku pasti bisa menaklukan hati Arga. Tidak sepertimu, menikah dengan Papah Bagas,
Ceklikk!"Nah, itu dia, Papah!" ujar Larissa. Sembari membawa seorang bayi cantik dalam gendongannya, wanita cantik itu masuk ke dalam kamar.Arga langsung tersenyum manis melihatnya."Hai, Sayang. Kok, belum tidur, Cantik?" ucapnya dengan sangat lembut menyapa bayi kecil tersebut.Larissa bergerak mendekatinya. "Iya, Papah. Cassy, 'kan mau ketemu sama Papah dulu. Baru setelah itu mau tidul, Papah." Dengan menirukan suara anak kecil, Larossa berpura-pura sedang berperan sebagai putrinya.Lalu Arga langsung menggendong putri kecil itu dan mencium kedua pipi gembul miliknya."Mmuach ... muach! Apakah kau kangen sama Papah? Papah juga, Sayang." Sembari terus menciumi wajah gadis kecil itu dengan sangat gemas. Wajahnya kini terlihat sumringah.Sembari bergerak lincah, anak kecil itu tertawa kegelian di dalam dekapannya."Udah, malam. Sebaiknya kau bawa Cassy untuk tidur sekarang!" kata David menoleh ke arah istrinya."Ayo, Sayang. Sudah waktunya untuk tidur sekarang!" Larissa mengambil ali
"Ah ... Tidak-tidak-tidak! Mungkin aku hanya salah dengar saja. Lagi pula tidak mungkin Arga bisa mengenal cewek kampungan itu?" pikirnya.Di tengah-tengah kelelahannya, wanita yang kini terkulai lemas di atas ranjang merasa sedikit kebingungan. Namun, karena ia masih merasa mengantuk, ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya saja.Setelah terselesaikan, laki-laki itu kembali bersikap dingin lagi padanya. Tidak ada sebuah ciuman mesra ataupun pelukan hangat sebagai tetimakasih padanya.Yang ada lekaki itu langsung saja memisahkan diri dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, tak berselang lama suara gemercik air mengalir mulai terdengar. Menandakan kalau laki-laki tersebut sedang membersihkan diri di sana.Selang beberapa menit kemudian, Arga sudah keluar dari kamar mandi. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di pinggang, pria itu berjalan mendekat ke arah meja samping ranjang.Ia hanya menatap datar wanita yang telah dihajarnya dengan h
"Ma-maaf, Tuan. A-anda salah orang. Nama sa-saya bukan Nayla. Nama saya adalah ... A--" Belum sempat Nayla mengelak, terlebih dahulu Arga menyelanya."Anissa, alias Nayla Putri Anissa, bukan?"Degg!Dengan wajah yang tampak kembali syok, gadis itu mendungak menatap laki-laki itu dengan tidak percaya."Hahaha ... kenapa? Kau kaget?" Arga kembali tergelak, sedang menertawakan bagaimana reaksi gadis yang ada di hadapannya ini tampak sangat terkejut mendengar ucapannya."Sudahlah, Nayla! Aku sudah tau siapa dirimu. Nayla Putri Anissa gadis asal kota Jogjakarta yang dulu pernah bekerja di rumah Larissa." Dengan menampilkan seringai jahat, lelaki tersebut mulai membelai lembut wajah pucat gadis itu."Dan ... gadis itu adalah pengantin palsu yang pernah mengantikannya dulu." Arga menatap wanita itu lekat-lekat. Ekpresi wajahnya tampak begitu marah dan seperti telah menyimpan dendam yang sangat lama padanya.Namun, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya dia merasa sangat senang kar
"Aa ...." Nayla kembali terpekik kaget. Karena dengan tanpa terduga ternyata Arga malah menarik tangannya dan langsung memanggul tubuhnya di atas bahu.Sudah seperti karung beras saja, tubuh atletis itu dengan mudah menganggkat tubuh rampingnya yang terasa sangat ringan baginya.Sontak membuat Nayla langsung meronta-ronta. Dengan menggerakkan kakinya, kedua tangannya memukuli punggung kekar laki-laki yang kini tengah mengendongnya dengan paksa.Namun, pukulan itu tak berarti apa-apa baginya. Lelaki itu seolah tak merasa kesakitan sama sekali oleh serangannya ini.Kemudian dengan kasar Arga menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur. Dan dengan cepat ia menindih wanita tersebut."Mulai sekarang, bersiap-siaplah menanggung akibatnya, Nayla!" Arga kembali menyambar bibirnya lagi. Menekannya dan memaksanya untuk mau membalas dan mengimbangi permainnanya.Namun gadis itu masih menutup rapat bibirnya tidak mau membalasnya. Terpaksa Arga menggigitnya, sehingga membuat Nayla pun membuka mulutn
"A-arga?!" Nayla terpekik kaget.Dengan membelalakan kedua mata, gadis cantik yang semula sedang tertidur di atas tempat tidurnya itu langsung terbangun. Kini wajahnya tampak marah dan juga gelisah di saat tau siapa orang yang kini sedang menghubunginya.Tidak usah ditanya, bagaimana pria itu bisa mengetahui nomer teleponnya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh pria itu? Dengan harta yang belimpah dan segala kekuasaan yang ia miliki, tidak ada yang tidak mungkin baginya.Termasuk juga untuk menggali semua informasi tentangnya. Terlebih lagi pria tersebut adalah si pemilik hotel tempat ia bekerja kini. Tentu saja lelaki itu sudah mencari informasi tentangnya di hotel tersebut."Yes, it's me. Ternyata kau sudah mengenali suaraku, Sayang?" Arga terkekeh sengaja ingin mengejeknya."Apa maumu?" tanya Nayla geram."Hahaha ... aku sangat suka dengan orang yang to the poin sepertimu, Sayang.""Sudahlah, jangan banyak omong! Sebenarnya apa maumu sekarang?" bentak Nayla yang sudah tampak emosi.
Reza berjalan melewati seorang wanita cantik yang sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu kini menatap Arga dengan penuh kemarahan. Sekarang dirinya baru bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah wanita tersebut.Dengan dua bola mata yang lentik, hidung mungil yang mancung, bibir tipis kemerahan dan pipi yang sedikit cabi, membuat wajah gadis itu terlihat cantik, imut dan sangat menggemaskan. Pantas saja bisa membuat lelaki dingin dan arogan seperti bosnya ini begitu tergila-gila padanya.Dengan raut wajah yang tampak tegang, wanita yang kini sudah tidak memakai masker untuk menutupi wajahnya lagi, terlihat sedang menahan emosi."Oh, jadi ini yang namanya Nayla. Cantik juga, bahkan lebih cantik aslinya dari pada foto yang aku lihat kemarin," batin Reza sembari berlalu pergi meninggalkan kamar.Sedangkan Nayla dengan memasang wajah garangnya hanya terdiam. Sekilas ia melirik laki-laki yang sedang berjalan melewatinya tadi. Kemudian ia kembali menatap tajam ke arah lelaki ta
"Jadilah wanitaku!" ucap Arga tersenyum smirk menatap wanita cantik yang kini tengah menatapnya tajam."Apa kau sudah gila? Jangan harap aku mau menjadi wanita simpenanmu! Aku gak sudi!" Sontak Nayla menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari cekalan pria sombong itu. Ia terlihat sangat marah, dan merasa sangat terhina oleh ucapannya tadi.Namun, Arga masih rerus mencengkram tangannya lalu menarik ke arah dirinya. Sehingga ia kembali memeluk pinggangnya dan mendekatkan wajahnya lagi.Lalu sambil tertawa mengejek ia pun berkata, "Sudahlah Nayla, tak perlu kau berpura-pura jual mahal seperti ini! Kau tinggal sebut saja, berapa nominal yang harus aku bayar agar kau mau menjadi teman ranjangku, huh?""10 juta, 50 juta atau ... 100 juta? Bahkan jika lebih dari itu aku mampu membayarnya."Plakk!Sebuah tamparan yang cukup keras kini mendarat tepat di sebelah pipinya. Membuat lelaki itu tercengang dan langsung melotot tajam ke arahnya.Sungguh dirinya tak menduga kalau wanita terse