Happy reading, Sehat selalu 💓
“Bagaimana, apa sudah ada yang datang?” Vega datang setelah beberapa jam meninggalkan Saras sendiri. Saras menjawab dengan sebuah anggukan kepala, tangannya terulur untuk menyerahkan dokumen yang telah terisi. “Jadi, baru tiga kardus yang sudah diambil?” “I-iya,” Vega kembali menyerahkan dokumen tersebut pada Saras. “Ini sudah lewat jam makan siang. kau tidak berminat untuk istirahat?” tawar Vega. Saras bimbang, tidak percaya diri dengan jawaban yang akan ia berikan. “Apakah boleh?” tanya Saras penuh dengan kebimbangan. “Kau punya waktu satu jam. lebih dari itu, bersiaplah untuk angkat kaki dari Perusahaan ini.” Saras memaksakan senyumnya, lalu pergi meninggalkan ruangan dan sebelum itu ia menyerahkan dokumen catatannya pada Vega. Dengan izin yang diberikan oleh Vega, Saras memilih untuk pergi menemui Liam berharap agar ia bisa makan siang bersama dengan suaminya. “Apa yang membuatmu begitu berani menemui Tuan Liam?” seorang wanita dengan polesan bibir berwarna merah meron
“Katakan padanya, aku hanya ingin sendiri untuk saat ini.” Tegas Saras tanpa memperdulikan tatapan mata Viktor yang terlihat sedikit cemas. Saras melewati tubuh Viktor begitu saja dan hal itu tentu membuat Viktor sedikit kewalahan karena sebelumnya Saras tidak pernah menolak permintaan Liam seperti ini.“Apakah ada tempat yang ingin anda kunjungi Nyonya? jika ada, saya siap untuk mengantarkan anda,” Viktor membuat penawaran walaupun ia sendiri tidak yakin. Ini bukanlah rencana awalnya dan rasanya terlalu dini untuk menyimpulkan sebuah hasil. Viktor juga bisa saja mendapatkan sebuah hukuman dari Liam karena memberikan suatu penawaran untuk Saras.Mendengar hal itu, Saras membalikkan tubuhnya dan menatap wajah pria yang sudah sangat dipercaya oleh suaminya.“Apa ini juga permintaan Liam?”“Tidak.” Jawab Viktor jujur.“Jika tidak, kenapa kau berani memberikan sebuah penawaran untuk ku? apa kau tidak takut di hukum oleh Liam?”Viktor hanya menggeleng pelan, jujur saja dirinya juga ragu at
“Kenapa bicaramu begitu jujur, Liam?” Saras kembali mencoba untuk melepaskan diri dari Liam, ia sempat melirik sekilas ke arah lain dan ternyata Pantai dalam keadaan sepi. tidak seperti saat ia datang tadi, beberapa orang terlihat tengah menikmati keindahan matahari yang akan tenggelam. tapi sekarang, entahlah kemana perginya orang-orang itu.“Nikmati saja,” ucap Liam seperti mengerti apa yang saat ini Saras pikirkan. Liam lantas memutar tubuh Saras yang masih berada di pelukannya, Ke arah matahari terbenam. melihat pemandangan di hadapannya, membuat Saras sedikit melupakan kedua tangan Liam yang masih menempel erat pada perutnya. Dagu Liam disandarkan pada bahu atas Saras, matanya terpejam menikmati kehangatan matahari yang terbenam yang memancar ke wajah mereka berdua. Lengan Liam masih berada di posisi yang sama, dan justru kian mengeratkan pelukannya. Saras dapat merasakan napas hangat Liam di telinganya, menciptakan sebuah getaran lembut yang tak dapat diuraikan. Semua terasa sem
Mobil Saras melaju pelan di jalanan yang sepi. Lampu-lampu kota memantulkan cahaya di jendela mobil, membuat suasana menjadi tenang. namun, ketenangan itu hanya sebentar karena tiba-tiba saja mobil-mobil hitam memotong jalan, memaksa mobil Saras untuk berhenti. Pintu mobil dipaksa dibuka oleh pria-pria bersenjata. Mereka menyeret Saras keluar, mengancam nyawa pengemudi yang sendiri.“Apa yang kalian inginkan?” teriak pengemudi mencoba untuk melawan.Tapi, karena pria bersenjata menang jumlah membuat pengemudi itu tidak dapat melawan dan berakhir pingsan karena dipukul beberapa kali tepat di bagian titik vital yang membuat pengemudi itu tak sadarkan diri.“Lepaskan, aku!” teriak Saras berusaha untuk melawan. namun, karena kekuatannya tidak sebanding dengan pria-pria bersenjata itu membuat Saras harus pasrah saat tubuhnya di masukkan ke dalam mobil mereka. Rasa takut kembali menyelimuti hati, belum reda rasa syok atas kejadian yang ia alami di pantai, kini Saras harus mengalami hal yang
Saras menatap ke sekeliling, mengamati kamar yang memiliki corak berwarna biru muda. “Ini kamarnya Tuan Ricard,” sang maid mulai menjelaskan.“Kenapa dia membawaku kesini?” walaupun Saras dalam keadaan lapar, ia masih dapat berpikir jernih untuk tidak langsung menyantap makanan yang ditawarkan.“Alasan pastinya, saya tidak mengerti. tapi, setahu saya Nona adalah calon istri Tuan Ricard.”“Ap-apa?” Saras mencoba untuk mencerna perkataan wanita itu.“tapi maaf, saya sudah menikah dan pastinya saat ini saya sudah memiliki suami. soal saya adalah calon istri Ricard, itu sangat tidak mungkin dan tidak masuk akal…” “Kata siapa?” seorang pria bertubuh tinggi, seperti tinggi badan Liam tengah berjalan memasuki kamar. Pria yang tempo hari Saras lihat di Rumah Sakit dan juga parkiran Perpustakaan itu nampak tersenyum tipis menatap wajah Saras. “Ka-kau?” Saras menatap tak percaya, pria itu benar-benar berada di hadapannya saat ini. “Selamat datang, calon istriku.” “Aku adalah istri Liam Anj
Bab 48Malam hari yang gelap dan hujan deras membalut kota dalam kesunyian. Lampu kota berkedip-kedip seperti bintang jauh, mencoba menerangi jalanan yang basah dan licin. Liam membawa Luna ke rumah sakit dengan langkah yang cepat wajahnya mencerminkan rasa khawatir dan kecemasan. Hujan deras menghantam atap mobil, menambah kesan darurat. Suara air hujan memenuhi udara, membuat suara lain terdengar begitu jauh.Luna berbaring di atas pangkuan Liam, matanya terpejam erat. Liam memanggil nama Luna berulang kali agar Luna tetap sadar. Sesampainya di rumah sakit, petugas medis siap menyambut di pintu rumah sakit, siap membantu untuk menyelamatkan nyawa Luna. Setelah Luna mendapat perawatan, Liam berinisiatif untuk menghubungi Viktor untuk mengetahui kabar tentang Saras. ***Saras mulai mengetikkan hari ulang tahunnya pada ponsel Ricard dan benar saja, ponsel yang tadinya terkunci kini bisa terbuka dan menampilkan sebuah video yang sepertinya sudah disengaja untuk diperlihatkan padanya. S
Pagi hari tiba dengan hujan yang membalut kota dengan kesegaran. Langit abu-abu pekat menjatuhkan air bagaikan tirai yang tak berhenti. tetesan hujan jatuh ke bumi, menciptakan melodi alam yang begitu indah. Jalan-jalan sepi, hanya ada suara hujan dan kabut pagi yang menghantui udara seperti sebuah bisikan rahasia hati. Saras yang masih berdiam diri di kamar hanya memperhatikan rintikan hujan Lewat kaca jendela kamarnya. Beberapa saat kemudian, cahaya matahari mulai memancarkan cahayanya menembus awan gelap dan mulai menerangi kota. melihat hal itu, membuat Saras memutuskan untuk pergi ke Kantor dan tidak ingin menjadikan hujan ini sebagai alasan liburnya. lagi pula, hujan sudah mereda dan ia berharap Liam belum berangkat. saat sudah sampai di ruang tengah, Saras mendapati bahwa Liam sudah berangkat terlebih dahulu tanpa berpamitan padanya. tidak hanya itu, semalam juga Liam tidak memberikan alasan mengapa Luna berada di dalam kamarnya dan pria itu tidak menjemput dirinya di rumah Ric
Bab 50“Apa katamu?” Liam yang tengah memimpin rapat kerja gegas meninggalkan ruangan tanpa memperdulikan tatapan mata yang kebingungan melihat dirinya yang pergi tanpa mengatakan apa-apa. Viktor yang mengabari insiden yang menimpa Saras hanya dapat menggeleng pelan melihat ekspresi khawatir yang terpancar jelas dari wajah Liam.“Dimana dia sekarang?” Liam sedikit lega karena hari ini dirinya tengah memimpin rapat di Perusahaan Danuarta. Jika tidak, pasti butuh waktu cukup lama agar bisa sampai ke tempat ini.“Saat ini Nyonya sudah diperiksa di ruang perawatan unit kesehatan kerja. ada luka lecet di bagian dahinya,” jawab Viktor yang berusaha untuk menyamakan langkahnya dengan Liam. Sesampainya di ruang kesehatan, Liam dapat melihat dengan jelas bagaimana dokter, dengan tangan yang terampil dan gerakan yang lembut tengah membersihkan luka Saras dengan cairan antiseptik. Saras menahan napas, mencoba mengendalikan rasa sakit yang tajam. Setelah luka bersih, dokter mengambil perban putih
Saras duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan mata yang terlihat sedikit merah karena menahan air mata. ia tidak bisa mempercayai bahwa Liam bisa mempercayai tuduhan Anjaswara tentang dirinya. ia merasa seperti sedang ditikam dari belakang oleh orang yang ia cintai.Saras mencoba untuk meredam emosi, tapi ia tidak bisa menahan rasa sakit yang dia rasakan. ia merasa seperti sedang berada di dalam badai yang tidak terjelaskan. ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Liam mempercayainya.Di sisi lain, Liam berdiri bersandar pada dinding kamar dekat pintu, dengan mata yang terlihat sedikit merah karena menahan amarah. ia tidak bisa mempercayai bahwa Saras bisa memiliki hubungan spesial dengan Ricard. ia merasa seperti sedang kehilangan kepercayaan pada orang yang dia cintai.Liam mencoba untuk meredam rasa cemburunya, tapi dia tidak bisa menahan rasa sakit yang dia rasakan. Dia merasa seperti sedang berada di dalam kegelapan yang tidak terjelaskan. ia tidak tahu apa yang
Vinso berlari dengan cepat melalui hutan yang lebat, dengan napas yang terengah-engah dan keringat yang bercucuran di wajahnya. ia telah melarikan diri dari tempat penyekapan beberapa jam yang lalu, dan sekarang ia harus mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.Saat dia berlari, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Vinso segera berhenti dan memutar tubuhnya, dengan hati yang berdebar-debar. Ia pikir itu salah satu orang jahat yang menyekapnya, dan dia siap untuk melawan.Tapi, saat ia melihat wajah orang yang berdiri di depannya, Vinso merasa seperti terkena petir. Wajah itu begitu familiar, begitu dicintai, dan begitu dirindukan. Vinso tidak percaya apa yang dia lihat, dan dia merasa seperti sedang bermimpi."Pak…anda" Vinso berbisik, dengan suara yang tergagap-gagap. "Apakah ini benar?"Danuarta,orang yang Vinso cintai dan rindukan, tersenyum dan mengangguk. "Ya, Vinso," Danuarta berkata, dengan suara yang lembut. "Aku telah mencarimu selama ini. aku khawatir tentangm
Viktor berjalan dengan cepat ke arah pintu rumah Liam, Viktor juga tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang berjejer rapi yang menyambut kedatangannya. mereka juga begitu menghormati Viktor, sebagai tangan kanan Liam.Saat Viktor membuka pintu rumah, ia melihat Liam dan Saras yang sedang duduk di ruang tamu. Keduanya terlihat dalam keadaan kurang baik. hal itu, dapat dilihat bagaimana cara Saras menundukkan wajahnya.saat Liam melihat Viktor, ia terlihat cukup terkejut. "Viktor, apa yang terjadi?" Liam bertanya dengan suara yang pelan.Viktor memandang ke arah Liam. "Tuan Liam,maaf saya lancang dan harus berbicara dengan anda mengenai sesuatu yang penting,” jawab Viktor.Liam memandang ke arah Saras. "Saras, aku minta kau untuk menungguku di dalam kamar," Liam berkata dengan suara yang pelan. "Aku akan menyusulmu jika urusanku dengan Viktor selesai."Saras memandang ke arah Liam, lalu ke arah Viktor. ia terlihat cukup penasaran, tapi dia tidak bertanya apa-apa. ia hanya mengangguk
Vinso berusaha untuk kabur dari tempat penyekapan, dengan tubuh yang lemah dan terluka. ia berlari dengan terseok-seok, dengan kaki yang terasa berat dan sulit untuk digerakkan. ia tidak tahu kemana ia harus pergi, tapi ia tahu bahwa dirinya harus keluar dari tempat itu secepat mungkin.Vinso memandang ke arah sekitarnya, dengan mata yang terlihat sedikit kabur. Ia melihat hutan yang lebat dan gelap di depannya, dan ia tahu bahwa itu adalah tempat yang paling aman untuk bersembunyi. Vinso berlari ke arah hutan, dengan tubuh yang terasa semakin lemah.ia kembali berlari dengan terseok-seok, dengan kaki yang semakin sulit untuk digerakkan namun harus dipaksakan.ia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa berlari, tapi ia tahu bahwa harus terus berusaha. Ia tidak ingin ditangkap lagi oleh orang-orang yang telah menyekapnya.Vinso memasuki hutan, dengan tubuh yang terasa semakin lemah. ia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa berlari, tapi Vinso tahu bahwa ia harus terus berusaha. Tiba-tiba, V
Liam menarik tangan Saras agar mengikuti langkahnya, dengan gerakan yang cepat dan pasti. Saras merasa sedikit terkejut dengan gerakan Liam yang tiba-tiba, tapiia tidak bisa menolak untuk mengikuti langkahnya.Mereka berdua memasuki lift yang terletak di dekat kamar Rosa, dengan Liam yang masih menggenggam tangan Saras. Saras merasa sedikit tidak nyaman dengan genggaman tangan Liam yang terlalu kuat, tapi ia memilih untuk diam.Lift bergerak ke bawah, Saras merasa mulai sakit karena genggaman tangan Liam yang terlalu kuat, tapi ua tidak bisa mengatakan apa-apa, kali ia takut untuk mengeluarkan suara.Saat lift berhenti di lantai dasar, Liam membuka pintu lift dan menarik tangan Saras agar mengikuti langkahnya. Mereka berdua keluar dari lift dan berjalan ke arah parkiran, dengan Liam yang masih menarik tangan Saras.Saras hanya bisa mengikuti langkah Liam, dengan hati yang sedikit berdebar.Saat mereka berdua sampai di parkiran, Liam membuka pintu mobil dan menarik tangan Saras agar m
Saras memasuki kamar inap Rosa dengan langkah yang pelan dan hati-hati. ia memandang ke arah sekitarnya, mencari tahu apakah ada orang lain di dalam kamar selain Rosa. Saat itu, ia melihat Anjaswara, ayah mertuanya, tengah menyuapi sarapan pada Rosa dengan sangat telaten.Rosa terlihat sedikit lemah dan kurus, dengan wajah yang pucat dan mata yang terlihat sedikit lelah. Anjaswara, di sisi lain, terlihat seperti biasa, dengan wajah yang serius dan mata yang tajam.Saat Saras memasuki kamar, Anjaswara dan Rosa saling tatap, dan terlihat tidak terlalu menyambut baik kedatangan menantunya itu. Mereka berdua terlihat sedikit tegang, dengan wajah yang yang nampak tak bersahabat.Saras memandang ke arah mereka berdua dengan mata yang sedikit ragu-ragu. ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Ada yang ingin kau katakan?" Anjaswara berkata dengan suara yang pelan, namun Saras dapat mengartikan bahwa hal itu seperti kalimat sindiran.Saras m
Liam memasuki ruangan kerjanya dengan langkah yang santai, sambil memandang ke arah Viktor yang sudah menunggu di depan meja kerjanya. Viktor,dengan wajah yang serius dan mata yang tajam, memandang ke arah Liam dengan ekspresi yang khawatir."Selamat pagi Tuan, saya senang anda hari ini masuk kantor." Viktor berkata dengan suara yang serius. "Karena ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan anda, Tuan.."Liam memandang ke arah Viktor dengan mata yang penasaran, sambil berjalan ke arah meja kerjanya. "Apa yang terjadi, Viktor?" ia bertanya dengan suara yang santai.Viktor memandang ke arah Liam dengan ekspresi yang khawatir. "Saya memiliki beberapa keganjalan saat menjual barang kita ke sekelompok mafia di luar negeri," ia berkata dengan suara yang serius.Liam memandang ke arah Viktor dengan mata yang penasaran. "Apa yang terjadi?" dia bertanya dengan suara yang santai, namun ekspresinya menuntut agar Viktor cepat berbicara.Viktor memandang ke arah Liam dengan ekspresi yang k
Saras membuka pintu mobil dan turun ke jalan, sambil memandang ke arah rumah sakit yang besar dan megah. Liam mengikuti di belakangnya, sambil menutup pintu mobil dan memandang ke arah Saras dengan mata yang penuh perhatian."Mau aku antar ke dalam?" Liam bertanya, sambil mengambil langkah ke arah Saras.Saras menggelengkan kepala, sambil tersenyum lembut. "Tidak perlu, Liam," dia berkata dengan suara yang lembut. "Aku bisa sendiri."Liam menganggukkan kepala, sambil memandang ke arah Saras dengan mata yang penuh kekaguman."Baik, aku akan menunggu di sini, sampai dirimu tidak terlihat. baru setelah itu aku akan pergi.” Ia berkata dengan suara yang santai.Saras tersenyum dan membalikkan badannya, sambil berjalan ke arah pintu masuk rumah sakit. Liam memandang ke arahnya dengan mata yang penuh perhatian, sambil berdiri di samping mobil dengan tangan yang terlipat di dada.Tanpa sepengetahuan mereka, Ricard sedang mengawasi dan menunggu Saras di balik tembok yang menghubungkan parkiran
Mobil itu berjalan dengan pelan di depan gerbang rumah Liam, terkesan sengaja ingin memperhatikan rumah yang elegan dan mewah itu. Pria paruh baya yang mengendarai mobil itu memandang ke arah rumah Liam dengan mata yang tajam, tapi tidak terlihat wajahnya karena kaca riben yang menutupi wajahnya.Mobil itu berhenti sejenak di depan gerbang rumah Liam, seolah-olah pria paruh baya itu ingin memastikan bahwa rumah itu adalah rumah yang dia cari. Setelah beberapa detik, mobil itu melanjutkan perjalanan, tapi tidak sebelum pria paruh baya itu memandang ke arah rumah Liam sekali lagi.Gerakan mobil itu tidak terlalu mencolok, tapi cukup untuk menarik perhatian seseorang yang sedang memperhatikan. Dan, kebetulan, ada seseorang yang sedang memperhatikan mobil itu. Saras, yang sedang berada di dalam kamarnya yang berada dilantai paling atas, melihat mobil itu berjalan di depan gerbang rumah dengan pelan.Saras merasa sedikit penasaran dengan mobil itu, Tapi, karena dia tidak bisa melihat wajah