Home / Pernikahan / Pengantin Dadakan / Rasa yang Tak Pernah Ada

Share

Rasa yang Tak Pernah Ada

Nggak salah denger aku, kan? Pemenangnya si le minerale? Nasi goreng sederhana pelit toping itu?

“Ibu, salah nggak? Bu, yang ini punya Iqis.” Aku sampai menyodorkan nasgor milikku lagi pada dua wali kelas.

“Nggak, kami nggak salah, kok, Nak Iqis. Yang lebih enak yang ini,” tunjuknya pada piring Bang Ale.

Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum penuh makna. Nggak, nggak, nggak bener sama sekali ini.

“Ibu, coba cicipin sekaliii lagi aja.” Bisa jadi salah sebut, kan, ya?

Diturutinlah permintaanku, sesendok dicicip dan keputusan masih sama. Oh, tidak bisa dibiarkan. Bisa gempar jagad dunia masak kalau sampai aku kalah dari seorang yang amatir begini.

“Buk, tolong, Buk, Ibuk lihat wajah Iqis sekaliiii lagi aja. Saya yang lomba sampai ke luar negeri. Yang jadi chef itu saya, yang kerja di dapur itu tiap hari itu saya. Yang juara satu itu saya, yang jadi juri lomba masak anak-anak juga saya. Tolong, Buk, tolooong,” pintaku sambil memohon.

Dua ibu wali kelas memandang wajahku sekali, lag
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status