Beranda / Pendekar / Pendekar Wanita Kahinda / 2. Marya Leksula dengan keinginannya

Share

2. Marya Leksula dengan keinginannya

Penulis: Kolong Langit
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 14:41:10

Saat ini, Kahinda sendiri tidak membawa apapun yang bisa dijadikan alat untuk melindungi diri. Dia mundur perlahan ke arah pohon dimana pedang Marya Leksula tertancap. Kahinda terus melihat senyum beringas Marya Leksula yang ditunjukkan untuknya.

"Kahinda, Percayalah aku tidak akan membunuhmu. Kita akan buat kesepakatan, Bagaimana pun juga kau adalah kekasih ku. Dan aku akan atur kembali rencana ku" tutur Marya Leksula mencoba untuk merayu Kahinda.

Kahinda sendiri tentu saja tidak akan lagi mau terpedaya setiap ucapan Marya Leksula. Dia saat ini mencoba untuk meraih pedang marya Leksula dan siap melakukan pertarungan dengan pria busuk di depannya. "Marya, katakan pada ku, Apakah kamu yang membuat ayahku sakit keras dan Lumpuh?" tanya Kahinda tentu ingin tahu alasan kenapa Ayahnya tiba-tiba sakit keras.

"Apa kamu ingat teh yang ku berikan padamu?. Itulah adalah Teh Beracun. Kahinda, Bagaimana rasanya membunuh Ayahmu Sendiri?." Tutur Marya Leksula jelas memperhatikan apa yang akan dilakukan Kahinda sekarang.

Kahinda kembali mengingat sesuatu ketika Marya membicarakan teh yang diberikan padanya. Dia memang mengingat telah menyeduh teh untuk ayahnya. Hal itu tentu saja membuat Kahinda begitu Marah, Dia murka sekarang. Bahkan wajahnya menampakkan Amarah yang meluap sembari terus meremas genggaman tangannya sendiri. Matanya menajam, bahkan terdengar suara gertakan giginya yang saling beradu.

"Kurang Ajar, Akan ku bunuh Kau!!" teriak Keras keluar dari mulut Kahinda yang saat ini mencoba untuk menarik pedang Marya yang terlalu keras untuk dicabut.

"Haha, Membunuh ku?, Kau pikir bisa melakukan itu!." Tawa Marya Leksula yang dalam sekejap melompat ke arah Kahinda. Dia tentu saja tidak Ingin membiarkan Kahinda lolos kali ini. Tapi sayang, ketika Marya Leksula melompat ke arah Kahinda. Dirinya langsung menerima tebasan pedangnya yang berhasil dicabut oleh Kahinda.

"Haha, Rasakan pedang mu" ucap Kahinda terkekeh melihat tebasan pedang itu berhasil membuat sayatan di dada Marya Leksula.

Marya Leksula sendiri begitu lengah mengetahui bahwa Kahinda mampu mencabut pedangnya. Sambil merasakan perih di dadanya yang mengeluarkan darah. Marya Leksula sekarang merasakan amarah besar keluar dari dirinya. "Kahinda, aku benar-benar akan membunuhmu" ucap Marya Leksula kembali melesat ke arah Kahinda dengan sebuah tinju yang langsung memukul perut Kahinda.

Kahinda sendiri sempat kembali mencoba untuk menebas Marya Leksula, tapi gerakannya seperti sudah terbaca. Alih-alih menyerang Balik, Saat ini Kahinda merasakan sesak nafas dan merasakan darah seketika keluar dari mulutnya. "Buhuk!" Kahinda muntah darah.

Marya Leksula sendiri langsung membuat gerakan cepat memukul pergelangan tangan Kahinda. Pedang yang dipegang Kahinda seketika terlepas dari genggaman. Tanpa mengulur waktu, Marya langsung meringkus Kahinda dengan gerakan penguncian tubuh. Dimana sekarang posisi Marya berada di belakang tubuh Kahinda. "Menyerahlah, Aku tidak akan membunuhmu." Ucap Marya Leksula berhasil membuat Kahinda tidak lagi bisa bergerak.

"Cepat bunuh aku, Bukan kah itu yang kamu mau?" tanya Kahinda merasakan tekanan kuat tangan Marya yang mengunci tubuhnya.

"Haha, Kau kira aku benar-benar akan membunuhmu? Aku masih membutuhkan mu untuk melakukan sesuatu" Ucap Marya Leksula yang kemudian memanggil sebuah pusaka di tangan kanannya. Sebuah Rantai emas yang dia peroleh dari berguru dengan seseorang yang sakti. Lagi pula, sebenarnya Marya Leksula sendiri bisa langsung meringkus Kahinda tanpa melakukan perlawanan yang percuma. Kenyataan bahwa dirinya memang lebih kuat dari Kahinda, hanya ditujukan sebagai bukti dia masih membutuhkan Kahinda untuk tetap hidup.

Lalu Marya Leksula membawa Kahinda ke tempat dimana dia sering melakukan pertapaan. Dia mengurung Kahinda setelah memberikan ramuan khusus untuk menyembuhkan luka dalam akibat pukulan tinjunya. Kahinda sendiri masih tersadar ketika dia dibawa marya menuju ke Gua pertapaannya. "Marya, Apa sebenarnya tujuan mu untuk membiarkan ku tetap hidup?" tanya Kahinda yang tidak bisa bergerak karena belenggu pusaka Rantai Marya Leksula.

"Tentu saja karena aku masih mencintai mu, Bukankah tidak terlalu buruk bisa menikahi Kakak adik secara bersamaan?" Ucap Marya Leksula sembari tertawa.

"Kau, Apa kau tidak sadar dengan ucapan mu?. Kau sama saja seperti binatang!, Kau begitu menjijikkan" Ucap Keras Kahinda merasa kalau Marya Leksula benar-benar akan melakukan hal itu padanya.

"Aku ini seorang pria, Aku bisa mendapatkan apapun yang aku mau. Apa salahnya menikahi Kalian berdua?" Marya Leksula benar-benar tidak ingin melepaskan Kahinda.

"Tapi, Kahayu juga pasti akan menolak apa yang kamu inginkan" tutur Kahinda benar-benar tidak paham jalan pikiran Marya Leksula.

Marya Leksula terdiam sejenak, Dia hanya membuat senyum kecil di depan Kahinda. "Dia tak akan berani menolak keinginan ku. Bagaimana pun, dia juga sedang mengandung anakku" tutur Marya Leksula sembari melepaskan pakaiannya.

Kahinda sekarang lebih terkejut dengan pengakuan Marya Leksula yang mengatakan bahwa adiknya sudah mengandung anaknya. Hal itu tentu membuat kemarahan Kahinda memuncak. Dan sekarang dia melihat Marya Leksula membuka pakaian dan berjalan ke arahnya yang sedang terikat.

"Kau mau apa?" tanya Kahinda yang saat ini dalam posisi terduduk dengan tangan yang masih terikat. Dia juga sempat mundur ke belakang sembari mengais tanah dengan kakinya. Mata Kahinda menatap Marya Leksula dengan tatapan takut, jikalau Marya Leksula ingin menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.

"Tentu saja aku akan membuat mu tahu bagaimana rasanya menjadi seorang wanita murahan seperti adikmu, yang bahkan tak menolak berhubungan dengan ku." Ucapan itu keluar dari mulut Marya Leksula secara langsung. Bahkan tak ada rasa penyesalan sedikitpun pada dirinya.

"Haha, Aku sadar kau itu begitu angkuh Kahinda. Walaupun aku gagal membuat mu jatuh kepelukan ku. Aku masih punya banyak cara untuk membuat Kerajaan Marpala menjadi milik ku"

Sekarang Marya Leksula membeberkan keinginannya untuk menguasai Kerajaan Marpala di depan Kahinda. Seolah-olah dia memang bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Sedangkan Kahinda dari awal mulai mengerti semua tentang siapa sebenarnya Marya Leksula dan apa tujuannya mengikat janji tentang cinta palsunya. Selain itu, Kahinda benar-benar merasa dipermainkan olehnya. Hal itu sekarang menyulut api benci yang lebih besar di hati Kahinda. Selain dari pada itu, Kahinda merasa bersalah karena sudah membantu Marya memberikan teh beracun untuk Ayahnya.

"Kalau aku tahu tujuan mu yang sebenarnya, Aku sudah pasti akan membunuhmu saat itu juga. Kau bahkan memanfaatkan cinta ini hanya untuk sebuah tujuan" Lirih Kahinda sambil mengulur waktu. Bagaimana pun, sekarang Kahinda masih ingin tahu lebih banyak apa saja yang sudah dilakukan Marya Leksula sebelum mengenal dirinya.

"Haha, kau bilang cinta? tentu saja aku mencintaimu. Bahkan aku sudah merelakan jiwa dan Ragaku untuk hari ini. Aku mempersembahkan semua yang kumiliki untuk mendapatkan Kekuatan Besar setelah aku dan Guruku menghabisi Raja Marpala" Tawa Marya Leksula menundukkan wajahnya tepat di depan wajah Kahinda. Dia bahkan sempat mencium rambut Kahinda yang terurai kedepan.

"Sekarang, Hari ini kau akan menjadi milik ku seutuhnya, Kahinda sayang"

Kahinda terdiam sesaat, dan hanya membuat senyuman tipis yang dia perlihatkan untuk mengecoh Marya Leksula. Lalu, Kahinda berkata "Kalau kamu memang mau melakukannya sekarang, Bukankah lebih baik kamu lepaskan ikatan ini. Aku juga sudah tidak lagi bisa melawan mu."

Kahinda seperti pasrah akan nasibnya sekarang, dan bagaimana pun dia juga tidak merasa cukup yakin bisa mengalahkan Marya Leksula dengan tangannya sendiri. Jadi, dia memutuskan untuk mencoba membujuk Marya Leksula bagaimana pun caranya.

Marya Leksula seketika berdiri sambil tertawa lepas merasakan kemenangan di depan matanya. "Haha, Begitulah Seharusnya." Ucap Marya Leksula membuat senyum tipis ke arah Kahinda yang memang sudah tak berdaya.

Bab terkait

  • Pendekar Wanita Kahinda   3. Kahinda dan Kemampuan sebenarnya

    Kahinda kali ini benar-benar dalam masalah, dia yang sudah pasrah hanya bisa berdiam diri ketika Marya Leksula sedang meraih pedangnya. Kahinda sendiri hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Marya terkejut. Sebuah hadiah spesial untuk pemutusan hubungan dan hadiah selamat tinggal yang dipersembahkan pria bejat didepannya. "Jadi, Bagaimana kalau kita mulai sekarang" tutur Marya Leksula sembari memainkan pedangnya. Dia sendiri sebenarnya tidak takut untuk melepaskan ikatan tali pusakanya yang membelenggu tubuh Kahinda. Jadi setelah mendengar bahwa Kahinda sudah pasrah akan nasibnya, dengan tanpa Ragu Marya Leksula bersiap untuk melepaskan tali sakti tersebut. Hanya dengan satu kibasan pedangnya, tali Sakti itu seketika terlepas dari tubuh Kahinda. Dan hanya dalam sekejap, tali sakti itu menghilang dan kembali ke tangan Marya Leksula. "Baiklah, Sekarang kau yang mulai duluan" lirih Kahinda menyingkap kain yang menutupi kakinya. Dia sedang me

  • Pendekar Wanita Kahinda   4. Sang Pemberontak, Rangsabala

    Hari sudah sore, ketika Kahinda baru saja menampakan kakinya di pelataran halaman Kerajaan Marpala. Dia melihat begitu banyak prajurit Kerajaan tertidur di tanah. Kahinda juga melihat banyak darah yang mengalir di tubuh semua prajurit dan pasukan Kerajaan. Kahinda juga memeriksa beberapa tubuh mereka yang yang masih bernafas dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. "Raja Marpala..Putri Kahayu...dan.." Ucap seorang prajurit Kerajaan mencoba untuk memberitahu sesuatu pada Kahinda. Tapi, sayang nyawa prajurit yang sempat diperiksa Kahinda sekarang sudah menghembuskan nafas terakhir. Kahinda masih mencoba untuk melihat beberapa orang yang mungkin saja masih hidup. Tapi, dia tetap tidak menemukan satupun dari mereka yang bisa bertahan. "Ayah, Ibu.." Ucap Kahinda yang langsung berlari menuju ke dalam istana. Dia juga melihat banyak orang yang bersimpuh darah. Tapi saat dia sudah berada di dalam istana Kerajaan, Mata Kahinda langsung terbelalak ketika melihat tubuh ibunya jug

  • Pendekar Wanita Kahinda   5. Menemui Guru Sakti

    Sekarang Ram Wenang Sendiri jadi sedikit percaya dengan cerita Kahinda yang menceritakan bahwa Kahayu ada sangkut pautnya dengan penculikan Raja Marpala. Tapi, dirinya masih harus membenahi beberapa hal sebelum membuat tindakan. Dia sekarang meminta pada Kahinda untuk menjadi Raja sementara sampai ayahnya benar-benar bisa ditemukan. Tapi, Kahinda menolak hal tersebut dan dia langsung memilih Ram Wenang untuk menjadi Raja sementara Kerajaan Marpala. Dan itu dia katakan sebagai titah langsung dihadapkan semua pasukan Kerajaan Yang tersisa. "Tapi Kahinda, Kamu akan lebih aman disini. Dan tidak mungkin bagiku untuk membiarkan mu berkeliaran bebas" Ucap Ram Wenang jelas tidak ingin sampai keponakannya mendapatkan masalah. Kahinda tetap menolak apa yang diinginkan Ram Wenang, dan dia sendiri juga ingin pergi untuk menemui seseorang yang merupakan gurunya. Namun, Ram Wenang tetap menolak permintaan Kahinda dan dia sekarang meminta beberapa orang untuk menjaga kediaman Kahinda yang berada

  • Pendekar Wanita Kahinda   6. Melatih Diri dan Tujuan

    Kahinda sendiri sekarang sudah berada di dalam Gua besar dibawah Air terjun. Walaupun dia sudah beberapa kali ke tempat itu, Rasa kagum Kahinda sekarang jadi semakin besar. Bahkan ketika Gurunya memperlihatkan jurus-jurus Baru untuk sekedar pamer padanya. "Nah, Bagaimana dengan jurus Tongkat Pemukul airku?" tanya Pria tua itu memperlihatkan pusaka miliknya yang lain. Dan Kahinda hanya membalas dengan tersenyum. Kahinda sendiri juga baru pertama melihat pusaka berbetuk tongkat itu di pamerkan oleh Gurunya. Ya, dia sudah tidak lagi terkejut melihat Gurunya yang memang suka pamer didepannya. Terlebih ketika Kahinda masih Remaja. Gurunya sering memperlihatkan kemampuan aneh yang membuat dirinya begitu kagum dan menarik dirinya untuk mempelajari hal tersebut. Kahinda juga tahu, jika pamer yang ditunjuk oleh gurunya hanya untuk membuat dirinya senang. Seolah sekarang dia tahu, Kalau Kahinda masih cengeng seperti dulu. Dan tahu kalau Kahinda sedang menyimpan rasa kesedihan paling dalam d

  • Pendekar Wanita Kahinda   7. Sudra Karma dan Ingatan Yang Terkikis

    Sudra Karma terus menjelaskan banyak hal yang dia ketahui dari pengalaman berkelananya pada Kahinda. Dan sembari menjelaskan, Sudra Karma juga terus mengingatkan bahwa kemampuan yang dia ajarkan tidak boleh di salah gunakan. Dia juga berpesan agar Kahinda bersungguh-sungguh dalam melatih diri sampai batas waktu yang ditentukan. "Kahinda, mengenai efek samping dari Rangka Rangkup itu kamu pikirkan masak-masak sebelum menggunakannya." Jelas Sudra Karma sembari memberikan beberapa petunjuk dalam penggunaan Kemampuan Rangka Rangkup, yang mana kemampuan itu sendiri memang akan mengikis ingatan seseorang penggunanya. Sudra Karma sendiri juga menceritakan bahwa dirinya pernah menggunakan Rangka Rangkup dan hal itulah yang membuat dirinya menyesal. Dia kehilangan ingatan tentang dari mana dirinya berasal. Walaupun tidak semua ingatan hilang, Sudra Karma sendiri jadi tidak tahu jalan pulang. Kahinda sendiri terus mendengarkan penjelasan Gurunya dan dia yakin bahwa kemampuan Rangka Rangkup

  • Pendekar Wanita Kahinda   8. Pelatihan Dimulai, Kejanggalan dalam Pelatihan

    Kemampuan Rangka Rangkup yang Kahinda pelajari merupakan ilmu kesaktian untuk menghasilkan Aura Pelindung. Di dalam pertarungan, pengguna Rangka Rangkup itu mampu menyerap jenis serangan apapun. Hanya saja, Kesaktian Rangka Rangkup memiliki batas dalam penggunaannya. Jika penguna terlalu lama menggunakan Rangka Rangkup, pengguna akan menerima efek samping seperti yang dikatakan sebelumnya dan itu sangat beresiko. Setelah proses penyaluran inti kesaktian Rangka Rangkup, Sudra Karma kemudian meminta Kahinda untuk mempelajari setiap Gerakan yang akan dia tunjukkan. "Ingat Kahinda, Rangka Rangkup punya batas pemakaian. Jika terlalu lama, Besar kemungkinan seluruh ingatanmu akan benar-benar hilang walaupun kamu berusaha menyerap ingatan di bandul kalung itu." Jelas Sudra Karma memainkan beberapa gerakan menyapu kaki dan menyapu tangan. Sudra Karma juga menjelaskan kembali terkait Bandul kalung itu, yang akan memberitahu Kahinda jika batasnya sudah tercapai. Bandul kalung akan bersinar te

  • Pendekar Wanita Kahinda   9. Angkara Murka Di Kerajaan Marpala

    Kahinda sekarang hanya bisa menatap dari kejauhan wilayah aliran sungai, Gua air terjun. Dengan menunggangi kuda yang dirawat Gurunya. Kahinda merasa bahwa masih ada sesuatu yang disembunyikan gurunya. Walaupun dia tidak tahu pasti, alasan kenapa Gurunya ingin menutup diri. Kahinda yakin gurunya melakukan itu untuk sebuah tujuan. "Guru, Aku berjanji setelah urusan ku selesai. Aku pasti akan mencari keberadaan anakmu." Ucap Kahinda di dalam hatinya. Kahinda kemudian melihat kembali benda pusaka titipan gurunya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Pusaka pedang Rantai tidak bisa dia simpan di dalam tubuhnya. Bahkan kahinda juga sudah menanyakan pada gurunya, kenapa hal itu bisa terjadi. Kahinda kembali memperhatikan pusaka pedang Rantai itu. Dia kemudian mencoba untuk menarik bilah pedang dari sarungnya, tapi setelah beberapa upaya bilah pedang itu tidak bisa dia keluarkan. Hal itu tentunya kembali membuat Kahinda bertanya-tanya, apakah dirinya memang tidak bisa menggunakannya. "Kurasa,

  • Pendekar Wanita Kahinda   10. Gadis Persembahan Damai

    "Namaku Malani Warangka" Ucap Kahinda memperkenalkan dirinya dengan nama samaran. Tentunya Kahinda tidak ingin jati dirinya terungkap sekarang. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Kahinda merasa bahwa dia sudah melakukan tindakan yang benar. Ranji Solaka terkekeh kecil, ketika mendengar nama Kahinda. "Nama yang Bagus untuk seorang perempuan pengembara." Ujar Ranji Solaka yang terus memperhatikan wajah Cantik Kahinda dengan kemolekan tubuh yang menjadi idaman dan dambaan hati setiap pria yang melihatnya. Ranji Solaka tidak pernah salah memasang matanya, dengan sikap sedikit cueknya. Dia berharap bisa lebih mengenal perempuan yang sekarang berada didepannya. Dan dia tidak pernah gagal dalam upayanya. "Terimakasih, maaf jika nanti merepotkan" tutur Kahinda yang kemudian berjalan ke arah kudanya dan melepaskan tali pengikatnya. Setelah beberapa menit berjalan, Kahinda yang sekarang berada di belakang rombongan bersama Ranji Solaka. Keduanya saat ini saling berbagi informasi, terlebih

Bab terbaru

  • Pendekar Wanita Kahinda   32. Anting Kaliwu

    Kahinda sesaat hendak melihat apakah sosok Ular besar itu masih bisa bergerak atau sudah mati. Dia dan Wan Bin kemudian mencoba untuk memeriksanya seraya memastikannya. Keduanya berjalan pelan sambil terus memperhatikan tubuh ular besar itu. Keduanya melangkah dengan hati-hati. "Apakah Ular besar ini juga jelmaan?" tanya Kahinda melihat kepala ular besar itu sudah terpisah dari bagian tubuhnya. Banyak darah muncrat ke tanah dan itu terus mengalir seperti aliran dana korupsi. "Sepertinya bukan kak, Jika dia jelmaan seharusnya dia kembali menjadi manusia ketika mati." Ucap Wan Bin yang sekarang sedang menginjak kepala ular besar itu beberapa kali. "Hey, jangan lakukan itu!. Dia sudah mati, jadi perlakuan dengan baik. Lagi pula, kita belum tahu tentang ular ini" ucap Kahinda menggeleng kepala melihat tindakan Wan Bin yang suka sembarangan. "Maaf kak, Tapi sepertinya daging ular ini enak untuk dimasak." Kahinda langsung kaget ketika Wan Bin mengatakan hal itu. Diapun berkata, "A

  • Pendekar Wanita Kahinda   31. Pertarungan Jejak Dua ular Kuno

    Wan Bin membuat anggukan, tapi dia tidak langsung menjawab pertanyaan Kahinda. Dia kemudian menatap lencana keluarganya, lencana berbentuk bulat dengan ujung sedikit mengerucut seperti bentuk tameng. Ada gambar terukir di lencana keluarganya. Sebuah gambar berbetuk kepala Burung hantu yang sedang menatap tajam. "Aku ingat wajah mereka tapi aku tidak ingat namanya." Wan Bin kemudian memperlihatkan tulisan aneh dibelakang Lencana keluarganya. Dia kemudian membacakan di depan Kahinda. "Keluarga Wan Bin" itulah tulisan dari huruf aneh yang terbaca. Saat ini Kahinda memperhatikan tulisan tersebut. "Hem, hurufnya seperti paku yang tersusun, Apakah Nyi Salema menamai mu seperti huruf ini?." Kahinda penasaran jika Nyi Salema memang bisa membaca tulisan yang tidak dimengerti olehnya. Mungkin Wan Bin bukanlah nama sebenarnya dari anak berusia 9 tahun tersebut. "Haha, Kak Kahinda salah mengerti. Nama asli ku sebenarnya.." Wan Bin ingin mengatakan namanya ketika suara auman kembali m

  • Pendekar Wanita Kahinda   30. Harimau Liar, Gayap Merpana.

    Kahinda sedang menggunakan penglihatan Rawang Sanggah. Dia Ingin menemukan tanda kehidupan lain selain kunang-kunang itu. Tapi sayang, pandangan Rawang sanggah terbatas beberapa meter. Dia tak menemukan apapun selain serangga yang sedang hinggap di beberapa pepohonan. "Suaranya dari sebelah sana. Tapi aku tak yakin" ucap Kahinda mendengar suara gema aneh itu kembali. Dia merasakan suara itu dekat tapi dia tidak menemukan apapun di dekatnya. "Kak, kata Nenek jika suara terdengar dekat itu tandanya suara itu jauh." Ucap Wan Bin mengatakan beberapa perkataan neneknya yang dia ingat. "Benarkah?, Apa Nyi Salema mengatakan hal seperti itu?." Kahinda hanya tidak yakin dengan ucapan Wan Bin. Karena dia merasa suara itu begitu dekat dengan mereka. "Benar Kak, Walaupun itu sekedar cerita nenek. Tapi nenek pernah mengatakan itu padaku. Kalau tidak salah saat nenek menceritakan tentang dongeng hantu perempuan yang bernyanyi." Lanjut Wan Bin yang kemudian menceritakan sebuah cerita horor d

  • Pendekar Wanita Kahinda   29. Pendekar Alas Yali

    Kahinda baru saja masuk, dan dia baru sampai di bagian dalam dekat pintu masuk hutan. Dia dan Wan Bin Mulai melangkah perlahan dengan kudanya. Mereka berdua melihat ke sekeliling dan melihat begitu banyak pohon besar yang menjulang tinggi. Dan yang mereka tak sangka, ternyata pohon itu adalah pohon singkong. Yang memang tumbuh besar di hutan tersebut, mungkin karena tidak terurus atau memang tumbuh liar. Pohon singkong itu tampak seperti pohon biasa pada umumnya. Hanya saja, pohon singkong itu memiliki banyak batang dan rantingnya sendiri. Akar-akar besarnya sendiri terlihat besar seperti umbi yang menjalar. Dedaunan terlihat berjari dan terus bergoyang tertiup angin. "Ternyata ini penampakan Hutan Terlarang, Sungguh aneh untuk dikatakan sebuah hutan. Ini bahkan seperti kebun besar yang ditanami singkong." Ucap Kahinda yang sudah memastikan bagian batangnya. "Kak, Kalau dicabut bisa?" tanya Wan Bin merasa penasaran. "Kalau sanggup bisa saja, tapi siapa yang mau mencabut pohon se

  • Pendekar Wanita Kahinda   28. Sungai Alang-alang

    Kahinda sudah memutuskan, dia ingin pergi melewati Jalur hutan larangan. Dia tidak ingin berlarut-larut dan berlama-lama. "Hutan ini begitu luas, aku sama sekali tidak pernah menginjakkan kakiku disini. Wan Bin, Apakah kamu takut?." Kahinda bertanya hal itu, ketika melihat Wan Bin seperti enggan masuk ke hutan larangan. Hanya itu satu-satunya jalan untuk bisa sampai ke Kerajaan Marpala baru tanpa ketahuan. Kahinda juga tidak mungkin berputar balik dan itu akan lebih memakan waktu. Jika dia memaksa untuk melewati jalur utama, dia tentunya akan menemui masalah. Dia seorang perempuan dan tidak mungkin sanggup menghadapi semua pendekar sakti kerajaan Marpala baru. Kahinda sebenarnya merasakan takut, tapi dia ingin segera menuntaskan urusannya. Dia ingin membalas perlakuan Marya Leksula padanya dan Keluarganya. Saat ini, Wan bin tetap menolak ajakan Kahinda. Dia seakan tahu hutan itu bukan hutan biasa. Dan tidak sembarangan orang bisa masuk atau melewatinya. Dia sekarang sedang membac

  • Pendekar Wanita Kahinda   27. Hutan Larangan, dua Pendekar Bersaudara

    Kahinda sekarang melewati jalan memutar dan tidak ingin lagi melewati jalur sungai. Dia juga sudah diberitahu Nyi Salema bahwa jalur sungai sekarang menjadi jalur pasukan khusus. Yang mana Kahinda sedikit kagum dengan pemerintahan Marya Leksula. Tapi hal itu tetap tidak membuat Kahinda melupakan rasa bencinya. Dia kemudian berhenti ketika melihat jalan setapak menuju ke desa Marabuna. Sebuah desa maju disisi paling jauh dari Kerajaan Marpala baru dan tempat dimana keberadaan hulu sungai berada. Sudah tidak ada lagi pasukan Gatuk Maringgih, tapi Kahinda masih bisa melihat beberapa bangunan yang sudah hangus terbakar beberapa hari yang lalu. "Desa ini benar-benar kacau" ucap Kahinda turun dari kudanya dan bersama Wan Bin berjalan untuk melihat desa itu. Keduanya berhenti di sebuah kedai dan melihat beberapa orang yang sedang menggerutu setelah diserang oleh Gatuk Maringgih. "Tuan, apa yang terjadi disini?" tanya Kahinda pada seorang penjaga Kedai. Saat ini Penjaga kedai tersebut l

  • Pendekar Wanita Kahinda   26. Kepergian

    Kahinda tentu saja tidak bisa mengungkapkan perihal pusaka Pedang Rantai yang dibawanya. Dan siapa orang yang memilikinya, tapi dia juga sudah mendengar bahwa Nyi Salema pernah bertarung dengan orang yang sangat dia kenal. "Kahinda, kau tak bisa membohongi ku. Siapa Gurumu?" tanya Nyi Salema yakin bahwa Kahinda memiliki hubungan khusus dengan seseorang yang memiliki pedang itu. Walaupun Nyi Salema tidak terlalu jelas penglihatannya, dia masih mampu untuk mengetahui hal tersebut. Dia menunggu Kahinda mengatakan bahwa dirinya tahu siapa orang yang sedang di tanyakan. "Pedang ini, aku tidak bisa mengungkapkan siapa pemiliknya" ucap Kahinda melihat Nyi Salema tersenyum. "Baiklah, aku mengerti. Guru hebat pasti akan meminta hal itu pada muridnya. Padahal dulu aku sempat jatuh hati padanya karena bisa mengalahkan ku." Tutur Nyi Salema yang kemudian meminta Wan Bin untuk memeriksa peti kecil yang disimpan di meja Harta. Kahinda tetap diam dan memperhatikan Nyi Salema, dia merasa bahwa

  • Pendekar Wanita Kahinda   25. Cincin Pusaka Elang Putih

    Kahinda sudah kembali ke dalam Gubuk Nyi Salema, tapi dia melihat Nyi Salema sendiri tertidur di dipan kayunya. Entah apa yang terjadi, Kahinda pun menanyakannya pada Wan Bin. Dari jawaban Wan Bin, dia berkata bahwa Neneknya hanya kelelahan. "Lalu apa yang harus kita lakukan dengan Burung Elang ini?" tanya Kahinda merasa kedinginan sekarang. Pakaiannya basah, dan dia tidak memiliki salin. Dia juga sudah mengikat Burung Elang dengan tali dan menggantungnya. "Kak, Kemarilah" ajak Wan Bin meminta Kahinda untuk ikut dengannya. Wan Bin sudah diberitahu sebelumnya oleh Nyi Salema bahwa di dalam gubuk itu ada pintu tersembunyi Rahasia. Wan Bin hanya ingin memastikan kenapa Nyi Salema baru mengatakan semua itu padanya. Dia kemudian memeriksa tanah dapurnya. Kahinda yang melihat hal itu pun penasaran, dia melihat Wan Bin sedang menggetok lantai tanah beberapa kali. Hingga ketika Kahinda mendengar suara aneh muncul, dia melihat Wan Bin tersenyum sambil meminta dirinya membantu. "Memang a

  • Pendekar Wanita Kahinda   24. Gatuk Maringgih, Rintip Sunya

    Kahinda benar-benar tak paham, atas apa yang dikatakan Wan Bin padanya. Dia terus memandang Nyi Salema dan terus memperhatikan keadaannya. Kahinda langsung menarik tangan Wan Bin, dan membisikkan sesuatu pada–nya. Kahinda mengutarakan beberapa pertanyaan. Tentang Apakah keributan itu dilakukan salah satu Pegawai Kerajaan atau seseorang pendekar. Wan Bin langsung memberikan beberapa anggukan setelah dia mendengar apa saja yang ingin Kahinda tanyakan. Kahinda lalu menunggu Wan Bin menyelesaikan pembicaraannya dengan Nyi Salema. Dia juga memperhatikan setiap gerakan jari Wan Bin. Kahinda sebenarnya penasaran dari mana Nyi Salema bisa tahu informasi tersebut sedangkan dia memiliki kekurangan, dari penglihatannya dan pendengarannya. Yang lebih membuat Kahinda heran adalah Wan Bin itu sendiri. Kahinda berpikir, kenapa Wan Bin tidak selalu bersama Nyi Salema dan membiarkan neneknya keluyuran sendiri tanpa pengawasan. Kahinda melihat Wan Bin menatap dirinya, dia memperhatikan ekspresi ane

DMCA.com Protection Status