82. Foto Masa Lalu>> “Kenapa, Yang?”“Berita apa, Han?”Raja dan Azam kompak bertanya pada wanita yang kini sudah terlihat di layar ponsel Raja. Wanita itu berdiri di samping Azam yang sedang duduk. Mata Jihan melebar. Baru menyadari sang suami dan Raja sedang melakukan panggilan video.>> “Kamu, Ja??”“Ada berita apa tentang Velin, Han?” tanya Raja kembali.>> “K-kamu enggak tahu???”Raja mengernyit, lalu menggeleng.>> “Ada foto remaja perempuan bertubuh gempal beredar di Cuitters, dan informasi di foto itu bilang kalau itu foto… Ehm…” Jihan menghentikan ucapannya. Raut wajahnya terlihat ragu untuk menjelaskan. Ia menatap Raja takut-takut.Jantung Raja berdetak kencang. Tiba-tiba perasaan tidak enak menghampiri saat Jihan mengatakan hal itu. “Foto… Velin?”Jihan membelalak. Lalu tak lama, mengangguk berat.>> “Dan… calon istrimu itu meng-iyakan kalau foto itu adalah fotonya.”“Kapan Velin mengatakannya??” tanya Raja menuntut.>> “Mmm… Aku lihat kayaknya udah tiga jam’an yang lalu d
Kemurkaan Daniel[ LestariPoernama @Lpoernama. 10jKalian tahu Velindira Gunawan? Ya, seorang iblis yang berlindung dibalik statusnya sebagai pengacara profesional dan baik hati. Pengacara yang sekarang sedang diagung-agungkan namanya karena baik hati? Hahaha! Jangan tertipu dengan penampilannya. Dia adalah wanita paling b*rengsek yang pernah saya temui! Karena rekayasa yang dia dan mantan menantu saya ciptakan, anak saya sampai harus mendekam di penjara dalam waktu yang lama. Hanya karena dendam putus hubungan dengan anak saya di masa lalu, dia sengaja menjadi pengacara mantan menantu saya demi melawan putra saya. Pantaskah dia disebut pengacara profesional jika melibatkan urusan pribadi? Cih!Bagaimana bisa wanita itu hidup dengan tenang, sementara dia telah menghancurkan hidup seorang ibu yang tak akan bisa lagi memeluk putranya dengan leluasa? Bagaimana bisa dia seenaknya hidup bahagia, sementara dia telah menghancurkan hidup cucu-cucu saya yang tidak dapat merasakan kasih sayang
Kristal dan Daniel kembali saling tatap. Kristal beralih menatap Raja. Namun tak bertahan lama. Wanita paruh baya ini segera mengalihkan pandangan lagi pada Daniel dan bergerak salah tingkah sambil mengusap air mata di pipinya.“P-Pi…”Daniel membuang napas panjang. “Kita beritahu saja, bagaimana? Mami yakin sama anak muda ini kan?” bisik Daniel. Kali ini Raja tidak dapat mendengar dengan jelas.Kristal melirik Raja, lalu mengangguk pasti. “InsyaAllah, Pi.”Daniel kembali membuang napas. Pria paruh baya itu menatap Raja dalam. “Saya percaya sama kamu,” seru Daniel terdengar ambigu. Setelah itu, meluncurlah kisah masa lalu Elin yang menjadi korban bullying setelah putus dari Arianda karena mulut manipulatif pria b*rengsek itu. Awalnya Daniel dan Kristal tidak mengetahui hal itu, karena Elin sejak dulu lebih cenderung sering menyimpan masalahnya sendiri. Sampai akhirnya, Daniel dan Kristal keco
“Papi, kok bicaranya seperti itu?! Jangan berdoa yang buruk-buruk dong, Pi!” bisik Kristal tajam. Sama seperti Daniel, Kristal tentu tidak rela kehilangan Raja. Baginya, Raja sudah sangat pas untuk Elin. Karena Raja juga, Kristal bisa melihat kebahagiaan dari pancaran mata Elin. Kebahagiaan nyata yang sudah lama tak dilihatnya dari diri putrinya itu.“Ya mau bagaimana lagi, Mam. Bukannya Elin juga sudah minta putus dari dia?” Dagu Daniel mengarah pada Raja. Suaranya sengaja ia perbesar supaya Raja mendengar. Bola matanya memutar malas. Ingin rasanya menurunkan ego untuk bilang ‘Jangan menyerah sama anak saya ya’, tapi gengsinya setinggi langit. Daniel juga berpikir, kalau dia melakukan hal itu, sama saja dia merendahkan harga diri anaknya. Seakan-akan Elin tidak bisa dapat pria baik lagi seperti Raja. Meski kenyataannya mungkin akan sangat sulit. Mengingat kepribadian Raja yang sudah masuk kategori nyaris sempurna. Belum lagi, Daniel harus
“Jadi begitu ceritanya?”Elin menghela napas panjang dan mengangguk mendengar pertanyaan Faira. Ia terpaksa menceritakan kegundahan hatinya beberapa hari ini kepada ketiga sahabatnya karena Faira tak sengaja membaca pesan yang dikirim Raja tadi di supermarket saat mereka berbelanja untuk kebutuhan ulang tahun putra Faira. Ya, sejak pagi Elin menghilang karena pergi ke rumah sahabatnya itu. Sejak memiliki anak, Faira selalu mempersiapkan pesta ulang tahun sang putra dibantu para sahabatnya alih-alih memakai jasa dekor ultah. Untuk apa menggunakan jasa, kalau Faira saja mahir dalam hal itu. Sebelum menikah dengan sang suami, Faira bekerja di salah satu perusahaan event organizer terbesar di kota ini. Bahkan sepertinya sebentar lagi Faira akan memiliki perusahaan EO sendiri.Setelah entah berapa lama mereka berkeliling supermarket, Elin dan ketiga sahabatnya berkumpul di rumah Faira, dan langsung mendapat interogasi dari ibu satu anak itu.“Em… Lin, gue boleh kasih pendapat?”Elin menat
Elin berjalan menuju kamarnya dengan lesu. Ia menghela napas panjang. Hari ini sangat melelahkan. Setelah mencurahkan isi hati kepada para sahabatnya, Elin dan ketiga sahabatnya disibukkan dengan persiapan ulang tahun putra Faira. Elin baru bisa pulang setelah jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Meski lelah, tapi Elin juga merasa senang dapat berkumpul seperti tadi bersama mereka. Yang mana hal itu sudah jarang sekali terjadi karena kesibukan masing-masing. Disamping itu, perasaan Elin menjadi sedikit lega setelah curhat pada ketiganya. Elin juga mencoba tak lagi membaca komentar-komentar jahat yang menyerangnya. Sabrina yang melarang Elin melakukan hal itu. Kata wanita nyentrik itu, supaya mental Elin terbebas dari hama-hama sok tahu a.k.a deterjen bangsh*t. Memang terkadang ada baiknya menjadi pura-pura buta dan tuli.Elin kembali menghela napas. Ia membuka pintu setelah sampai di depan kamar. Deg!Elin terdiam. Indera penciumannya menangkap aroma lembut yang sangat ia kenali dan
Raja sibuk membuat berbagai jenis bunga dari kertas origami. Ia ingin memberikannya hari ini pada sang kekasih. Di kepalanya, Raja sedang memikirkan hadiah apa yang cocok untuk Elin bersamaan dengan nanti ia mengirimkan bunga-bunga kertas ini ke rumah wanita pujaannya itu. Berharap dengan ini membuat Elin luluh.“Parfum? Boneka? Asshhh!” Raja mengacak rambut frustrasi. Ia kembali membuka pesan dari sang adik. Di sana ada beberapa saran hadiah untuk seorang wanita dari adiknya. Jangan tanya kenapa Raja bertanya pada Tangguh. Hubungan mereka memang sudah sedekat itu, dan sepertinya darah memang lebih kental daripada air. Disaat sedang galau-galaunya, Tangguh menghubungi Raja. Remaja laki-laki itu ingin berterima kasih karena Raja mengirimkannya motor baru. Namun, saat mendengar suara Raja, Tangguh tahu Aa’-nya sedang tidak baik-baik saja.“Kasih cokelat atau makanan-makanan kecil, A’. Biasanya cewek suka ngemil buat balikin mood.”Raja mengernyit. Mengingat saran dari Tangguh. Tak lama
“Maaf…”“Maaf…”Raja dan Elin saling pandang terkejut. Mulut keduanya kembali terkatup seperti belasan menit yang lalu dan hanya saling diam. Raja mengusap tengkuk salah tingkah. Ia kembali mengalihkan pandangan ke arah kolam renang yang airnya tenang itu. Ya iyalah tenang, kan tidak ada yang berenang di sana. Lagipula, itu kan bukan air laut yang ada ombaknya. Astaga!Setelah mengantar Magani ke depan, Raja mengajak Elin untuk kembali ke gazebo. Mereka duduk berdampingan dengan kaki menggantung. Sebenarnya hanya kaki Elin, sementara kaki Raja sampai menapak lantai.“K-kamu tidak salah apa-apa, kenapa harus minta maaf—““Maaf… Mas, saya selalu salah paham sama Mas Raja… Maaf karena semudah itu mengakhiri hubungan kita. Maaf karena semudah itu menilai Mas Raja mungkin saja akan bersikap sama seperti orang-orang jika mengetahui bagaimana saya yang dulu.” Elin menund
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel