Home / Pendekar / Pendekar Wanita Kahinda / 5. Menemui Guru Sakti

Share

5. Menemui Guru Sakti

Author: Kolong Langit
last update Last Updated: 2024-11-05 14:41:10

Sekarang Ram Wenang Sendiri jadi sedikit percaya dengan cerita Kahinda yang menceritakan bahwa Kahayu ada sangkut pautnya dengan penculikan Raja Marpala. Tapi, dirinya masih harus membenahi beberapa hal sebelum membuat tindakan. Dia sekarang meminta pada Kahinda untuk menjadi Raja sementara sampai ayahnya benar-benar bisa ditemukan. Tapi, Kahinda menolak hal tersebut dan dia langsung memilih Ram Wenang untuk menjadi Raja sementara Kerajaan Marpala. Dan itu dia katakan sebagai titah langsung dihadapkan semua pasukan Kerajaan Yang tersisa.

"Tapi Kahinda, Kamu akan lebih aman disini. Dan tidak mungkin bagiku untuk membiarkan mu berkeliaran bebas" Ucap Ram Wenang jelas tidak ingin sampai keponakannya mendapatkan masalah.

Kahinda tetap menolak apa yang diinginkan Ram Wenang, dan dia sendiri juga ingin pergi untuk menemui seseorang yang merupakan gurunya. Namun, Ram Wenang tetap menolak permintaan Kahinda dan dia sekarang meminta beberapa orang untuk menjaga kediaman Kahinda yang berada di sisi lain Kerajaan Marpala.

Kahinda begitu tak mengerti dengan kekhawatiran pamannya, tapi dia sudah memutuskan untuk pergi malam ini juga. Bukan untuk mencari ayahnya yang jelas dia tidak tahu keberadaannya. Melainkan dia akan pergi ke tempat dimana ada seorang Guru sakti yang sudah mengajarkan ilmu kesaktian padanya.

Dimalam hari, Kahinda masih menunggu kesempatan datang agar dirinya bisa melewati beberapa penjaga yang terus keluyuran di dekat kediamannya. Bahkan dia sedang menggerutu pada Ram Wenang. "Paman Ram Wenang terlalu berlebihan, Bahkan bukan hanya ada sepuluh penjaga disini. Melainkan ada sekitar 20 orang. Tapi, aku tetap akan pergi..." Ucap Kahinda masih menunggu kesempatan datang.

Dia juga sempat berbicara dengan seseorang yang akan membantu dirinya keluar dari kediamannya. Walaupun sempat ada penolakan, Orang yang akan membantu Kahinda pergi sekarang sedang bersiap untuk melakukan sesuatu dengan bayaran setimpal.

"Winggih, Ayolah lama sekali" lirih Kahinda sedang mengintip dari celah jendela.

Sampai beberapa menit kemudian, Terjadi keributan di pelataran halaman istana. Dimana ada sekitar 30 sapi jantan dilepas di halaman istana. Bukan hanya itu saja, Dibeberapa pelataran halaman istana juga ada keributan lain, dimana seseorang melepaskan beberapa kuda milik Prajurit Ram Wenang. Malam itu sungguh kacau, sampai-sampai membuat beberapa penjaga di kediaman Kahinda harus ikut turun tangan. Dan kesempatan itu tidak akan disia-siakan Kahinda yang sekarang sudah membuat pingsan lima orang penjaga dengan sebuah pukulan di tengkuk lehernya.

"Aduh apa aku terlalu keras?, Maaf ya"

Dengan pakaian serba hitam, Kahinda juga menutupi kepala dan wajahnya dengan cadar dan kerudung hitam. Dia ingin menyamarkan diri di dalam kegelapan malam.

Setelah lima hari perjalanan, Akhirnya kahinda sudah sampai di luar perbatasan Wilayah Kerajaan Marpala. Dia sekarang sedang menuju ke arah timur Wilayah yang disebut Pasir Getih. Sebuah dataran luas dengan tanah Merah, yang memiliki hutan Akasia di sebagian wilayah itu. Itu juga merupakan Wilayah kerajaan lain yang tidak terurus bahkan tidak ada yang menetap tinggal di situ.

Kahinda sendiri juga sudah membeli Kuda dari penduduk desa di perbatasan wilayah kerajaan Marpala. Dia bisa keluar dari tempat tersebut, karena memang tidak ada penjagaan sama sekali. Terlebih dia melewati jalan yang memang tidak sering dilalui oleh orang lain. Jadi, sekarang dia lebih mudah untuk pergi dan tidak perlu Khawatir pamannya akan memerintah pasukan untuk mencari dirinya.

"Semoga Winggih baik-baik saja. Dan Paman mengerti dengan keegoisan ku" lirih Kahinda memacu kudanya.

"Hiya!"

Tanpa sadar, perjalanan Kahinda untuk bertemu dengan Gurunya begitu panjang dan lama. Karena sekarang dirinya sendiri yang akan berkunjung. Tidak seperti sebelumnya, Kahinda lah yang sering dijemput untuk belajar ilmu kanuragan dengannya. Kahinda sendiri mengenal Gurunya karena sebuah kejadian di masalalu ketika masih remaja.

Dia yang sedang ikut berburu dengan Ram Wenang tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan seorang Guru sakti yang hampir mati karena kelaparan. Kahinda yang masih Remaja bertemu dengannya di hutan, ketika Ram Wenang dan beberapa orang sedang menjelajahi hutan.

Kahinda yang jenuh didalam tenda memutuskan untuk pergi diam-diam sambil membawa makanan dan minuman. Tapi dia kemudian tersesat di hutan, Dia menangis begitu kencang. Dan saat tangisannya perlahan mengecil. Didepannya, dia melihat tubuh seseorang yang seperti sedang tertidur. Kahinda saat itu mencoba untuk memeriksa tubuhnya dan seketika terkejut melihat Tubuhnya yang penuh dengan luka. Saat itu, Orang itu terus meminta air dan makanan pada Kahinda. Kahinda yang merasa iba pun tanpa curiga langsung memberikan makanan dan minumannya. Sebagai balapan atas kebaikan Kahinda, orang tersebut lalu memberikan Kahinda sebuah bandul kalung berwarna merah. Dan itu adalah hadiah pertemuan dan pengikat dirinya dengan seorang Guru sakti.

Dan saat ini, Kahinda sudah sampai di sebuah wilayah aliran sungai, Dia melompat ke beberapa bebatuan besar menuju ke air terjun disisi atas. "Guru, Aku datang untuk menjenguk mu"

"Guru, Dimana kamu"

Teriak Kahinda lantang dan terus memanggil seseorang. Kahinda sendiri sampai sekarang belum mengetahui nama aslinya, dan hanya menyebut orang itu Guru. Dan Bagaimana pun, Orang itu lah yang melatih Kahinda sejak usia Remaja.

"Guru, Kamu beneran tinggal disini?" tanya Kahinda merasa dibohongi sekarang.

"Guru, Apakah kamu sedang Kebelet?"

Teriak Kahinda masih juga belum mendapatkan balasan. Padahal dia sudah bersusah payah datang ke tempat itu sendirian. "Gu.."

"Berisik sekali Kamu. Aku sudah berada di belakang mu sedari tadi, Bodoh" Ucap suara pria berusia 52 tahun sedang membawa Botol air yang terbuat dari Bambu yang diikat dengan serabut kelapa yang dianyam.

Kahinda yang jelas mengenal suara pelan Pria tua itu langsung mencoba untuk menoleh kebelakang. Tapi dia tidak melihatnya, sampai sebuah pukulan pelan dipundak membuat Kahinda terkejut.

"Wayo.." ucap pria tua mengejutkan Kahinda.

"Guru, Kau sudah tua sekarang" ucap Kahinda senang Akhirnya dia bisa bertemu dengan seorang yang dia panggil Guru.

"Aku ya memang sudah tua, Apa kamu mau mengejekku yang tua ini? dan datang cuma mau melihat wajahku yang tua?" Ucap pria tua itu tersenyum.

"Haha, Maaf Guru. Aku cuma senang melihat Guru baik-baik saja dan masih sehat" Ucap Kahinda siap menutup telinga ketika Pria tua itu mau berbicara.

"Oh, Kamu mengira aku sakit-sakitan? Dan kamu kesini cuma untuk mengatakan kalau aku sehat?" Ucap pria tua itu sembari memberikan Kahinda botol bambu yang berisi air Nira.

"Nah, Minumlah. Aku baru mengambilnya" Ucap Pria tua itu yang kemudian melompat ke arah bebatuan di tengah kubangan air terjun.

"Kahinda, Ikuti aku"

"Baik Guru" ucap Kahinda yang kemudian juga ikut melompat ke beberapa bebatuan menuju ke tengah batu dikubangan air terjun.

Sekarang keduanya langsung bediri sambil melihat Air terjun yang jatuh dengan derasnya. Dan tanpa berlama-lama, Pria tua itu seketika mengayunkan telapak tangan ke udara. Dengan sebuah pemanggilan, Dari telapak tangannya muncul sebuah pusaka berbetuk seperti tongkat. Dia lalu menyuruh Kahinda untuk berdiri di belakang tubuhnya Sambil terus memainkan tongkatnya. Dan hanya dengan sekali pukul, Kubangan air terjun dan Air yang terjatuh seketika terbelah dan langsung memperlihatkan sebuah pintu masuk di belakang air terjun tersebut.

Kahinda masih begitu kagum melihat kesaktian Yang ditunjukkan oleh Gurunya dan berharap dia suatu saat nanti bisa mempelajarinya.

"Nah, Ayo gunakan titian langit" Ajak pria tua itu yang langsung terbang masuk ke dalam Belahan air terjun.

"Tunggu!, Guru" teriak Kahinda yang kemudian menyusul Gurunya dari belakang.

Related chapters

  • Pendekar Wanita Kahinda   6. Melatih Diri dan Tujuan

    Kahinda sendiri sekarang sudah berada di dalam Gua besar dibawah Air terjun. Walaupun dia sudah beberapa kali ke tempat itu, Rasa kagum Kahinda sekarang jadi semakin besar. Bahkan ketika Gurunya memperlihatkan jurus-jurus Baru untuk sekedar pamer padanya. "Nah, Bagaimana dengan jurus Tongkat Pemukul airku?" tanya Pria tua itu memperlihatkan pusaka miliknya yang lain. Dan Kahinda hanya membalas dengan tersenyum. Kahinda sendiri juga baru pertama melihat pusaka berbetuk tongkat itu di pamerkan oleh Gurunya. Ya, dia sudah tidak lagi terkejut melihat Gurunya yang memang suka pamer didepannya. Terlebih ketika Kahinda masih Remaja. Gurunya sering memperlihatkan kemampuan aneh yang membuat dirinya begitu kagum dan menarik dirinya untuk mempelajari hal tersebut. Kahinda juga tahu, jika pamer yang ditunjuk oleh gurunya hanya untuk membuat dirinya senang. Seolah sekarang dia tahu, Kalau Kahinda masih cengeng seperti dulu. Dan tahu kalau Kahinda sedang menyimpan rasa kesedihan paling dalam d

  • Pendekar Wanita Kahinda   7. Sudra Karma dan Ingatan Yang Terkikis

    Sudra Karma terus menjelaskan banyak hal yang dia ketahui dari pengalaman berkelananya pada Kahinda. Dan sembari menjelaskan, Sudra Karma juga terus mengingatkan bahwa kemampuan yang dia ajarkan tidak boleh di salah gunakan. Dia juga berpesan agar Kahinda bersungguh-sungguh dalam melatih diri sampai batas waktu yang ditentukan. "Kahinda, mengenai efek samping dari Rangka Rangkup itu kamu pikirkan masak-masak sebelum menggunakannya." Jelas Sudra Karma sembari memberikan beberapa petunjuk dalam penggunaan Kemampuan Rangka Rangkup, yang mana kemampuan itu sendiri memang akan mengikis ingatan seseorang penggunanya. Sudra Karma sendiri juga menceritakan bahwa dirinya pernah menggunakan Rangka Rangkup dan hal itulah yang membuat dirinya menyesal. Dia kehilangan ingatan tentang dari mana dirinya berasal. Walaupun tidak semua ingatan hilang, Sudra Karma sendiri jadi tidak tahu jalan pulang. Kahinda sendiri terus mendengarkan penjelasan Gurunya dan dia yakin bahwa kemampuan Rangka Rangkup

  • Pendekar Wanita Kahinda   8. Pelatihan Dimulai, Kejanggalan dalam Pelatihan

    Kemampuan Rangka Rangkup yang Kahinda pelajari merupakan ilmu kesaktian untuk menghasilkan Aura Pelindung. Di dalam pertarungan, pengguna Rangka Rangkup itu mampu menyerap jenis serangan apapun. Hanya saja, Kesaktian Rangka Rangkup memiliki batas dalam penggunaannya. Jika penguna terlalu lama menggunakan Rangka Rangkup, pengguna akan menerima efek samping seperti yang dikatakan sebelumnya dan itu sangat beresiko. Setelah proses penyaluran inti kesaktian Rangka Rangkup, Sudra Karma kemudian meminta Kahinda untuk mempelajari setiap Gerakan yang akan dia tunjukkan. "Ingat Kahinda, Rangka Rangkup punya batas pemakaian. Jika terlalu lama, Besar kemungkinan seluruh ingatanmu akan benar-benar hilang walaupun kamu berusaha menyerap ingatan di bandul kalung itu." Jelas Sudra Karma memainkan beberapa gerakan menyapu kaki dan menyapu tangan. Sudra Karma juga menjelaskan kembali terkait Bandul kalung itu, yang akan memberitahu Kahinda jika batasnya sudah tercapai. Bandul kalung akan bersinar te

  • Pendekar Wanita Kahinda   9. Angkara Murka Di Kerajaan Marpala

    Kahinda sekarang hanya bisa menatap dari kejauhan wilayah aliran sungai, Gua air terjun. Dengan menunggangi kuda yang dirawat Gurunya. Kahinda merasa bahwa masih ada sesuatu yang disembunyikan gurunya. Walaupun dia tidak tahu pasti, alasan kenapa Gurunya ingin menutup diri. Kahinda yakin gurunya melakukan itu untuk sebuah tujuan. "Guru, Aku berjanji setelah urusan ku selesai. Aku pasti akan mencari keberadaan anakmu." Ucap Kahinda di dalam hatinya. Kahinda kemudian melihat kembali benda pusaka titipan gurunya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Pusaka pedang Rantai tidak bisa dia simpan di dalam tubuhnya. Bahkan kahinda juga sudah menanyakan pada gurunya, kenapa hal itu bisa terjadi. Kahinda kembali memperhatikan pusaka pedang Rantai itu. Dia kemudian mencoba untuk menarik bilah pedang dari sarungnya, tapi setelah beberapa upaya bilah pedang itu tidak bisa dia keluarkan. Hal itu tentunya kembali membuat Kahinda bertanya-tanya, apakah dirinya memang tidak bisa menggunakannya. "Kurasa,

  • Pendekar Wanita Kahinda   10. Gadis Persembahan Damai

    "Namaku Malani Warangka" Ucap Kahinda memperkenalkan dirinya dengan nama samaran. Tentunya Kahinda tidak ingin jati dirinya terungkap sekarang. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Kahinda merasa bahwa dia sudah melakukan tindakan yang benar. Ranji Solaka terkekeh kecil, ketika mendengar nama Kahinda. "Nama yang Bagus untuk seorang perempuan pengembara." Ujar Ranji Solaka yang terus memperhatikan wajah Cantik Kahinda dengan kemolekan tubuh yang menjadi idaman dan dambaan hati setiap pria yang melihatnya. Ranji Solaka tidak pernah salah memasang matanya, dengan sikap sedikit cueknya. Dia berharap bisa lebih mengenal perempuan yang sekarang berada didepannya. Dan dia tidak pernah gagal dalam upayanya. "Terimakasih, maaf jika nanti merepotkan" tutur Kahinda yang kemudian berjalan ke arah kudanya dan melepaskan tali pengikatnya. Setelah beberapa menit berjalan, Kahinda yang sekarang berada di belakang rombongan bersama Ranji Solaka. Keduanya saat ini saling berbagi informasi, terlebih

  • Pendekar Wanita Kahinda   11. Gerakan Yang Setimpal

    Kahinda terus mendengar tawa Ranji Saloka dan beberapa orang anak buahnya. Ada sekitar 6 orang berpakaian serba hitam dan pakaian itu berbeda dari sebelumnya. Walaupun sebenarnya Kahinda bisa lari atau kabur, Dia tetap masih penasaran dengan sosok Ranji Saloka. Bukan karena dia naksir atau terpikat dengannya. Akan tetapi, Kahinda yakin bahwa Ranji Saloka memang menyembunyikan sesuatu di Gerobak tandu yang diaraknya. Kembali tatapan keduanya bertemu, Kahinda juga terus memperhatikan sekitar. Dia tidak ingin membuat gerakan apapun selain mundur kesamping. Bagaimana pun, Kahinda saat ini sudah terkepung dan jika sampai dia membuat langkah yang salah. Tentunya hal itu akan membuat dirinya tak memperoleh penjelasan dari Ranji Saloka. "Sudah aku katakan, Aku cuma pengantar. Lagi pula, apa yang bisa kamu lakukan jika mengetahui siapa aku sebenarnya?." Tutur Ranji Saloka terdiam beberapa saat sambil memberikan intruksi pada bawahannya. Dia sekarang memberikan kode khusus yang hanya bisa dim

  • Pendekar Wanita Kahinda   12. Dyang Yawine, Kelompok Rangga Wiris

    Gerobak Rombongan dagang kembali melaju, semua orang masih berada di posisinya masing-masing. Diketahui, setiap Gerobak dagang menyimpan banyak barang dan di masing-masing gerobak ada sekitar 2 orang yang disembunyikan. Rombongan dagang itu sendiri memiliki 15 Gerobak dan satu Gerobak tandu yang memimpin perjalanan mereka. Masing-masing Gerobak ditarik dua ekor kuda yang berjalan mengantri dan mengikuti Barisan. Tiga puluh orang prajurit juga dilengkapi persenjataan lengkap. Ada yang berjalan dan ada pula yang menunggang kuda. Ada yang bertugas mengawasi sisi kanan dan kiri, dan ada pula yang mengawasi bagian belakang. Walaupun jumlah mereka sedikit, tapi mereka sudah terlatih. Kuda Kahinda sendiri berada di barisan paling belakang, dimana ada seseorang prajurit yang menariknya dan tidak menunggangi kudanya. Dan saat ini, Kahinda terus melihat ke arah depan dalam keadaan terduduk dan terikat tubuhnya. Dia tetap diam sembari memperhatikan wanita muda yang duduk di kursinya. Walaupun

  • Pendekar Wanita Kahinda   13. Menjajal Kemampuan

    "Malani!, Percuma kamu kabur!" teriak Ranji masih ingin memastikan bahwa tali tersebut masih terhubung dengan Kahinda. Dan saat tarikan terakhir, dia merasakan ikatan tali terasa kencang. Penasaran dengan itu, Ranji yang sudah beberapa kali memanggil Kahinda, akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah dimana Kahinda berada. Dan benar saja, Tali itu sudah terikat kuat di pohon kecil dekat semak belukar. Dia juga tidak melihat tanda tanah bekas membuang hajat , tanda bahwa Kahinda berbohong kalau dirinya memang kebelet. Dia juga melihat jejak Kaki Kahinda yang mengarah ke sebuah tempat. "Cih, Mau lari dari ku!, Jangan harap kamu bisa melakukannya" ucap Ranji sembari melemparkan tali yang sudah dia gulung ke arah semak belukar. Dan dengan kecepatan dia langsung membuat lompatan besar ke arah jejak kaki di depannya. Hujan semakin deras, dan membuat jejak kaki semakin tampak. Ranji terus mengikuti arah kemana jejak kaki Kahinda pergi. Dia tentunya paham betul bagaimana mengidentifikasi

Latest chapter

  • Pendekar Wanita Kahinda   37. Jarum Bius, Kelumpuhan

    Ragul pun ikut melompat ke arah Kahinda. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk dijadikan pengalihan. Dia bersama Kakaknya, akan melakukan segala cara hanya untuk menangkap Kahinda, walaupun harus mempermalukan dirinya. Bagaimana pun, keduanya sudah sangat tergoda dengan kemolekan dan kecantikan Kahinda. Terlebih bagi Ragil sendiri, Kahinda adalah tipe wanita yang sempurna untuk dijadikan istrinya. Ragul hanya mengikuti keinginan Kakaknya, dia sekarang tertawa lebar ketika melihat Kahinda memperhatikan dirinya. Dia berdiri dengan begitu tegap dan berani. "Hey, Cantik lihat aku." Ucapnya sembari tertawa lepas, ketika dia memperlihatkan bulu ketiaknya. "Kalian berdua memang menjijikkan!" Bentak Kahinda seketika menerima tendangan Ragil di perutnya. Dia langsung terpental mundur ke belakang dan terjatuh ke sisi pinggir danau. Ragil dan Ragul kembali tertawa, ketika tahu Kahinda bisa dengan semudah itu dikalahkan. Ragul kemudian mengenakan pakaiannya kembali dan dia hanya ingin mempe

  • Pendekar Wanita Kahinda   36. Dua lawan Satu, Ragil dengan Rencana anehnya

    Ragil dan Ragul tak menyangka, Wanita didepannya begitu ahli dalam pertarungan. Keduanya pun mundur kebelakang ketika merasa pukulan palu mereka tidak membuat Kahinda menyerah. Bahkan keduanya sekarang begitu terkejut melihat Kahinda kembali membuat ejekan. "Dua lawan satu, Ayo kalian maju?!" tantang Kahinda membuat senyum cantik di depan mereka. Tampak bibir dan giginya telihat manis saat membuat senyum itu. Ragil kemudian meminta Adiknya untuk mundur dan berbisik beberapa hal. Dia ingin tahu apakah Kahinda memang sehebat itu, dan mampu membuat mereka mundur kebelakang. "Kau mengerti kan" tutur Ragil yang meminta Adiknya untuk melakukan sesuatu. "Malulah, Masa aku buka pakaian?" Ragul langsung dijitak Kakaknya yang memiliki Rencana dan siasat aneh. Kahinda terbengong beberapa saat, ketika dia melihat Ragil maju dan Ragul melangkah ke arah samping. Dia terus memperhatikan keduanya, "Apa yang kalian Rencana kan?" tanya Kahinda. Ragil hanya tersenyum sebelum dia pada akhirnya

  • Pendekar Wanita Kahinda   35. Darah, Dibayar

    "Haha, Aku sudah cukup lega sekarang. Wanita ini begitu mulus dan terasa Enak untuk digunakan." Tutur Sosok Botak berjanggut. Dia adalah Ragil Mayapena yang sedang mengikat seorang wanita cantik hasil tangkapannya. "Lain kali aku mau duluan Kakak, Aku juga mau merasakan Wanita yang masih Perawan." Ucap Ragul Mayapena sembari duduk dan memperhatikan Kakaknya yang sedang membenarkan celananya. "Tapi sayang, dia tak terlalu banyak menjerit. Padahal aku lebih suka Wanita yang melawan." Ucap Ragil Mayapena berjalan ke arah kudanya. Dan saat dirinya berbalik arah, dia langsung mendengar suara Ragul Mayapena yang terjatuh. "B–wah!" Ragul Mayapena tersungkur ke tanah ketika dirinya mendapatkan sebuah tendangan keras dari Kahinda. "Ragul!" teriak Ragil melihat ke arah seseorang Wanita yang berdiri di belakang Ragil. Ragul langsung bangkit, dan memperhatikan wanita di belakangnya. Dia langsung tersenyum melihat sosok Kahinda, "Kak, Bukankah dia Wanita di kedai." Ucap Ragul bangkit dan

  • Pendekar Wanita Kahinda   34. Negeri Yawena, duo Mayapena.

    Dua hari kemudian, Kahinda dan Wan Bin tengah mempersiapkan diri mereka untuk kembali memutar jalan. Mereka sedang menunggu Kaliwu menunjukkan kehebatannya. Di bantu Kahinda selaku majikannya, Kaliwu sedang memusatkan tenaga magisnya. Dari telapak tangan Kahinda, anting Kaliwu berkedip dan melata di tanah seperti ular kecil mainan. Ukurannya seperti sebatang rokok dan itu sangat kecil. Jika, di ibaratkan tubuh Kaliwu itu seperti tiga kecoa berjajar dan berbaris. Kahinda mencoba kembali pemanggilan bentuk besar ular Kaliwu. Dia berkonsentrasi penuh saat ini, dan ketika dua jarinya berada dan menempel di keningnya. Kahinda langsung menyalurkan tenaga Magis yang sudah dipelajari dari Kaliwu. Terlihat benang merah bersinar seperti cahaya laser langsung masuk ke dalam tubuh Kaliwu. Hanya sesaat, Kahinda melihat tubuh Kaliwu semakin membesar dan dia langsung mundur bersama Wan Bin. "W–argh!" Teriak Kaliwu menggema, sisik merahnya terlihat seperti lava berpijar ketika dirinya kembali k

  • Pendekar Wanita Kahinda   33. Tunggangan Ular Kuno

    Kahinda pun langsung menutup matanya, dan perlahan dia merasakan sensasi dingin di wajahnya. Dia benar-benar ketakutan ketika melihat taring tajam dan juga panjang hendak menusuk dirinya. "Apa yang kamu lakukan!" teriak Wan Bin yang langsung di lilit ekor kaliwu. Dia tidak mampu bergerak ketika merasakan lilitan itu terus meremas tubuhnya. "Haha, Bagaimana ya rasanya daging manusia??" tanya Kaliwu mengarahkan ekor ke wajahnya sendiri. Dia ingin melihat tatapan ketakutan Wan Bin saat ini. "Apa kamu suka makan daging ular?." Saat ini Kaliwu hanya ingin membalikkan perkataan Wan Bin yang beberapa menit yang lalu tergiur dengan dagingnya. "Kaliwu, lepaskan Wan Bin!." Ucap Kahinda merasakan dan melihat ingatan kaliwu di dalam pikirannya. Kahinda tidak takut, hanya saja dia sedikit merasa pening ketika dirinya terhubung dengan Kaliwu. Walaupun hanya sesaat, Kahinda melihat gambaran wajah seseorang perempuan cantik yang merupakan Ratu ular. Sampai beberapa menit kemudian, Kaliwu lang

  • Pendekar Wanita Kahinda   32. Anting Kaliwu

    Kahinda sesaat hendak melihat apakah sosok Ular besar itu masih bisa bergerak atau sudah mati. Dia dan Wan Bin kemudian mencoba untuk memeriksanya seraya memastikannya. Keduanya berjalan pelan sambil terus memperhatikan tubuh ular besar itu. Keduanya melangkah dengan hati-hati. "Apakah Ular besar ini juga jelmaan?" tanya Kahinda melihat kepala ular besar itu sudah terpisah dari bagian tubuhnya. Banyak darah muncrat ke tanah dan itu terus mengalir seperti aliran dana korupsi. "Sepertinya bukan kak, Jika dia jelmaan seharusnya dia kembali menjadi manusia ketika mati." Ucap Wan Bin yang sekarang sedang menginjak kepala ular besar itu beberapa kali. "Hey, jangan lakukan itu!. Dia sudah mati, jadi perlakuan dengan baik. Lagi pula, kita belum tahu tentang ular ini" ucap Kahinda menggeleng kepala melihat tindakan Wan Bin yang suka sembarangan. "Maaf kak, Tapi sepertinya daging ular ini enak untuk dimasak." Kahinda langsung kaget ketika Wan Bin mengatakan hal itu. Diapun berkata, "A

  • Pendekar Wanita Kahinda   31. Pertarungan Jejak Dua ular Kuno

    Wan Bin membuat anggukan, tapi dia tidak langsung menjawab pertanyaan Kahinda. Dia kemudian menatap lencana keluarganya, lencana berbentuk bulat dengan ujung sedikit mengerucut seperti bentuk tameng. Ada gambar terukir di lencana keluarganya. Sebuah gambar berbetuk kepala Burung hantu yang sedang menatap tajam. "Aku ingat wajah mereka tapi aku tidak ingat namanya." Wan Bin kemudian memperlihatkan tulisan aneh dibelakang Lencana keluarganya. Dia kemudian membacakan di depan Kahinda. "Keluarga Wan Bin" itulah tulisan dari huruf aneh yang terbaca. Saat ini Kahinda memperhatikan tulisan tersebut. "Hem, hurufnya seperti paku yang tersusun, Apakah Nyi Salema menamai mu seperti huruf ini?." Kahinda penasaran jika Nyi Salema memang bisa membaca tulisan yang tidak dimengerti olehnya. Mungkin Wan Bin bukanlah nama sebenarnya dari anak berusia 9 tahun tersebut. "Haha, Kak Kahinda salah mengerti. Nama asli ku sebenarnya.." Wan Bin ingin mengatakan namanya ketika suara auman kembali m

  • Pendekar Wanita Kahinda   30. Harimau Liar, Gayap Merpana.

    Kahinda sedang menggunakan penglihatan Rawang Sanggah. Dia Ingin menemukan tanda kehidupan lain selain kunang-kunang itu. Tapi sayang, pandangan Rawang sanggah terbatas beberapa meter. Dia tak menemukan apapun selain serangga yang sedang hinggap di beberapa pepohonan. "Suaranya dari sebelah sana. Tapi aku tak yakin" ucap Kahinda mendengar suara gema aneh itu kembali. Dia merasakan suara itu dekat tapi dia tidak menemukan apapun di dekatnya. "Kak, kata Nenek jika suara terdengar dekat itu tandanya suara itu jauh." Ucap Wan Bin mengatakan beberapa perkataan neneknya yang dia ingat. "Benarkah?, Apa Nyi Salema mengatakan hal seperti itu?." Kahinda hanya tidak yakin dengan ucapan Wan Bin. Karena dia merasa suara itu begitu dekat dengan mereka. "Benar Kak, Walaupun itu sekedar cerita nenek. Tapi nenek pernah mengatakan itu padaku. Kalau tidak salah saat nenek menceritakan tentang dongeng hantu perempuan yang bernyanyi." Lanjut Wan Bin yang kemudian menceritakan sebuah cerita horor d

  • Pendekar Wanita Kahinda   29. Pendekar Alas Yali

    Kahinda baru saja masuk, dan dia baru sampai di bagian dalam dekat pintu masuk hutan. Dia dan Wan Bin Mulai melangkah perlahan dengan kudanya. Mereka berdua melihat ke sekeliling dan melihat begitu banyak pohon besar yang menjulang tinggi. Dan yang mereka tak sangka, ternyata pohon itu adalah pohon singkong. Yang memang tumbuh besar di hutan tersebut, mungkin karena tidak terurus atau memang tumbuh liar. Pohon singkong itu tampak seperti pohon biasa pada umumnya. Hanya saja, pohon singkong itu memiliki banyak batang dan rantingnya sendiri. Akar-akar besarnya sendiri terlihat besar seperti umbi yang menjalar. Dedaunan terlihat berjari dan terus bergoyang tertiup angin. "Ternyata ini penampakan Hutan Terlarang, Sungguh aneh untuk dikatakan sebuah hutan. Ini bahkan seperti kebun besar yang ditanami singkong." Ucap Kahinda yang sudah memastikan bagian batangnya. "Kak, Kalau dicabut bisa?" tanya Wan Bin merasa penasaran. "Kalau sanggup bisa saja, tapi siapa yang mau mencabut pohon se

DMCA.com Protection Status