Setelah tahu Ekor tiga tidak mengekor lagi di belakangnya Arya segera bergegas menuju perbatasan hutan dan kampung.Arya Saloka melewati beberapa perkampungan warga untuk mencapai rumahnya di kampung Duku. Arya langsung menuju ke dalam hutan untuk bertemu mbah Rasih dan memberikan Daun 'Tunjuk Langit' untuk obat penyakit dalamnya.Di bibir hutan dia merasakan hal yang tidak biasa seperti biasanya. Seperti ada yang membuntutinya sejak tadi. Arya tidak menghiraukan hal tersebut. Dia terus masuk ke gubuk kecil milik mbah Rasih."Sampurasun, mbah?"Arya mengetuk pintu usang dari kayu yang sudah lapuk dan berkali-kali memanggil sang empunya gubuk tersebut. "Mbah, saya datang membawa daun ajaib ini."Arya yang tidak sabar akhirnya membuka paksa pintu tanpa izin sang pemilik. "Mbah," seru Arya.Tidak ada suara ataupun raga yang ada di gubuk kecil itu. Keadaan dalam rumahnya berantakan dan nampaknya sudah beberapa hari tidak di tinggali sang pemilik. "Kemana nek Rasih?"Setelah menunggu cukup
Arya mengendap-endap keluar dari rumahnya dan berusaha mengumpulkan beberapa pemuda yang hendak ikut dengannya menuju ke kampung Dalatra. "Ayo semuanya kita harus segera keluar dari kampung ini, sebelum semuanya terlambat." "Tapi Arya, aku sangat mengkhawatirkan ibuku di rumah. Jika sampai pendekar setengah siluman itu membunuh ibuku, aku tidak akan membiarkan hal itu." Arya menatap pemuda itu dan membayangkan hal yang sama dengan ibunya. Arya tetap tenang dan berusaha mencari jalan keluar agar mereka tetap tenang dan mau berusaha untuk bersatu melawan siluman jahat tersebut. "Kita harus tetap belajar bela diri untuk melindungi kita sendiri dan keluarga," ucap Arya. "Untuk apa? Untuk melawan si siluman jahat itu? Dia itu sangat sakti Arya, tidak mungkin kita bisa melawannya." Arya terdiam, dia tidak mampu menjamin keselamatan keluarga para pemuda yang hendak ikut berguru ke padepokan Gombang. "Aku tidak jadi ikut," ucap salah satu pemuda yang sejak awal menentang. "Aku juga,"
Arya terbaring di sebuah gubuk di kaki bukit Angsana. Bukit yang lumayan jauh dari kampung Duku. Seseorang berilmu cukup tinggi itu kemudian mencari obat herbal dari dalam hutan di kaki bukit tersebut. Dia tidak segan untuk mencarikan air suci dari mata air langka yang ada satu-satunya di kampung wage. Kampung yang bersebelahan dengan bukit Angsana.Arya masih belum sadar setelah satu hari penuh pingsan. Lelaki itu masih dengan sigap memberikan totok di beberapa tubuh Arya yang terkena serangan pendekar aliran hitam perguruan Halimun. "Arya, kamu benar-benar lemah. Kamu harus berguru di tempat yang tepat."Setelah beberapa hari Arya terbaring lemah, akhirnya di hari ketiga Arya bisa membuka matanya. Sebelah matanya yang lain masih bengkak dan belum bisa terbuka sempurna. Arya masih bingung dengan tempat barunya kini. Dia menyangka jika dia sedang di sandera oleh salah satu murid dari pendekar halimun.Tetapi setelah menelaah lebih jauh, dia tidak menemukan hal-hal aneh di sana. Yang
Daun ajaib yang di bawa Arya itu akhirnya untuk mengobati dirinya sendiri. Dengan keahlian lelaki tua di hadapannya dia meracik daun ajaib itu dan membubuhkannya di atas luka dalam di tubuh Arya.Secara kasat mata memang tidak banyak luka terbuka yang ia dapatkan namun di dalam tubuh Arya dia sangat rapuh. Serangan bertubi-tubi dari pasukan halimun membuatnya tidak berdaya. Dia semakin yakin untuk berguru dan mendalami ilmu tenaga dalam untuk menjaga dirinya sendiri terlebih untuk menyelatkan warga kampung. Arya merasa kesakitan yang luar biasa saat sang pendekar senior itu memasukan ajian tenaga dalam di atas ramuan daun yang telah lumat di kunyahnya dan di semprotkan begitu saja di bagian-bagian tertentu."Kamu terluka parah, apakah pasukan halimun yang menyerangmu begitu banyak jumlahnya?" tanya sang pendekar.Arya tidak bisa mengingat - ingat kejadian itu. Rasa sakitnya membuat ia tidak fokus dengan perkataan sang pendekar. "Aku tidak tahu, ahhh..."Arya menjerit kesakitan yang lu
Rangga menghilang di tengah hutan terlarang. Dia kini sudah berubah menjadi pemuda tampan dan sangat berbeda dengan rangga yang sebelumnya.Pemuda itu, tidak di kenali sebagai anak kecil "Rangga".Kini dia menunjukkan dirinya yang sebenarnya si penguasa muda. Anak kecil ajaib itu kini telah beranjak dewasa lebih cepat dari teman-teman sebayanya.Dia bertapa di sebuah gua tersembunyi di tepi sungai. Rangga masih dalam pengejaran para pasukan Halimun. Dia tidak gentar dan akan menambah ilmunya dengan bertapa di gua tersebut.Rangga ingin sekali bertemu dengan ayahnya yang tidak tahu keberadaannya saat ini. Tapi dia yakin jika Arya masih hidup. Dia pasti sedang baik-baik saja.Rangga menambah kesaktiannya dengan tidak makan dan minum selama beberapa hari. Dia memasukkan tenaga dalam dari alam sekitarnya.Dia adalah titisan dewa dan ibunya adalah manusia biasa. Dia adalah anak sakti yang akan mampu menjadi penguasa di masa mendatang.Sementara itu, Dewi Sri sang ibunda dari Rangga kini ma
Rangga berhari-hari melakukan pertapaan di dalam hutan yang gelap. Dia bersama kekuataan dalamnya membangun sebuah kekuatan. Rangga membuat strategi untuk mengalahkan pasukan Halimun yang menginginkan dirinya.Mereka sudah sejak lama mengetahui jika akan ada manusia dengan kekuatan yang luar biasa akan mendapatkan sebuah pusaka sakti. Namun mereka belum tahu pasti apa pusaka yang akan muncul di suatu hari nanti.Pasukan halimun masih berada di sekitara kampung Duku di bantu oleh Mbok Siem untuk mendapatkan Rangga."Arya sudah mati, kini kita bisa leluasa memperalat Rangga dan tidak akan ada lagi yang menghalangi," ujar Mbok Siem yang sudah sejak lama menginginkan bayi ajaib itu dari tangan Sulastri-Nenek Rangga."Apakah kamu yakin jika Arya sudah mati? Aku punya firasat lain mengenai Arya. Dia memang bukan pendekar sakti dari padepokan hebat, namun dia memiliki kegigihan yang luar biasa.""Maksudmu?""Kamu masih ingat dengan si gendeng tua?""Dia juga sudah mati.""Belum, dia masih h
"Tolong....tolong..."Suara semakin nyaring terdengar dari dalam hutan yang tidak jauh dari rumah penduduk. Arya terkejut kemudian bangun dari tidurnya."Apakah aku bermimpi?" ucap Arya sambil mengusap wajahnya.“Tolong ...tolong…”Semakin lama suara meminta tolong tersebut semakin melemah dan kemudian menghilang. "Sepagi ini apakah ada orang yang mencari kayu bakar ke hutan?" Arya menatap Ibundanya. Namun wanita tua itu tak menjawab, ia meminta Arya untuk mencari sumber suara tersebut. "Mungkinkah itu adalah manusia yang meminta tolong Bu?atau hanya tipuan sang penjaga hutan?" tanya Arya. "Temuilah suara itu, barangkali memang sangat membutuhkan pertolongan kita." Sulastri meminta putranya segera memeriksa apa yang terjadi.Sulastri-ibunda Arya Saloka menatap anaknya dengan penuh cemas. Tanpa pikir panjang akhirnya Arya mengambil busur panah untuk berjaga-jaga. Dia membawa pula sebilah pisau kecil yang dia selipkan di pinggangnya."Aku pamit ibunda," ucap Arya seraya mencium punggung
Arya segera kembali ke dalam hutan dan menuju ke tempat semula. “Aku tadi berada di sini, aku yakin sekali.”Arya memeriksa sekitar dan tidak menemukan apapun. “Kamu mencari ini?” Suara seorang nenek tua mengagetkan Arya. Mbah Rasih penjaga hutan yang terkenal gendeng alias sedikit gila. Konon dia dulunya adalah seorang pendekar wanita hebat. Dia telah memiliki seorang putri cantik hasil hubungannya dengan pendekar musuh perguruan ayahnya, namun karena tidak disetujui oleh ayahnya Mbah Rasih pergi mengembara dengan membawa sang bayi. Pada suatu ketika sang gadis kecil tumbuh menjadi wanita cantik dan bertemu pangeran dari kerajaan Budaya. Pihak kerajaan meminta putrinya untuk jadi bagian dari kerajaan. Akhirnya Mbah Rasih tinggal hidup di hutan seorang diri.“Kamu mencari jimat ini pemuda tampan?”ucap mbah Rasih.Arya menoleh dan menatap sang nenek tua yang bergelantungan di dahan pohon. “Dari mana mbah tahu?” Arya mencoba meraih kalung jimat dari tangan sang nenek gendeng itu.“Eits,