Home / Pendekar / Pendekar Tiga Iblis / 58. Uni Priwangi Ikut

Share

58. Uni Priwangi Ikut

Author: Rudi Hendrik
last update Last Updated: 2023-09-11 01:10:28

Ardo Kenconowoto tidak mengenal pendekar yang bernama Bangteng Kuro. Jadi, dia harus banyak bertanya kepada orang lain tentang Banteng Kuro. Dia pun tidak tahu harus mencari di daerah mana.

Karena arah perjalanannya melewati Desa Guling, sebagai seorang pemuda tampan yang baik dan tidak sombong, Ardo pun mampir ke kediaman Kepala Desa Totor Gema. Dan yang paling senang adalah Kenanga, meski kemudian dia menelan kecewa karena Ardo hanya mampir sebentar dan akan melakukan perjalanan yang tidak tahu berapa lama.

“Aku tidak mengenal pendekar yang bernama Banteng Kulo. Mungkin Ki Rujak kenal,” jawab Totor Gema saat Ardo menanyakan perihal Banteng Kuro.

Akhirnya Ardo berpamitan. Karena dia tidak memiliki urusan selain bertanya dan silaturahmi, Ardo tidak lama. Namun, dia ingin berkunjung ke rumah Ki Rojak yang akrab dipanggil Ki Rujak, padahal Ki Rojak tidak doyan rujak. Anger Jogo yang menemani dan menunjukkan rumah Ki Rojak.

Ketika Ardo datang, Ki Rojak dan putranya Jumadi sedang berlatih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rudi Hendrik
dipaksa buka iklan ya?
goodnovel comment avatar
🅰️nny Maheswari
lumayan juga u. ia bab baca bisa pakai iklan wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Tiga Iblis   59. Bahagia di Rumah Janda

    Sinar matahari pagi akhirnya menjadi wasilah bagi Cabur Sekti untuk sadarkan diri. Setelah sepasang kelopak matanya yang tertutup bergerak-gerak seperti ada makhluk yang hendak menetas, sepasang mata itu akhirnya membuka. Merah dan berbelek.Mata itu seketika menyipit oleh silaunya sapaan matahari pagi. Cabur Sekti tahu itu matahari pagi karena posisinya masih setinggi bingkai jendela.Setelah netranya beradaptasi dan mata itu kembali membuka normal, Cabur Sekti memindai area sekitarnya. Ternyata dia sedang terbaring di atas dipan bambu di dalam sebuah rumah sederhana berlantai tanah keras, tetapi barang-barangnya tertata rapi sehingga enak dipandang mata.Kruuukr!Aroma masakan yang berbumbu tajam menggugah selera seketika membuat perut jagoan golok itu mengoceh, tanda perutnya minta makan.Cabur Sekti pun memeriksa dirinya. Dia tidak berbaju, tapi untung masih bercelana. Lengan kirinya dibalut perban tebal. Memorinya cepat mengingat apa yang telah dia alami.Dari dalam dapur berjala

    Last Updated : 2023-09-11
  • Pendekar Tiga Iblis   60. Aki Sumpat

    Desa Alot Urat disebut juga Desa Pendekar. Desa itu tidak biasa karena gemar disinggahi oleh para pendekar sehingga seperti sebuah kota. Keramaian itu diiringi oleh marak dibangunnya berbagai pusat bisnis oleh para pemilik modal. Berbagai sarana yang tersedia membuat para pendekar pun tertarik untuk datang ke desa itu.Tempat yang banyak di datangi oleh para pendekar bukan berarti aman karena banyak orang hebat, tetapi justru rawan keributan karena kebanyakan pendekar punya ego dan gengsi yang tinggi. Jika disenggol sedikit langsung membentak, “Mau cari mati?!”Seperti hari ini, ada pertarungan yang terjadi antara dua pendekar di tengah jalan utama di pusat Desa Alot Urat. Namun, kasusnya bukan sekedar ada yang tersenggol atau disenggol.Tidak seperti di tempat lain, jika ada pertarungan di desa ini, tidak ada penonton yang berkerumun menjadi pagar di sekeliling area pertarungan. Para penonton dari kalangan warga biasa akan menonton dari jarak jauh yang aman.Sementara para pendekar m

    Last Updated : 2023-09-11
  • Pendekar Tiga Iblis   61. Kejahilan Semuri

    “Bisa aku buatkan, tapi kau harus menunggu dua atau tiga hari,” kata Tabib Juku Getir saat Ardo Kenconowoto bertanya tentang bahan pengawet daging atau mayat.“Iya, Ki,” jawab Ardo bersedia.Tabib Juku Getir lalu memeriksa beberapa isi gucinya di rak. Sepertinya dia sedang melihat bahan-bahan untuk membuat apa yang diinginkan Ardo.“Uni, kau bantu membeli daging sapi. Kita butuh lemaknya,” kata Tabib Juku Getir kepada Uni Priwangi.“Bukankah Ki Pawang Api punya banyak sapi, Ki?” tanya Uni Priwangi, bukan maksud menolak.“Hehehe!” kekeh sang tabib. “Sapi-sapi itu sudah seperti anak sendiri bagi Ki Pawang. Dia tidak akan pernah mau memotong sapinya. Dia lebih baik membiarkan sapinya mati lalu dikubur daripada dimakan bersama.”“Baik, Ki. Aku akan pergi membelinya,” ucap Uni Priwangi.“Beli saja satu daging paha,” kata Tabib Juku Getir.“Baik, aku langsung pergi,” kata Uni Priwangi.Pendekar cantik itu lalu berbalik dan berjalan keluar rumah.“Ardo, kau pergi cari sarang lebah yang berma

    Last Updated : 2023-09-12
  • Pendekar Tiga Iblis   62. Ribut Dua Gadis

    “Hihihi!” tawa Semuri ketika tiba di rumahnya dan bertemu dengan kakeknya, Tabib Juku Getir.“Kenapa kau tertawa, Semuri?” tanya Tabib Juku Getir.Semuri tidak menjawab, kecuali berlalu meninggalkan kakeknya.Tabib Juku Getir hanya menaikkan kedua alisnya. Namun, pertanyaannya kemudian terjawab saat melihat kedatangan Ardo Kenconowoto. Dia jadi tersenyum tua.Ardo datang dengan wajah yang bentol-bentol sebab sengatan banyak lebah. Kelopak mata dan bibirnya bengkak. Meski demikian, pengorbanannya tidak sia-sia. Dia pulang dengan tetap membawa sarang lebah bermadu yang sudah kosong dari penghuninya.Tabib Juku Getir tidak perlu bertanya apa yang telah terjadi. Namun, berbeda ketika Uni Priwangi pulang dari belanja. Gadis itu terkejut melihat hilangnya ketampanan Ardo.“Semuri! Apa maksudmu berbuat seperti itu kepada Ardo?!”Uni Priwangi segera melabrak Semuri setelah Ardo menceritakan apa yang terjadi. Dia marah sekali.“Bukan aku yang membuat kegantengan Ardo hilang, tapi lebah. Marahl

    Last Updated : 2023-09-12
  • Pendekar Tiga Iblis   63. Murid Iblis Jelita

    “Gawat, Ardo akan bertarung dengan Pendekar Pedang Kayu,” kata Uni Priwangi kepada Semuri.“Aku yakin Ardo bisa mengalahkannya,” kata Semuri optimis.“Kau memang suka melihat Ardo menderita,” tukas Uni Priwangi.“Eh, jangan memulai!” kata Semuri memperingatkan.Kuda milik Ardo yang membawa tubuh Cabur Sekti datang mendekati mereka berdua. Cabur Sekti tengkurap memeluk kuda, bukan karena kudanya cantik, tetapi karena dia sedang terluka parah.Semuri segera turun dari kudanya dan menyambut kuda Ardo. Dia segera memeriksa kondisi Cabur Sekti.“Lukamu parah, Paman. Coba makan pil ini,” kata Semuri lalu memberikan sebutir obat yang berbau tajam. “Ini akan membantumu bertahan.”Cabur Sekti yang masih sadarkan diri menerima pil itu dan memakannya.Sementara itu, di depan sana, pertarungan antara Ardo Kenconowoto yang masih terlalu muda melawan Aki Sumpat yang sudah tua tanpa terlalu, baru saja di mulai. Meski Ardo jauh lebih muda, tetapi jika dinilai dari ukuran fisik, Ardo bisa dijagokan. N

    Last Updated : 2023-09-13
  • Pendekar Tiga Iblis   64. Setan Pedang

    Sezz! Sezz! Sezz!Meski tangannya merasakan sakit, tetapi Aki Sumpat masih mampu memainkan pedang kayunya yang berapi biru itu. Sebagai serangan awal, Pendekar Pedang Kayu melakukan tiga tebasan beruntun dengan lawan berposisi dua tombak di depannya.Dari setiap sabetan melesat sinar biru yang berpadu dengan api biru yang berwujud garis lengkungan yang tajam.Ardo Kenconowoto melakukan tiga Gerakan menghindar yang sangat cepat. Pertama, dia melompat salto tanpa tendangan karena tidak ada yang mau ditendang. Lompatan itu menghindari lesatan garis sabit sinar biru pertama. Hindaran kedua cukup bergeser, karena wujud garis sinar berbentuk sabit yang berdiri vertikal. Dan hindaran ketiga Ardo melakukan lompatan salto sambil balas melesatkan ilmu Sirih Bujang.Sing!Dari dalam putaran tubuh Ardo ketika bersalto di udara melesat satu sinar hijau berwujud daun.Terkejut Aki Sumpat melihat serangan itu. Dia cepat melompat melenting ke udara karena dia tahu cara kerja ilmu berbahaya itu.Ctar!

    Last Updated : 2023-09-13
  • Pendekar Tiga Iblis   65. Musuh Dunia Persilatan

    “Bunuuuh!” teriak Aki Sumpat keras, memberi perintah kepada makhluk aneh yang keluar dari pedang kayunya.“Huaaakkrr!” raung si makhluk merah berkepala domba sambil melesat sangat cepat maju menerkam Ardo Kenconowoto.Ardo langsung menolakkan kakinya dengan ilmu peringan tubuh tingkat tinggi. Dia melesat mundur pada saat bersamaan dengan majunya sosok Setan Pedang yang siap mencabik-cabik tubuhnya.Semua penonton tegang, terutama dua gadis cantik yang jatuh hati kepada Ardo. Mereka semua penasaran, mampukah murid Tiga Iblis mengatasi Setan Pedang.“Tidak selamanya orang yang berkesaktian paling tinggi itu akan menang dalam bertarung. Setiap kesaktian memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Meski kau bukan anak yang cerdas, tetapi di dalam pertarungan, kau harus pandai-pandai memilih kesaktianmu yang kelebihannya bisa menangkal kesaktian lawan. Jangan asal main adu kuat seperti mengadu domba.”Itulah wejangan Iblis Sirih yang Ardo ingat. Ketika melihat karakter Setan Pedang, A

    Last Updated : 2023-09-14
  • Pendekar Tiga Iblis   66. Banteng Kuro

    “Kakang Banteng Kulo telah mengadu domba Nyai Sakti guluku dengan pendekal lain. Aku tidak akan maafkan. Kenapa Kakang Banteng lakukan itu?” tandas Ardo Kenconowoto mengungkapkan alasan tagihan satu tangan dan satu kaki pada Bangteng Kuro.“Kau mau tahu, Cadel? Kau mau tahu?” tanya Banteng Kuro dengan mata mendelik-delik kepada Ardo.“Iya, aku mau tahu, Kakang. Supaya aku tidak jadi olang pemasalan. Eh, maksudku olang penasalan,” kata Ardo yang terdengar lucu, tapi tidak membuat ketiga pendekar itu tertawa, tersenyum saja tidak. Padahal itu lucu.“Wanita iblis itu telah membunuh mantan kekasihku!” ungkap Banteng Kuro dengan berteriak, padahal Ardo tidak jauh.“Siapa mantan kekasihmu?” tanya Sabit Kepanjangan kepada rekannya itu.Galang-Galang juga menengok memandang kepada Banteng Kuro yang berdiri di tengah.“Kalian juga mau tahu?” tanya Banteng Kuro sambil menengok ke kanan dan ke kiri, kepada kedua temannya yang tidak satu bapak dan satu ibu.“Jelas kami sangat ingin tahu. Jangan s

    Last Updated : 2023-09-14

Latest chapter

  • Pendekar Tiga Iblis   113. TAMAT

    Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw

  • Pendekar Tiga Iblis   112. Menyelamatkan Sepasang Kekasih

    Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m

  • Pendekar Tiga Iblis   111. Nini Lanting Hidup Lagi

    Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba

  • Pendekar Tiga Iblis   110. Gerbang Senja Merah

    Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny

  • Pendekar Tiga Iblis   109. Pedang Beranak Seribu

    Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp

  • Pendekar Tiga Iblis   108. Sepuluh Kepala Hantu

    Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut

  • Pendekar Tiga Iblis   107. Taktik Kemenangan

    Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka

  • Pendekar Tiga Iblis   106. Tarung Lembah Jepit Mulai

    “Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka

  • Pendekar Tiga Iblis   105. Calon Suami Datang

    Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y

DMCA.com Protection Status