Saat ini, Kahinda sendiri tidak membawa apapun yang bisa dijadikan alat untuk melindungi diri. Dia mundur perlahan ke arah pohon dimana pedang Marya Leksula tertancap. Kahinda terus melihat senyum beringas Marya Leksula yang ditunjukkan untuknya.
"Kahinda, Percayalah aku tidak akan membunuhmu. Kita akan buat kesepakatan, Bagaimana pun juga kau adalah kekasih ku. Dan aku akan atur kembali rencana ku" tutur Marya Leksula mencoba untuk merayu Kahinda. Kahinda sendiri tentu saja tidak akan lagi mau terpedaya setiap ucapan Marya Leksula. Dia saat ini mencoba untuk meraih pedang marya Leksula dan siap melakukan pertarungan dengan pria busuk di depannya. "Marya, katakan pada ku, Apakah kamu yang membuat ayahku sakit keras dan Lumpuh?" tanya Kahinda tentu ingin tahu alasan kenapa Ayahnya tiba-tiba sakit keras. "Apa kamu ingat teh yang ku berikan padamu?. Itulah adalah Teh Beracun. Kahinda, Bagaimana rasanya membunuh Ayahmu Sendiri?." Tutur Marya Leksula jelas memperhatikan apa yang akan dilakukan Kahinda sekarang. Kahinda kembali mengingat sesuatu ketika Marya membicarakan teh yang diberikan padanya. Dia memang mengingat telah menyeduh teh untuk ayahnya. Hal itu tentu saja membuat Kahinda begitu Marah, Dia murka sekarang. Bahkan wajahnya menampakkan Amarah yang meluap sembari terus meremas genggaman tangannya sendiri. Matanya menajam, bahkan terdengar suara gertakan giginya yang saling beradu. "Kurang Ajar, Akan ku bunuh Kau!!" teriak Keras keluar dari mulut Kahinda yang saat ini mencoba untuk menarik pedang Marya yang terlalu keras untuk dicabut. "Haha, Membunuh ku?, Kau pikir bisa melakukan itu!." Tawa Marya Leksula yang dalam sekejap melompat ke arah Kahinda. Dia tentu saja tidak Ingin membiarkan Kahinda lolos kali ini. Tapi sayang, ketika Marya Leksula melompat ke arah Kahinda. Dirinya langsung menerima tebasan pedangnya yang berhasil dicabut oleh Kahinda. "Haha, Rasakan pedang mu" ucap Kahinda terkekeh melihat tebasan pedang itu berhasil membuat sayatan di dada Marya Leksula. Marya Leksula sendiri begitu lengah mengetahui bahwa Kahinda mampu mencabut pedangnya. Sambil merasakan perih di dadanya yang mengeluarkan darah. Marya Leksula sekarang merasakan amarah besar keluar dari dirinya. "Kahinda, aku benar-benar akan membunuhmu" ucap Marya Leksula kembali melesat ke arah Kahinda dengan sebuah tinju yang langsung memukul perut Kahinda. Kahinda sendiri sempat kembali mencoba untuk menebas Marya Leksula, tapi gerakannya seperti sudah terbaca. Alih-alih menyerang Balik, Saat ini Kahinda merasakan sesak nafas dan merasakan darah seketika keluar dari mulutnya. "Buhuk!" Kahinda muntah darah. Marya Leksula sendiri langsung membuat gerakan cepat memukul pergelangan tangan Kahinda. Pedang yang dipegang Kahinda seketika terlepas dari genggaman. Tanpa mengulur waktu, Marya langsung meringkus Kahinda dengan gerakan penguncian tubuh. Dimana sekarang posisi Marya berada di belakang tubuh Kahinda. "Menyerahlah, Aku tidak akan membunuhmu." Ucap Marya Leksula berhasil membuat Kahinda tidak lagi bisa bergerak. "Cepat bunuh aku, Bukan kah itu yang kamu mau?" tanya Kahinda merasakan tekanan kuat tangan Marya yang mengunci tubuhnya. "Haha, Kau kira aku benar-benar akan membunuhmu? Aku masih membutuhkan mu untuk melakukan sesuatu" Ucap Marya Leksula yang kemudian memanggil sebuah pusaka di tangan kanannya. Sebuah Rantai emas yang dia peroleh dari berguru dengan seseorang yang sakti. Lagi pula, sebenarnya Marya Leksula sendiri bisa langsung meringkus Kahinda tanpa melakukan perlawanan yang percuma. Kenyataan bahwa dirinya memang lebih kuat dari Kahinda, hanya ditujukan sebagai bukti dia masih membutuhkan Kahinda untuk tetap hidup. Lalu Marya Leksula membawa Kahinda ke tempat dimana dia sering melakukan pertapaan. Dia mengurung Kahinda setelah memberikan ramuan khusus untuk menyembuhkan luka dalam akibat pukulan tinjunya. Kahinda sendiri masih tersadar ketika dia dibawa marya menuju ke Gua pertapaannya. "Marya, Apa sebenarnya tujuan mu untuk membiarkan ku tetap hidup?" tanya Kahinda yang tidak bisa bergerak karena belenggu pusaka Rantai Marya Leksula. "Tentu saja karena aku masih mencintai mu, Bukankah tidak terlalu buruk bisa menikahi Kakak adik secara bersamaan?" Ucap Marya Leksula sembari tertawa. "Kau, Apa kau tidak sadar dengan ucapan mu?. Kau sama saja seperti binatang!, Kau begitu menjijikkan" Ucap Keras Kahinda merasa kalau Marya Leksula benar-benar akan melakukan hal itu padanya. "Aku ini seorang pria, Aku bisa mendapatkan apapun yang aku mau. Apa salahnya menikahi Kalian berdua?" Marya Leksula benar-benar tidak ingin melepaskan Kahinda. "Tapi, Kahayu juga pasti akan menolak apa yang kamu inginkan" tutur Kahinda benar-benar tidak paham jalan pikiran Marya Leksula. Marya Leksula terdiam sejenak, Dia hanya membuat senyum kecil di depan Kahinda. "Dia tak akan berani menolak keinginan ku. Bagaimana pun, dia juga sedang mengandung anakku" tutur Marya Leksula sembari melepaskan pakaiannya. Kahinda sekarang lebih terkejut dengan pengakuan Marya Leksula yang mengatakan bahwa adiknya sudah mengandung anaknya. Hal itu tentu membuat kemarahan Kahinda memuncak. Dan sekarang dia melihat Marya Leksula membuka pakaian dan berjalan ke arahnya yang sedang terikat. "Kau mau apa?" tanya Kahinda yang saat ini dalam posisi terduduk dengan tangan yang masih terikat. Dia juga sempat mundur ke belakang sembari mengais tanah dengan kakinya. Mata Kahinda menatap Marya Leksula dengan tatapan takut, jikalau Marya Leksula ingin menjadikan dirinya sebagai pelampiasan. "Tentu saja aku akan membuat mu tahu bagaimana rasanya menjadi seorang wanita murahan seperti adikmu, yang bahkan tak menolak berhubungan dengan ku." Ucapan itu keluar dari mulut Marya Leksula secara langsung. Bahkan tak ada rasa penyesalan sedikitpun pada dirinya. "Haha, Aku sadar kau itu begitu angkuh Kahinda. Walaupun aku gagal membuat mu jatuh kepelukan ku. Aku masih punya banyak cara untuk membuat Kerajaan Marpala menjadi milik ku" Sekarang Marya Leksula membeberkan keinginannya untuk menguasai Kerajaan Marpala di depan Kahinda. Seolah-olah dia memang bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Sedangkan Kahinda dari awal mulai mengerti semua tentang siapa sebenarnya Marya Leksula dan apa tujuannya mengikat janji tentang cinta palsunya. Selain itu, Kahinda benar-benar merasa dipermainkan olehnya. Hal itu sekarang menyulut api benci yang lebih besar di hati Kahinda. Selain dari pada itu, Kahinda merasa bersalah karena sudah membantu Marya memberikan teh beracun untuk Ayahnya. "Kalau aku tahu tujuan mu yang sebenarnya, Aku sudah pasti akan membunuhmu saat itu juga. Kau bahkan memanfaatkan cinta ini hanya untuk sebuah tujuan" Lirih Kahinda sambil mengulur waktu. Bagaimana pun, sekarang Kahinda masih ingin tahu lebih banyak apa saja yang sudah dilakukan Marya Leksula sebelum mengenal dirinya. "Haha, kau bilang cinta? tentu saja aku mencintaimu. Bahkan aku sudah merelakan jiwa dan Ragaku untuk hari ini. Aku mempersembahkan semua yang kumiliki untuk mendapatkan Kekuatan Besar setelah aku dan Guruku menghabisi Raja Marpala" Tawa Marya Leksula menundukkan wajahnya tepat di depan wajah Kahinda. Dia bahkan sempat mencium rambut Kahinda yang terurai kedepan. "Sekarang, Hari ini kau akan menjadi milik ku seutuhnya, Kahinda sayang" Kahinda terdiam sesaat, dan hanya membuat senyuman tipis yang dia perlihatkan untuk mengecoh Marya Leksula. Lalu, Kahinda berkata "Kalau kamu memang mau melakukannya sekarang, Bukankah lebih baik kamu lepaskan ikatan ini. Aku juga sudah tidak lagi bisa melawan mu." Kahinda seperti pasrah akan nasibnya sekarang, dan bagaimana pun dia juga tidak merasa cukup yakin bisa mengalahkan Marya Leksula dengan tangannya sendiri. Jadi, dia memutuskan untuk mencoba membujuk Marya Leksula bagaimana pun caranya. Marya Leksula seketika berdiri sambil tertawa lepas merasakan kemenangan di depan matanya. "Haha, Begitulah Seharusnya." Ucap Marya Leksula membuat senyum tipis ke arah Kahinda yang memang sudah tak berdaya.Kahinda kali ini benar-benar dalam masalah, dia yang sudah pasrah hanya bisa berdiam diri ketika Marya Leksula sedang meraih pedangnya. Kahinda sendiri hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Marya terkejut. Sebuah hadiah spesial untuk pemutusan hubungan dan hadiah selamat tinggal yang dipersembahkan pria bejat didepannya. "Jadi, Bagaimana kalau kita mulai sekarang" tutur Marya Leksula sembari memainkan pedangnya. Dia sendiri sebenarnya tidak takut untuk melepaskan ikatan tali pusakanya yang membelenggu tubuh Kahinda. Jadi setelah mendengar bahwa Kahinda sudah pasrah akan nasibnya, dengan tanpa Ragu Marya Leksula bersiap untuk melepaskan tali sakti tersebut. Hanya dengan satu kibasan pedangnya, tali Sakti itu seketika terlepas dari tubuh Kahinda. Dan hanya dalam sekejap, tali sakti itu menghilang dan kembali ke tangan Marya Leksula. "Baiklah, Sekarang kau yang mulai duluan" lirih Kahinda menyingkap kain yang menutupi kakinya. Dia sedang me
Hari sudah sore, ketika Kahinda baru saja menampakan kakinya di pelataran halaman Kerajaan Marpala. Dia melihat begitu banyak prajurit Kerajaan tertidur di tanah. Kahinda juga melihat banyak darah yang mengalir di tubuh semua prajurit dan pasukan Kerajaan. Kahinda juga memeriksa beberapa tubuh mereka yang yang masih bernafas dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. "Raja Marpala..Putri Kahayu...dan.." Ucap seorang prajurit Kerajaan mencoba untuk memberitahu sesuatu pada Kahinda. Tapi, sayang nyawa prajurit yang sempat diperiksa Kahinda sekarang sudah menghembuskan nafas terakhir. Kahinda masih mencoba untuk melihat beberapa orang yang mungkin saja masih hidup. Tapi, dia tetap tidak menemukan satupun dari mereka yang bisa bertahan. "Ayah, Ibu.." Ucap Kahinda yang langsung berlari menuju ke dalam istana. Dia juga melihat banyak orang yang bersimpuh darah. Tapi saat dia sudah berada di dalam istana Kerajaan, Mata Kahinda langsung terbelalak ketika melihat tubuh ibunya jug
Sekarang Ram Wenang Sendiri jadi sedikit percaya dengan cerita Kahinda yang menceritakan bahwa Kahayu ada sangkut pautnya dengan penculikan Raja Marpala. Tapi, dirinya masih harus membenahi beberapa hal sebelum membuat tindakan. Dia sekarang meminta pada Kahinda untuk menjadi Raja sementara sampai ayahnya benar-benar bisa ditemukan. Tapi, Kahinda menolak hal tersebut dan dia langsung memilih Ram Wenang untuk menjadi Raja sementara Kerajaan Marpala. Dan itu dia katakan sebagai titah langsung dihadapkan semua pasukan Kerajaan Yang tersisa. "Tapi Kahinda, Kamu akan lebih aman disini. Dan tidak mungkin bagiku untuk membiarkan mu berkeliaran bebas" Ucap Ram Wenang jelas tidak ingin sampai keponakannya mendapatkan masalah. Kahinda tetap menolak apa yang diinginkan Ram Wenang, dan dia sendiri juga ingin pergi untuk menemui seseorang yang merupakan gurunya. Namun, Ram Wenang tetap menolak permintaan Kahinda dan dia sekarang meminta beberapa orang untuk menjaga kediaman Kahinda yang berada
Kahinda sendiri sekarang sudah berada di dalam Gua besar dibawah Air terjun. Walaupun dia sudah beberapa kali ke tempat itu, Rasa kagum Kahinda sekarang jadi semakin besar. Bahkan ketika Gurunya memperlihatkan jurus-jurus Baru untuk sekedar pamer padanya. "Nah, Bagaimana dengan jurus Tongkat Pemukul airku?" tanya Pria tua itu memperlihatkan pusaka miliknya yang lain. Dan Kahinda hanya membalas dengan tersenyum. Kahinda sendiri juga baru pertama melihat pusaka berbetuk tongkat itu di pamerkan oleh Gurunya. Ya, dia sudah tidak lagi terkejut melihat Gurunya yang memang suka pamer didepannya. Terlebih ketika Kahinda masih Remaja. Gurunya sering memperlihatkan kemampuan aneh yang membuat dirinya begitu kagum dan menarik dirinya untuk mempelajari hal tersebut. Kahinda juga tahu, jika pamer yang ditunjuk oleh gurunya hanya untuk membuat dirinya senang. Seolah sekarang dia tahu, Kalau Kahinda masih cengeng seperti dulu. Dan tahu kalau Kahinda sedang menyimpan rasa kesedihan paling dalam d
"Kurang ajar Kalian berdua, Aku tak akan membiarkan kalian melakukan itu" Bentak Kahinda yang sudah tidak lagi bisa menahan diri dan dia langsung keluar dari persembunyiannya. Dua orang itu pun seketika terkejut, ketika Kahinda datang dan memergoki mereka yang membicarakan Rencana untuk membunuh Ayahnya. Kahinda jelas saja tidak tahan melihat keduanya. Selain dari pada itu, Kahinda ingin menghentikan keduanya melakukan hal keji pada ayahnya. Terlepas dari apa yang dia lihat sekarang. "Kahinda, Apa yang kamu lakukan disini?" tanya seorang pria bernama Marya Leksula yang merupakan kekasih Kahinda. "Kakak, aku bisa jelaskan. Aku dirayu olehnya" ucapan itu keluar secara spontan dari mulut adik Kahinda yang bernama Kahayu Rahma Dewi. "Kahayu!" bentak Marya Leksula tertegun sebentar. Keduanya mengira bahwa Kahinda tidak mendengar semua hal yang mereka bicarakan. Dan mengira bahwa Kahinda hanya memergoki mereka yang sempat ingin berpadu kasih. Saat ini Marya Leksula membenarkan paka