“Hihihi!” tawa Semuri ketika tiba di rumahnya dan bertemu dengan kakeknya, Tabib Juku Getir.“Kenapa kau tertawa, Semuri?” tanya Tabib Juku Getir.Semuri tidak menjawab, kecuali berlalu meninggalkan kakeknya.Tabib Juku Getir hanya menaikkan kedua alisnya. Namun, pertanyaannya kemudian terjawab saat melihat kedatangan Ardo Kenconowoto. Dia jadi tersenyum tua.Ardo datang dengan wajah yang bentol-bentol sebab sengatan banyak lebah. Kelopak mata dan bibirnya bengkak. Meski demikian, pengorbanannya tidak sia-sia. Dia pulang dengan tetap membawa sarang lebah bermadu yang sudah kosong dari penghuninya.Tabib Juku Getir tidak perlu bertanya apa yang telah terjadi. Namun, berbeda ketika Uni Priwangi pulang dari belanja. Gadis itu terkejut melihat hilangnya ketampanan Ardo.“Semuri! Apa maksudmu berbuat seperti itu kepada Ardo?!”Uni Priwangi segera melabrak Semuri setelah Ardo menceritakan apa yang terjadi. Dia marah sekali.“Bukan aku yang membuat kegantengan Ardo hilang, tapi lebah. Marahl
“Gawat, Ardo akan bertarung dengan Pendekar Pedang Kayu,” kata Uni Priwangi kepada Semuri.“Aku yakin Ardo bisa mengalahkannya,” kata Semuri optimis.“Kau memang suka melihat Ardo menderita,” tukas Uni Priwangi.“Eh, jangan memulai!” kata Semuri memperingatkan.Kuda milik Ardo yang membawa tubuh Cabur Sekti datang mendekati mereka berdua. Cabur Sekti tengkurap memeluk kuda, bukan karena kudanya cantik, tetapi karena dia sedang terluka parah.Semuri segera turun dari kudanya dan menyambut kuda Ardo. Dia segera memeriksa kondisi Cabur Sekti.“Lukamu parah, Paman. Coba makan pil ini,” kata Semuri lalu memberikan sebutir obat yang berbau tajam. “Ini akan membantumu bertahan.”Cabur Sekti yang masih sadarkan diri menerima pil itu dan memakannya.Sementara itu, di depan sana, pertarungan antara Ardo Kenconowoto yang masih terlalu muda melawan Aki Sumpat yang sudah tua tanpa terlalu, baru saja di mulai. Meski Ardo jauh lebih muda, tetapi jika dinilai dari ukuran fisik, Ardo bisa dijagokan. N
Sezz! Sezz! Sezz!Meski tangannya merasakan sakit, tetapi Aki Sumpat masih mampu memainkan pedang kayunya yang berapi biru itu. Sebagai serangan awal, Pendekar Pedang Kayu melakukan tiga tebasan beruntun dengan lawan berposisi dua tombak di depannya.Dari setiap sabetan melesat sinar biru yang berpadu dengan api biru yang berwujud garis lengkungan yang tajam.Ardo Kenconowoto melakukan tiga Gerakan menghindar yang sangat cepat. Pertama, dia melompat salto tanpa tendangan karena tidak ada yang mau ditendang. Lompatan itu menghindari lesatan garis sabit sinar biru pertama. Hindaran kedua cukup bergeser, karena wujud garis sinar berbentuk sabit yang berdiri vertikal. Dan hindaran ketiga Ardo melakukan lompatan salto sambil balas melesatkan ilmu Sirih Bujang.Sing!Dari dalam putaran tubuh Ardo ketika bersalto di udara melesat satu sinar hijau berwujud daun.Terkejut Aki Sumpat melihat serangan itu. Dia cepat melompat melenting ke udara karena dia tahu cara kerja ilmu berbahaya itu.Ctar!
“Bunuuuh!” teriak Aki Sumpat keras, memberi perintah kepada makhluk aneh yang keluar dari pedang kayunya.“Huaaakkrr!” raung si makhluk merah berkepala domba sambil melesat sangat cepat maju menerkam Ardo Kenconowoto.Ardo langsung menolakkan kakinya dengan ilmu peringan tubuh tingkat tinggi. Dia melesat mundur pada saat bersamaan dengan majunya sosok Setan Pedang yang siap mencabik-cabik tubuhnya.Semua penonton tegang, terutama dua gadis cantik yang jatuh hati kepada Ardo. Mereka semua penasaran, mampukah murid Tiga Iblis mengatasi Setan Pedang.“Tidak selamanya orang yang berkesaktian paling tinggi itu akan menang dalam bertarung. Setiap kesaktian memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Meski kau bukan anak yang cerdas, tetapi di dalam pertarungan, kau harus pandai-pandai memilih kesaktianmu yang kelebihannya bisa menangkal kesaktian lawan. Jangan asal main adu kuat seperti mengadu domba.”Itulah wejangan Iblis Sirih yang Ardo ingat. Ketika melihat karakter Setan Pedang, A
“Kakang Banteng Kulo telah mengadu domba Nyai Sakti guluku dengan pendekal lain. Aku tidak akan maafkan. Kenapa Kakang Banteng lakukan itu?” tandas Ardo Kenconowoto mengungkapkan alasan tagihan satu tangan dan satu kaki pada Bangteng Kuro.“Kau mau tahu, Cadel? Kau mau tahu?” tanya Banteng Kuro dengan mata mendelik-delik kepada Ardo.“Iya, aku mau tahu, Kakang. Supaya aku tidak jadi olang pemasalan. Eh, maksudku olang penasalan,” kata Ardo yang terdengar lucu, tapi tidak membuat ketiga pendekar itu tertawa, tersenyum saja tidak. Padahal itu lucu.“Wanita iblis itu telah membunuh mantan kekasihku!” ungkap Banteng Kuro dengan berteriak, padahal Ardo tidak jauh.“Siapa mantan kekasihmu?” tanya Sabit Kepanjangan kepada rekannya itu.Galang-Galang juga menengok memandang kepada Banteng Kuro yang berdiri di tengah.“Kalian juga mau tahu?” tanya Banteng Kuro sambil menengok ke kanan dan ke kiri, kepada kedua temannya yang tidak satu bapak dan satu ibu.“Jelas kami sangat ingin tahu. Jangan s
Setelah meninggalkan Desa Alot Urat, Ardo Kenconowoto harus mengantar Cabur Sekti berobat ke Lembah Jepit. Ujung-ujungnya, Ardo membalsemi potongan tangan dan kaki Banteng Kuro di kediaman Tabib Juku Getir.Uni Priwangi mau tidak mau harus berpisah dengan Ardo karena akan pulang lebih dulu ke kediaman gurunya, Iblis Jelita. Meski Uni Priwangi sangat berat hati berpisah dengan Ardo, tetapi dia pun sangat tidak ingin bertemu dengan Iblis Jelita. Dia tidak mau membuat urusan dengan pendekar wanita sakti itu.Kepulangan Uni Priwangi jelas membuat Semuri senang.“Hah! Murid Tiga Iblis?” kejut Tabib Juku Getir saat Semuri memberi tahunya tentang Ardo. “Lebih baik kau jangan jatuh hati kepadanya. Aku tidak bisa menahan diri untuk curiga.”“Hatiku bisa hancur jika aku batal jatuh hati kepada Ardo, Kek,” kata Semuri merengut.“Jika Iblis Jelita tahu kau jatuh hati kepada Ardo, aku takut kau akan dibunuh oleh wanita itu. Apakah kau tidak tahu, Iblis Jelita itu sangat terkenal sebagai wanita pem
Drap drap drap!Iblis Jelita yang sedang tidur terbangun mendengar suara langkah kuda di pinggir sungai.Memang, indera Iblis Jelita sangat peka terhadap suara-suara di sekitar rumahnya. Dia bahkan bisa terbangun oleh hanya suara ikan melongok di permukaan air sungai, sampai-sampai dia jarang bisa tidur nyenyak. Itu sudah menjadi gaya hidupnya tanpa mengganggu kesehatannya.Iblis Jelita sangat bisa membedakan antara suara binatang serupa kecoa atau cecak dengan suara pergerakan manusia.Suara kaki kuda jelas menunjukkan ada orang yang datang. Sulit dipercaya jika ada kuda yang datang tapi menunggangi orang atau tanpa ditunggangi.Ehehehek!Setelah suara kaki kuda berhenti, terdengar suara ringkikan kuda.“Oh, Surami,” ucap wanita cantik itu lirih saat mengenali suara ringkikan kuda miliknya, yang ternyata bernama Surami. Sepertinya kuda milik Iblis Jelita bergender betina dan jomblo.Iblis Jelita yang jelita, meski baru bangun dari tidur, tersenyum. Itu karena dengan pulangnya Surami,
Mendengar Ardo Kencowoto menceritakan tentang Aninda Maya, Semuri, Kenanga dan Uni Priwangi, hati Iblis Jelita jadi terbakar api cemburu. Namun, api itu tidak sampai membakar keluar atau menimbulkan asap tanda adanya yang terbakar.Iblis Jelita memendam api cemburunya dengan sikap ketenangan, tapi rasa cemburu itu tergambar dari perubahan raut wajahnya. Namun, Ardo tidak melihat itu karena mereka berdua sama-sama memandang ke arah yang sama, yaitu ke arah kegelapan hulu sungai.“Yang mana lebih cantik, keempat gadis itu atau aku?” tanya Iblis Jelita tanpa mengalihkan pandangannya dari kegelapan.“Ya jelas, Nyai Sakti lebih cantik. Maafkan aku, Nyai Sakti, jika aku suka belpikil aneh-aneh tentang Nyai Sakti,” ucap Ardo seraya tersenyum sendiri kepada malam.Ungkapan hati Ardo itu ternyata bisa menggerakkan wajah Iblis Jelita untuk menengok memandang Ardo. Dipandangi seperti itu, Ardo jadi malu dan tersenyum lebar.“Hal aneh apa yang kau hayalkan denganku, Ardo?” tanya Iblis Jelita bena
Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw
Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m
Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba
Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny
Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp
Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut
Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka
“Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka
Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y