Share

4. Sang Pemberontak, Rangsabala

Hari sudah sore, ketika Kahinda baru saja menampakan kakinya di pelataran halaman Kerajaan Marpala. Dia melihat begitu banyak prajurit Kerajaan tertidur di tanah. Kahinda juga melihat banyak darah yang mengalir di tubuh semua prajurit dan pasukan Kerajaan. Kahinda juga memeriksa beberapa tubuh mereka yang yang masih bernafas dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Raja Marpala..Putri Kahayu...dan.." Ucap seorang prajurit Kerajaan mencoba untuk memberitahu sesuatu pada Kahinda. Tapi, sayang nyawa prajurit yang sempat diperiksa Kahinda sekarang sudah menghembuskan nafas terakhir.

Kahinda masih mencoba untuk melihat beberapa orang yang mungkin saja masih hidup. Tapi, dia tetap tidak menemukan satupun dari mereka yang bisa bertahan. "Ayah, Ibu.." Ucap Kahinda yang langsung berlari menuju ke dalam istana. Dia juga melihat banyak orang yang bersimpuh darah.

Tapi saat dia sudah berada di dalam istana Kerajaan, Mata Kahinda langsung terbelalak ketika melihat tubuh ibunya juga sudah tergeletak tak berdaya di lantai istana. Dengan Rasa sedih yang mendalam, Kahinda mencoba untuk membangunkan tubuh ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Dia berbicara sambil terus meneteskan air mata kesedihan. "Ibu, Ibu..."

Kahinda melihat wajah ibunya yang juga penuh memar seperti terkenal pukulan seseorang. Bahkan dia juga memeriksa bagian tubuh ibunya yang tertusuk pedang dengan darah yang masih mengalir. "Kahayu, Apa yang sebenarnya kau inginkan, Kau bahkan tega membunuh ibu mu sendiri!?" lirih Kahinda yang kemudian menggendong tubuh ibunya dan membawanya ke arah dalam kamarnya.

Kahinda meletakkan tubuh ibunya di Ranjang sambil mencoba untuk kembali memeriksa keadaan sekitar. Dia juga tidak menemukan keberadaan ayahnya yang sakit lumpuh karena Racun yang diberikan Marya Leksula padanya. Dia juga memeriksa kamar Kahayu adiknya, tapi Kahinda juga tidak menemukannya. Dan saat ini Kahinda mendengar banyak suara langkah kaki besar sedang menuju ke dalam istana. Dia segera berlari untuk menemui rombongan yang datang ke istana.

"Periksa yang disana, temukan siapa saja yang masih hidup." ucap seorang pria yang terlambat datang ketika mendengar istana Kerajaan Marpala di serang oleh sebuah pasukan Pemberontak yang dikabarkan telah kembali. Ketika pria itu sampai, dia mengira bahwa pasukan pemberontak tidak akan berani masuk ke istana. Dan bagaimana pun, didalam istana sendiri juga banyak orang sakti yang terus mengawasi kegiatan di Kerajaan. Tapi dia tak melihat satupun diantara mereka.

"Ini jelas, aneh" ucapnya mendengar namanya dipanggil seseorang dari belakang ketika dirinya sedang mencari petunjuk.

"Paman Ram Wenang, Ibuku.." ucap Kahinda sembari menangis ketika melihat ke arah seorang pria yang merupakan pamannya sendiri.

"Kahinda" panggil Ram Wenang begitu terkejut ketika melihat Kahinda sudah ada disini sebelum dirinya. Sampai beberapa pembicaraan berlangsung, Kahinda sedang memperlihatkan tubuh ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Kahinda terus mencoba menjelaskan semua yang dia ketahui pada Pamannya, terkait Rencana pembunuhan yang akan dilakukan Marya Leksula dan adiknya Kahayu Rahma Dewi.

Tapi setelah mendengar cerita Kahinda, Sosok Ram Wenang masih merasa Ragu. Dia kemudian meminta Kahinda untuk tetap berada disisinya sambil mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia juga memerintahkan beberapa orang untuk mempersiapkan pamakaman untuk Ibunya Kahinda, dan juga pemakaman untuk semua prajurit yang tewas.

Dan di malam hari, ketika Bulan sudah naik. Baik Kahinda dan Ram Wenang bersama semua pasukannya sekarang sedang merasakan masa berkabung. Kahinda saat ini melihat banyak tumpukan mayat prajurit yang tertata rapi di kayu bakar. Dan dia juga sedang Melihat tubuh Ibunya yang sedang digotong beberapa orang untuk diletakkan di kayu bakar paling depan. Ada beberapa orang termasuk Kahinda sendiri sedang membawa obor api ditangannya.

Setelah lantunan do'a yang dilayangkan Ram Wenang, Baik Kahinda dan beberapa orang langsung melemparkan obor api ke tumpukan kayu bakar. Perlahan, api yang kecil sekarang sudah semakin membesar. Upacara pemakaman terus berlanjut sampai semua api padam dan tak menyisakan apapun selain abu sisa pembakaran.

Kahinda terus menangis tak henti-hentinya menyaksikan tubuh ibunya yang termakan kobaran api. Sedangkan Ram Wenang sendiri hanya terdiam sambil mencoba untuk membuat Kahinda tenang.

***

Beberapa hari kemudian, setelah kejadian pemberontak dan menghilangnya Raja Marpala. Kahinda dan Ram Wenang ditemani beberapa pasukannya sedang mencoba untuk mencari tahu. Apa tujuan musuh menyerang dan menculik Raja Marpala. Walaupun kahinda sempat mengatakan bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan Marya Leksula dan adiknya Kahayu. Ram Wenang belum bisa memastikan bahwa Kahayu sendiri yang melakukan itu. Terlebih, Ram Wenang mendengar bahwa Kahinda sudah membunuh Marya Leksula dengan tangannya sendiri.

"Kahinda, Aku hanya menebak bahwa Raja Marpala saat ini mungkin diculik oleh Pasukan pemberontak yang dulu pernah sempat dibersihkan oleh ayahmu. Hanya saja, Aku sendiri masih bingung. Raja Marpala memiliki 4 orang sakti yang biasa menjaganya. Tapi aku tak menemukan salah satu diantara mereka..." Ungkap Ram Wenang sembari memikirkan langkah selanjutnya.

"Tapi aku mendengar sendiri Paman, Kahayu dan Marya Leksula memiliki Rencana untuk melenyapkan Ayahku" Ucap Kahinda teringat cerita Marya Leksula sebelumnya. Dimana kemudian Kahinda mencoba untuk kembali menceritakan apa yang dia dengar sendiri dari Marya Leksula. Dia terus menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan Marya Leksula dan Akhir dari hubungannya.

"Kamu bilang, Dia anak dari salah satu Pemberontak?" tanya Ram Wenang.

"Tapi, Dia juga bilang padaku Bahwa Ayahku salah menghukum ayahnya. Aku sendiri tidak tahu pasti apakah dia berbicara jujur saat itu. Dia juga sempat menyebutkan Ibunya yang tidak Terima akan kematian suaminya. Dan dia pergi dari Kerajaan Bersama Marya Leksula." Jelas Kahinda melihat Ram Wenang sedang mencoba untuk mengingat beberapa kejadian yang sudah lama.

"Mungkinkah?" Tiba-tiba Ram Wenang seperti mengingat kembali seseorang perempuan dengan seorang anak lelaki melewati perbatasan wilayah kerajaan dimasalalu.

"Jika memang bukan Suaminya, Mungkin kah Ibu Marya Leksula sendiri yang merupakan seorang pemberontak?" Sekarang Ram Wenang mencoba untuk menyuruh seseorang untuk memanggilkan Mantan pemberontak dimasa lalu.

Hingga beberapa jam kemudian, Setelah Ram Wenang dan Kahinda menunggu lama. Seseorang mantan pemberontak di minta untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan dilontarkan Ram Wenang padanya.

"Katakan, Apa dulu pernah ada seorang perempuan yang menjadi salah satu pimpinan pemberontak Kerajaan?" tanya Ram Wenang langsung.

Saat ini seorang mantan pemberontak duduk bersimpuh sambil memohon ampun pada Ram Wenang. Dia sadar dulu pernah salah jalan dan dirinya juga sudah bertaubat menjadi rakyat biasa. "Ampun Tuan Ram Wenang. Hamba hanya pion kecil yang tidak tahu apapun. Aku hanya dipaksa mereka untuk bergabung."

"Tapi hanya kamu seorang yang tersisa, dan anehnya Kanapa Raja Marpala tidak ikut mengeksekusi mu?. Jadi katakanlah dengan jujur, Apakah ada diantara kalian seorang perempuan yang memimpin pasukan pemberontak?" Ram Wenang bertanya kembali dengan nada Pakasaan. Dan terlebih kenapa Raja Marpala hanya menyisakan satu orang untuk diampuni.

"Baiklah tuan, Aku akan katakan dengan jujur. Aku Winggih Mayana sebenarnya adalah utusan Raja Marpala yang ditugaskan untuk menyelidiki siapa saja yang menjadi pemberontak dan aku bergabung dengan mereka hanya untuk tujuan mencari siapa saja diantara beberapa orang penduduk desa yang di curigai. Lalu, saat itu..." Winggih Mayana menceritakan secara detail beberapa orang yang memiliki tanda seorang pimpinan pemberontak.

"...Ya ada tanda tato dibagian tengkuk lehernya.."

"Dan Pimpinan tertinggi para Pemberontak bernama Rangsabala, Dia adalah pendekar Sakti"

Winggih mengakhiri ceritanya, dan dia menjadi saksi kunci dalam kasus pembasmian Para pemberontak Kerajaan.

Sekarang Kahinda mencoba untuk mengingat tentang tanda tato dibagian tengkuk leher seseorang. Dia memang sempat melihat bahwa adiknya juga memiliki tanda tato berbetuk Dua pedang bersilang di tengkuk lehernya ketika dia mendapati perselingkuhan Marya Leksula dan adiknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status