Home / Pendekar / Pendekar Tiga Iblis / 67. Kesedihan Semuri

Share

67. Kesedihan Semuri

Author: Rudi Hendrik
last update Last Updated: 2023-09-15 11:11:41

Setelah meninggalkan Desa Alot Urat, Ardo Kenconowoto harus mengantar Cabur Sekti berobat ke Lembah Jepit. Ujung-ujungnya, Ardo membalsemi potongan tangan dan kaki Banteng Kuro di kediaman Tabib Juku Getir.

Uni Priwangi mau tidak mau harus berpisah dengan Ardo karena akan pulang lebih dulu ke kediaman gurunya, Iblis Jelita. Meski Uni Priwangi sangat berat hati berpisah dengan Ardo, tetapi dia pun sangat tidak ingin bertemu dengan Iblis Jelita. Dia tidak mau membuat urusan dengan pendekar wanita sakti itu.

Kepulangan Uni Priwangi jelas membuat Semuri senang.

“Hah! Murid Tiga Iblis?” kejut Tabib Juku Getir saat Semuri memberi tahunya tentang Ardo. “Lebih baik kau jangan jatuh hati kepadanya. Aku tidak bisa menahan diri untuk curiga.”

“Hatiku bisa hancur jika aku batal jatuh hati kepada Ardo, Kek,” kata Semuri merengut.

“Jika Iblis Jelita tahu kau jatuh hati kepada Ardo, aku takut kau akan dibunuh oleh wanita itu. Apakah kau tidak tahu, Iblis Jelita itu sangat terkenal sebagai wanita pem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Tiga Iblis   68. Malam yang Mesra

    Drap drap drap!Iblis Jelita yang sedang tidur terbangun mendengar suara langkah kuda di pinggir sungai.Memang, indera Iblis Jelita sangat peka terhadap suara-suara di sekitar rumahnya. Dia bahkan bisa terbangun oleh hanya suara ikan melongok di permukaan air sungai, sampai-sampai dia jarang bisa tidur nyenyak. Itu sudah menjadi gaya hidupnya tanpa mengganggu kesehatannya.Iblis Jelita sangat bisa membedakan antara suara binatang serupa kecoa atau cecak dengan suara pergerakan manusia.Suara kaki kuda jelas menunjukkan ada orang yang datang. Sulit dipercaya jika ada kuda yang datang tapi menunggangi orang atau tanpa ditunggangi.Ehehehek!Setelah suara kaki kuda berhenti, terdengar suara ringkikan kuda.“Oh, Surami,” ucap wanita cantik itu lirih saat mengenali suara ringkikan kuda miliknya, yang ternyata bernama Surami. Sepertinya kuda milik Iblis Jelita bergender betina dan jomblo.Iblis Jelita yang jelita, meski baru bangun dari tidur, tersenyum. Itu karena dengan pulangnya Surami,

    Last Updated : 2023-09-15
  • Pendekar Tiga Iblis   69. Seperti Suami-Istri

    Mendengar Ardo Kencowoto menceritakan tentang Aninda Maya, Semuri, Kenanga dan Uni Priwangi, hati Iblis Jelita jadi terbakar api cemburu. Namun, api itu tidak sampai membakar keluar atau menimbulkan asap tanda adanya yang terbakar.Iblis Jelita memendam api cemburunya dengan sikap ketenangan, tapi rasa cemburu itu tergambar dari perubahan raut wajahnya. Namun, Ardo tidak melihat itu karena mereka berdua sama-sama memandang ke arah yang sama, yaitu ke arah kegelapan hulu sungai.“Yang mana lebih cantik, keempat gadis itu atau aku?” tanya Iblis Jelita tanpa mengalihkan pandangannya dari kegelapan.“Ya jelas, Nyai Sakti lebih cantik. Maafkan aku, Nyai Sakti, jika aku suka belpikil aneh-aneh tentang Nyai Sakti,” ucap Ardo seraya tersenyum sendiri kepada malam.Ungkapan hati Ardo itu ternyata bisa menggerakkan wajah Iblis Jelita untuk menengok memandang Ardo. Dipandangi seperti itu, Ardo jadi malu dan tersenyum lebar.“Hal aneh apa yang kau hayalkan denganku, Ardo?” tanya Iblis Jelita bena

    Last Updated : 2023-09-16
  • Pendekar Tiga Iblis   70. Memanah Iblis Jelita

    Iblis Jelita membiarkan ketiga perwira itu saling berdiskusi. Dia hanya berdiri memandang, hitung-hitung tebar pesona seperti boneka baju di etalase butik.“Nisanak!” panggil Arjunatama Cula Garang pada akhirnya.Iblis Jelita bergeming.“Siapa kau sebenarnya?” tanya Cula Garang.“Siapa yang kalian cari? Jika kalian mencari penghuni rumah ini, maka akulah orangnya. Jika kalian mencari orang lain, siapa namanya?” tanya balik Iblis Jelita.“Kami mencari Iblis Jelita!” seru Cula Garang dari seberang.“Akulah orangnya!” seru Iblis Jelita pula.“Kau jangan membohongi orang Istana, Nisanak!” tukas Cula Garang. “Meski kami belum pernah bertemu dengan Iblis Jelita, tapi kami dapat memperkirakan usianya.”“Kalian belum pernah bertemu, tapi bisa seyakin itu. Jika kalian tidak percaya, lebih baik pulanglah. Kalian tidak akan menemui Iblis Jelita di tempat lain jika kalian menyangkalku,” kata Iblis Jelita.“Sudah, kita tangkap atau bunuh saja wanita itu, Cula Garang. Dia sudah mengaku,” kata Ubar

    Last Updated : 2023-09-16
  • Pendekar Tiga Iblis   71. Pembantaian Iblis Jelita

    “Siapa yang ingin menuju ke kematiannya?” tanya Iblis Jelita kepada dua arjunatama yang masih tertawa karena melihat nasib apes Ubar Ubaran yang hanyut terbawa arus sungai. Pertanyaan itu seketika menghentikan tawa kedua arjunatama. Cula Garang dan Gading Margin sejenak terdiam memandang kepada Iblis Jelita yang berdiri di ujung titian tali tambang. Sebenarnya Cula Garang dan Gading Margin sedang berpikir cara menghadapi Iblis Jelita. Jika Iblis Jelita berada satu pijakan tanah dengan mereka, tidak perlu berpikir lagi, bisa langsung sikat. “Putuskan tali itu!” perintah Cula Garang kepada prajurit pasukannya. Dua prajurit segera cabut pedang dan berlari ke ujung titian untuk menebas ujung tambang yang ada di darat. Mereka bersemangat dengan harapan nanti dapat “bonus keberanian”. Set set! Des des! “Akk! Akh!” Namun, dua butir sinar hitam lebih cepat mengenai tubuh kedua prajurit itu sebelum mereka menebas tali titian. Kedua prajurit itu terkena energi Sentilan Dewi Hitam tingka

    Last Updated : 2023-09-17
  • Pendekar Tiga Iblis   72. Pertemuan Pertama

    Akar Sejara dan Sambar Anuk berkuda menyusuri jalan yang tidak jauh dari Sungai Ukirati, yang katanya menjadi tempat kediaman Iblis Jelita, pembunuh ibu mereka. Namun, mereka tidak tahu di mana tepatnya posisi rumah pendekar wanita sakti itu.Sekedar informasi bahwa Akar Sejara menyandang pedang hitam-putih yang memiliki nama Pedang Gelap. Sedangkan Sambar Anuk membawa pedang warna putih-perak yang bernama Pedang Terang Buta, bukan Pedang Terang Bulan.Akar Sejara yang tidak berbaju memiliki badan yang kekar berotot. Sambar Anuk tidak berbaju juga, tetapi dia mengenakan kain selempangan warna perak. Jari-jari tangan kanan mereka ada warna emas yang menempel di kulitnya.Mereka berdua berpisah dengan kedua saudaranya yang bernama Rawa Kujang dan Teguk Permana. Adik dan kakak mereka itu sedang berada di Gampartiga, ibu kota Kadipaten Dadariwak.Di saat mereka sedang berkuda pelan sambil mencari-cari keberadaan rumah di sekitar sungai, tiba-tiba mereka melihat ada satu dua mayat yang han

    Last Updated : 2023-09-17
  • Pendekar Tiga Iblis   73. Murid atau Putri?

    “Kakang, kenapa kau tidak terus terang bahwa kita mencari Iblis Jelita?” tanya Akar Sejara agak berteriak karena mereka sedang berkuda yang berlari. “Menurutmu, apakah kita sanggup membunuh lebih seratus prajurit dalam sekali pertarungan?” tanya Sambar Anuk. “Tidak,” jawab Akar Sejara. “Tapi aku yakin itu bukan Iblis Jelita.” “Kau berubah pikiran?” tanya Sambar Anuk. “Jangan-jangan kau jatuh hati kepada gadis itu, Adik.” “Kakang juga pasti jatuh hati. Tadi Kakang menggodanya!” tukas Akar Sejara. “Aku tiba-tiba berpikir. Mungkin saja itu putri dari Iblis Jelita.” Sambil menunggang kudanya, Sambar Anuk manggut-manggut tanda menerima dugaan adiknya itu. “Jika putrinya saja semengerikan itu, ibunya pasti lebih ganas,” kata Sambar Anuk. “Tapi kita harus membicarakan ini kepada Kakang Teguk Permana.” Keduanya terus berkuda dengan tenggelam di dalam pikiran masing-masing di saat keduanya tidak saling bercakap. Namun, meski tidak saling mencontek, tetapi ada satu perkara yang sama di da

    Last Updated : 2023-09-18
  • Pendekar Tiga Iblis   74. Perguruan Penuh Tengkorak

    Ardo Kencowoto memilih langsung menuju ke Tebing Pahat, sesuai perintah sang guru.Pada hari yang cerah itu sepertinya Ardo sedang ketiban untung, pasalnya dia tidak menemukan aral dan rintangan yang menghambat perjalanan.Ketika ada godaan pendekar-pendekar wanita yang berpapasan dengannya, dia abaikan dan bersikap sombong. Ketika ada petani yang terperosok roda pedatinya di jembatan kayu, dia tidak berhenti membantu dan bersikap masa bodo. Ketika serombongan prajurit kadipaten yang berpatroli, dia lewati begitu saja dan tidak patuh karena sempat dihadang.Ketika lewat di dekat Desa Guling tempat tinggal dua gadis cantik yang menaksirnya, Ardo memilih tidak mampir ke desa tersebut. Dia langsung menuju ke Tebing Pahat.Keberuntungan masih milik Ardo karena dia dengan mudah menemukan Iblis Satu Kaki yang sedang memahat dinding batu membuat saluran air, agar nanti di musim penghujan air bisa ditampung. Istilah kerennya adalah memanen air hujan. Seperti kata pepatah “sedia payung sebelum

    Last Updated : 2023-09-18
  • Pendekar Tiga Iblis   75. Penggerebekan

    Rinta Kemiri menggendong bakul keluar dari pasar. Bakulnya berisi dengan buah jengkol. Jangan salah paham, Rinta Kemiri bukan pedagang jengkol.Rinta Kemiri penjual ikan pagi, menggantikan ibunya di hari itu. Ikan dagangan Rinta Kemiri sudah habis terjual. Rinta hari ini punya rencana untuk memasak semur jengkol. Jadi dia membeli jengkol setelah dagangannya habis.Drap drap drap…!Di saat Rinta Kemiri sedang berjalan seorang diri, tiba-tiba terdengar suara lari beberapa ekor kuda yang sangat cepat dari arah belakang. Rinta yang terkejut cepat menengok ke belakang.“Aaak!” jerit Rinta Kemiri lebih terkejut.Gadis cantik itu melihat tiga ekor kuda yang berlari kencang sudah dekat dan hendak menabraknya. Dia cepat melempar tubuhnya ke samping dan jatuh cukup keras di tanah, bukan jatuh di dalam pelukan seorang pangeran.“Aaak!” rintih Rinta Kemiri kesakitan.“Hahaha…!” tawa ketiga orang penunggang kuda tersebut sambil berlalu memandangi adik Ardo Kenconowoto itu.Ketiga orang itu tidak l

    Last Updated : 2023-09-19

Latest chapter

  • Pendekar Tiga Iblis   113. TAMAT

    Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw

  • Pendekar Tiga Iblis   112. Menyelamatkan Sepasang Kekasih

    Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m

  • Pendekar Tiga Iblis   111. Nini Lanting Hidup Lagi

    Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba

  • Pendekar Tiga Iblis   110. Gerbang Senja Merah

    Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny

  • Pendekar Tiga Iblis   109. Pedang Beranak Seribu

    Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp

  • Pendekar Tiga Iblis   108. Sepuluh Kepala Hantu

    Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut

  • Pendekar Tiga Iblis   107. Taktik Kemenangan

    Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka

  • Pendekar Tiga Iblis   106. Tarung Lembah Jepit Mulai

    “Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka

  • Pendekar Tiga Iblis   105. Calon Suami Datang

    Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y

DMCA.com Protection Status