Share

Kunjungan Dadakan

Bang Ale keluar dari mobi dan sempat salaman sama papaku. Tapi bukan itu yang aku takutkan. Melainkan tatapan kanjeng mama serupa silet yang mengoyak keberanianku.

“Hayo siapa? Udah mulai berani sama cowok, ya,” kata Mama sambil masukkan batu.

“Nah, itu dia, Ma, dia kenal Iqis, tapi Iqis nggak,” jawabku sambil ikut main congklak.

“Kok, bisa, sih? Kelewat sombong jadi orang? Makanya jangan kerja terooos.”

“Emang nggak ingat, Ma, katanya temen SD.”

“Ya, kamu SD suka cari gara-gara sama temen. Pantesan banyak lupanya. Lain kali jangan begitu. Sana bilang makasih, ajak masuk basa-basi buatin makan.”

“Nanti dia malah serius, Ma.”

“Yee, biarin aja, kan ada Papa di rumah, bukan kita kayak maling.” Mama membereskan congklaknya dan aku terpaksa mengiyakan saran beliau. Aku berjalan menuju Papa dan Bang Ale yang asyik ngobrol.

“Bang, kata Mama masuk makan dulu.” Udah kutengoklah muka dia ini, tapi ada ingatan sedikit pun.

“Udah malam, Qis, kapan-kapan aja. Saya pulang duluan, Om.” Dia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status