Kahinda kali ini benar-benar dalam masalah, dia yang sudah pasrah hanya bisa berdiam diri ketika Marya Leksula sedang meraih pedangnya. Kahinda sendiri hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Marya terkejut. Sebuah hadiah spesial untuk pemutusan hubungan dan hadiah selamat tinggal yang dipersembahkan pria bejat didepannya.
"Jadi, Bagaimana kalau kita mulai sekarang" tutur Marya Leksula sembari memainkan pedangnya. Dia sendiri sebenarnya tidak takut untuk melepaskan ikatan tali pusakanya yang membelenggu tubuh Kahinda. Jadi setelah mendengar bahwa Kahinda sudah pasrah akan nasibnya, dengan tanpa Ragu Marya Leksula bersiap untuk melepaskan tali sakti tersebut. Hanya dengan satu kibasan pedangnya, tali Sakti itu seketika terlepas dari tubuh Kahinda. Dan hanya dalam sekejap, tali sakti itu menghilang dan kembali ke tangan Marya Leksula. "Baiklah, Sekarang kau yang mulai duluan" lirih Kahinda menyingkap kain yang menutupi kakinya. Dia sedang mencoba untuk memperlihatkan rasa ketertarikan Marya Leksula padanya. "Hahaha, Kahinda Akhirnya kamu mengerti" Tawa Marya Leksula dibarengi langkah kakinya yang bersiap merubuhkan tubuhnya ke arah Kahinda. Tapi, disaat Marya Leksula siap menubruk Kahinda. Dia seketika terkejut melihat senyum di perlihatkan Kahinda yang dibarengi langkah gerakan cepat sebuah tendangan kaki kanan ke arahnya. Yang mana tendang yang diarahkan kahinda seketika langsung memukul wajah pria didepannya. Marya Leksula seketika berteriak kesakitan merasakan ada goresan tajam di pipi kirinya. "Arghhh!, Kahinda!" teriak Marya Leksula melihat sebuah pisau kecil berada di Selop Sandal Kahinda. "Hehe, Apa sakit?" tanya Kahinda yang tidak melepaskan kesempatan begitu saja ketika dirinya melihat marya Leksula yang merasakan sakit di pipinya. Dengan sebuah gerakan cepat, Kahinda memainkan gerak tubuhnya yang terus memainkan tendangan ke arah Marya Leksula. Akan tetapi, Kahinda tidak tahu kalau Marya Leksula sudah bersiap untuk membuat tangkisan pada tendangan yang dia arahkan. Tangan kanan Marya Leksula sekarang berhasil menangkis tendangan kaki kiri Kahinda. "Cih, Bisa-bisanya kau menyembunyikan senjata di sendalmu." ucap Marya Leksula menahan kaki kiri Kahinda. Dan dengan gerakan cepat sembari menahan rasa sakit di pipinya, Marya Leksula membuat gerakan memutar tangan kanannya mencoba untuk menarik Kahinda ke arahnya. Dan dengan sebuah pukulan telapak tangan kirinya, Marya Leksula berhasil membuat Kahinda terpental kebelakang. "Urgh!" teriak Kahinda yang terlempar dan menubruk dinding gua dibelakang tubuhnya. Marya Leksula berdiri sambil mengusap luka gores di pipinya dengan menggunakan tangan kirinya. Dia membaca sesuatu seperti mantra penyembuhan. Hanya sekilas, luka di pipi kirinya seketika merapat dan sembuh total. Yang mana saat marya mengusap pipinya, terdapat cahaya hitam menyala. Lalu Marya kembali tersenyum sambil menghirup dan menghela nafas panjang. "Hahaha, Kahinda Apa kamu mengira bahwa pisau mu bisa membuat ku terluka?, Jika kamu memang ingin membunuh ku, Lakukan saja" Ucap Marya Leksula tidak main-main dengan ucapannya. Bahkan sekarang dia berjalan kembali untuk meraih pedangnya dan langsung melemparkan pedang itu ke arah Kahinda. Suara pedang jatuh seketika menggema ruangan gua yang tertutup itu. Kahinda sekarang benar-benar diremehkan Marya Leksula yang masih bertelanjang dada. "Bagaimana kau melakukannya? padahal luka itu begitu dalam" tanya Kahinda yang tak percaya jika Marya Leksula memiliki kesaktian bisa menyembuhkan luka ditubuhnya. "Kalau kamu mau tahu, Kau sekarang bisa bebas menyerang ku dimana saja dengan pedang itu. Dan setelah kau cukup puas, barulah kamu yang akan membuatku puas, haha." Tawa Marya Leksula sembari berdiam diri dengan tangan dibelakang. Sebuah kondisi dimana Marya Leksula sedang meremehkan Kahinda. "Benarkah?, Kali ini aku tak akan sungkan melakukan tebasan padamu." Ucap Kahinda mencoba untuk berdiri sambil merasakan sakit pinggang akibat terbentur dinding gua. Dia terus menatap Marya Leksula yang sedang membelakangi dirinya dan memperlihatkan dua tangannya yang saling berpanku dibelakang. Kahinda lalu mengambil pedang yang terjatuh di tanah, sambil bersiap membuat gerakan Tebasan ke arah punggung Marya Leksula. "Hyaat!" "Pusaka Tombak Narasula!" teriak Kahinda yang tiba-tiba mengganti pedang Marya Leksula dengan sebuah tombak berwarna emas yang bersinar begitu terang. Pusaka tombak Narasula itu muncul seketika ditangannya, sebuah pusaka indah dengan dua mata tombak di kedua sisi pegangannya. Dan sekarang salah satu mata tombak Narasula langsung menembus tubuh Marya Leksula. Suara lirih daging dan tulang terkoyak seketika terdengar dari tubuh Marya Leksula yang langsung mengalirkan banyak darah. Marya Leksula yang jelas tidak sadar karena sudah meremehkan kahinda, sekarang kedua matanya tertuju melihat kearah sebuah mata tombak yang berhasil menembus tubuhnya. Dan hanya dalam hitungan detik, Tampak dari mulut Marya Leksula seketika langsung memuntahkan darah segar. "Buhuk!." Kahinda sendiri seketika langsung mencabut kembali tombak Narasulanya, dan mundur beberapa langkah ke belakang sembari melihat ekspresi apa yang akan diperlihatkan Marya Leksula padanya. Kahinda menatap tajam kearah punggung marya Leksula, dan dia melihat Marya Leksula memutar tubuhnya. Kedua tatapan mata kembali saling bertemu, Kahinda juga melihat dada Marya yang berlubang. Lubang itu juga mengalirkan darah yang terus mengalir ke arah perutnya. Dan Bukan hanya itu saja yang sekarang dilihat Kahinda. Dia juga melihat dari mulut Marya Leksula mengalirkan banyak darah segar. "Kau kira aku akan mati?" tutur Marya Leksula memperhatikan pusaka yang saat ini dipegang Kahinda. Dia melihat pusaka itu dengan tatapan mata terkejut. Dia tidak pernah tahu soal kahinda yang mampu membuat panggilan benda pusaka. Bahkan dia juga tidak tahu jika Kahinda memiliki sebuah kemampuan lain dalam bertarung. Rasa penasaran ini semakin membuat Marya Leksula terdiam. Dan dia melihat kembali Kahinda menggerakkan tombak ke arah perutnya. "Rasakan ini!" teriak Kahinda yang tidak mau melewatkan kesempatan untuk segera menghabisi Marya Leksula. Dia terus menusuk perutnya, bahkan membuat gerakan memutar tombak seolah-olah dia ingin melampiaskan semua amarahnya. Ada lebih dari 19 luka tusukan ditubuh Marya Leksula sekarang, tapi Kahinda tak melihat Marya Leksula memperlihatkan tanda-tanda kematiannya. Dia masih terus berdiri sambil menatap Kahinda yang bersiap untuk menusuk jantungnya. "Hyat!" teriak Kahinda untuk terakhir kalinya sembari menekan tombak Narasula yang dalam sekejap kembali menembus tubuh Marya Leksula dibagian jantungnya. Marya Leksula sudah tidak bisa bergerak dan hanya bisa menerima hasil telah meremehkan Kahinda. Dia pun sekarang memejamkan mata dan tubuhnya seketika terjatuh di tanah gua. Itulah akhir dari Marya Leksula yang sekarang menghembuskan nafas terakhirnya. Kahinda yang melihat tubuh Marya Leksula seperti sudah tak sanggup bergerak, saat ini dia ingin kembali memastikan bahwa Marya Leksula benar-benar sudah mati ditangannya. Dia menaruh jarinya dibawah lubang hidung Marya Leksula. "Akhirnya dia mati, Ini Hadiah untuk mu" Ucap Kahinda yang tidak serta merta meninggalkan tubuh Marya Leksula begitu saja. Kahinda yang sudah terlampau kesal kemudian memanggil pusaka lain, yang dimilikinya. "Gagang Garda Langit, Munculah" panggil Kahinda melihat ke arah telapak tangannya yang sekarang muncul sebuah pusaka seperti Grip Pemukul yang terbuat dari Logam khusus. Grip itu terlihat memiliki duri tajam yang bisa meremukkan apa saja yang dipukul nya. Sambil memakai Grip Logam itu ditangan, Kahinda berkata, "Aku sebenarnya ingin menghormati mayat mu. Tapi mayat mu saja membuat ku muak" Kahinda langsung membuat pukulan keras ke arah wajah Marya Leksula tanpa ampun. Bahkan ketika dia tahu itu hanyalah wajah tanpa nyawa. Kahinda benar-benar melampiaskan kembali amarahnya. "Hah, Hah, rasanya aku sudah cukup puas sekarang" Ucap Kahinda terengah-engah sembari memperbaiki nafasnya. Kahinda sekarang langsung pergi dan membiarkan mayat Marya Leksula membusuk di gua tersebut. Dia lantas bergegas untuk kembali ke Kerajaan Marpala. "Kahayu, Aku juga akan membuat mu menyesal sekarang" tutur Kahinda kemudian membuat lompatan tinggi menuju ke arah Kerajaan Marpala.Hari sudah sore, ketika Kahinda baru saja menampakan kakinya di pelataran halaman Kerajaan Marpala. Dia melihat begitu banyak prajurit Kerajaan tertidur di tanah. Kahinda juga melihat banyak darah yang mengalir di tubuh semua prajurit dan pasukan Kerajaan. Kahinda juga memeriksa beberapa tubuh mereka yang yang masih bernafas dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. "Raja Marpala..Putri Kahayu...dan.." Ucap seorang prajurit Kerajaan mencoba untuk memberitahu sesuatu pada Kahinda. Tapi, sayang nyawa prajurit yang sempat diperiksa Kahinda sekarang sudah menghembuskan nafas terakhir. Kahinda masih mencoba untuk melihat beberapa orang yang mungkin saja masih hidup. Tapi, dia tetap tidak menemukan satupun dari mereka yang bisa bertahan. "Ayah, Ibu.." Ucap Kahinda yang langsung berlari menuju ke dalam istana. Dia juga melihat banyak orang yang bersimpuh darah. Tapi saat dia sudah berada di dalam istana Kerajaan, Mata Kahinda langsung terbelalak ketika melihat tubuh ibunya jug
Sekarang Ram Wenang Sendiri jadi sedikit percaya dengan cerita Kahinda yang menceritakan bahwa Kahayu ada sangkut pautnya dengan penculikan Raja Marpala. Tapi, dirinya masih harus membenahi beberapa hal sebelum membuat tindakan. Dia sekarang meminta pada Kahinda untuk menjadi Raja sementara sampai ayahnya benar-benar bisa ditemukan. Tapi, Kahinda menolak hal tersebut dan dia langsung memilih Ram Wenang untuk menjadi Raja sementara Kerajaan Marpala. Dan itu dia katakan sebagai titah langsung dihadapkan semua pasukan Kerajaan Yang tersisa. "Tapi Kahinda, Kamu akan lebih aman disini. Dan tidak mungkin bagiku untuk membiarkan mu berkeliaran bebas" Ucap Ram Wenang jelas tidak ingin sampai keponakannya mendapatkan masalah. Kahinda tetap menolak apa yang diinginkan Ram Wenang, dan dia sendiri juga ingin pergi untuk menemui seseorang yang merupakan gurunya. Namun, Ram Wenang tetap menolak permintaan Kahinda dan dia sekarang meminta beberapa orang untuk menjaga kediaman Kahinda yang berada
Kahinda sendiri sekarang sudah berada di dalam Gua besar dibawah Air terjun. Walaupun dia sudah beberapa kali ke tempat itu, Rasa kagum Kahinda sekarang jadi semakin besar. Bahkan ketika Gurunya memperlihatkan jurus-jurus Baru untuk sekedar pamer padanya. "Nah, Bagaimana dengan jurus Tongkat Pemukul airku?" tanya Pria tua itu memperlihatkan pusaka miliknya yang lain. Dan Kahinda hanya membalas dengan tersenyum. Kahinda sendiri juga baru pertama melihat pusaka berbetuk tongkat itu di pamerkan oleh Gurunya. Ya, dia sudah tidak lagi terkejut melihat Gurunya yang memang suka pamer didepannya. Terlebih ketika Kahinda masih Remaja. Gurunya sering memperlihatkan kemampuan aneh yang membuat dirinya begitu kagum dan menarik dirinya untuk mempelajari hal tersebut. Kahinda juga tahu, jika pamer yang ditunjuk oleh gurunya hanya untuk membuat dirinya senang. Seolah sekarang dia tahu, Kalau Kahinda masih cengeng seperti dulu. Dan tahu kalau Kahinda sedang menyimpan rasa kesedihan paling dalam d
"Kurang ajar Kalian berdua, Aku tak akan membiarkan kalian melakukan itu" Bentak Kahinda yang sudah tidak lagi bisa menahan diri dan dia langsung keluar dari persembunyiannya. Dua orang itu pun seketika terkejut, ketika Kahinda datang dan memergoki mereka yang membicarakan Rencana untuk membunuh Ayahnya. Kahinda jelas saja tidak tahan melihat keduanya. Selain dari pada itu, Kahinda ingin menghentikan keduanya melakukan hal keji pada ayahnya. Terlepas dari apa yang dia lihat sekarang. "Kahinda, Apa yang kamu lakukan disini?" tanya seorang pria bernama Marya Leksula yang merupakan kekasih Kahinda. "Kakak, aku bisa jelaskan. Aku dirayu olehnya" ucapan itu keluar secara spontan dari mulut adik Kahinda yang bernama Kahayu Rahma Dewi. "Kahayu!" bentak Marya Leksula tertegun sebentar. Keduanya mengira bahwa Kahinda tidak mendengar semua hal yang mereka bicarakan. Dan mengira bahwa Kahinda hanya memergoki mereka yang sempat ingin berpadu kasih. Saat ini Marya Leksula membenarkan paka
Saat ini, Kahinda sendiri tidak membawa apapun yang bisa dijadikan alat untuk melindungi diri. Dia mundur perlahan ke arah pohon dimana pedang Marya Leksula tertancap. Kahinda terus melihat senyum beringas Marya Leksula yang ditunjukkan untuknya. "Kahinda, Percayalah aku tidak akan membunuhmu. Kita akan buat kesepakatan, Bagaimana pun juga kau adalah kekasih ku. Dan aku akan atur kembali rencana ku" tutur Marya Leksula mencoba untuk merayu Kahinda. Kahinda sendiri tentu saja tidak akan lagi mau terpedaya setiap ucapan Marya Leksula. Dia saat ini mencoba untuk meraih pedang marya Leksula dan siap melakukan pertarungan dengan pria busuk di depannya. "Marya, katakan pada ku, Apakah kamu yang membuat ayahku sakit keras dan Lumpuh?" tanya Kahinda tentu ingin tahu alasan kenapa Ayahnya tiba-tiba sakit keras. "Apa kamu ingat teh yang ku berikan padamu?. Itulah adalah Teh Beracun. Kahinda, Bagaimana rasanya membunuh Ayahmu Sendiri?." Tutur Marya Leksula jelas memperhatikan apa yang akan