Teguk Permana, Sambar Anuk, Akar Sejara dan Rawa Kujang kini berdiri berhadapan dengan Anoman, Gugusan dan Kuncung yang ketiganya duduk pongah di atas kudanya. Posisi Teguk Permana dan ketiga adiknya dalam kepungan puluhan prajurit di halaman penginapan. “Jatuhkan senjata kalian!” perintah Anoman galak melotot. “Kami tidak akan melepas senjata kami!” tolak Teguk Permana tak gentar. “Aku perintahkan, jatuhkan senjata kalian! Jika tidak, pasukanku akan menangkap kalian dengan paksa!" teriak Anoman lagi lebih keras. “Tetap tidak. Lakukan saja jika ingin merasakan akibatnya!” seru Teguk Permana menantang. “Pasukaaan, tangkap mereka!” teriak Anoman memberi perintah. “Seraaang!” teriak Kadet Bek kepada para anak buahnya. Serentak pasukan berseragam hijau-hijau maju dengan tombak terulur dan tameng siap menangkis. “Rawa Kujang, beri Algojo Pertama!” perintah Teguk Permana. Sing! “Huaaarrkk!” Perintah Teguk Permana membuat Rawa Kujang langsung mencabut pedang ungunya. Ketika pedang
“Maafkan kelakuan putraku. Dia memang nakal dan nakalnya itu sampai besar,” ucap Adipati Banting Akar kepada keempat putra mendiang Nyai Wetong yang dia undang datang ke kediamannya.Awalnya, Codet Maut pulang melapor kepada Adipati Banting Arak tentang keberadaan keempat putra mendiang Nyai Wetong. Mengetahui itu, Adipati berinisiatif mengundang keempatnya, tentunya dengan jamuan.Pada pertemuan itu, tanpa sungkan Adipati Banting Arak meminta maaf atas kesalahan Anoman dan dua rekannya. Permintaan maaf itu membuat Teguk Permana dan ketiga adiknya agak terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa seorang adipati sudi merendah diri kepada mereka yang jauh lebih muda.“Aku mendapat laporan dari Codet Maut bahwa kalian mencari Iblis Jelita. Apakah ini terkait dengan dendam Keturunan Darah Emas?” tanya Adipati Banting Arak.“Benar, Gusti. Kami adalah keempat putra Pendekar Tabur Bunga dan Nyai Wetong,” jawab Teguk Permana.“Jadi kalian mencari Iblis Jelita untuk membalas dendam atas kematian ib
Dengan menggunakan obor, Ardo Kenconowoto menyisir setiap sudut gelap bangunan usang yang ada di sisi belakang bangunan tiga lantai.Dia berusaha seteliti mungkin dalam mencari. Sejengkal demi sejengkal dia lihat dengan mendekatkan cahaya obornya agar bisa terlihat jelas. Menemukan kitab batu adalah perkara yang sangat penting. Jadi, bagian-bagian kecil dari bangunan itu harus dipastikan tidak luput dari pemeriksaan.Bangunan itu memiliki lantai batu yang sudah berlumut dan lembab. Itu karena genteng bangunannya sudah banyak yang bocor.Kedetailan cara pencarian Ardo membuatnya lama. Malam pun semakin larut. Namun, waktu tidak memengaruhi Ardo. Dia benar-benar sabar. Pendidikan selama dilatih oleh Iblis Jelita mengajarkan dirinya menjadi orang yang bisa sabar.Namun, setelah tengah malam, Ardo menyadari sesuatu yang berbeda dari apa yang telah dia temukan selama pencarian. Hal yang berbeda adalah semua lantai di ruangan dalam bangunan yang cukup luas itu berbahan batu, kecuali satu
Ternyata benda yang menyala hijau itu adalah sebuah benda tipis yang agak asing, tetapi memiliki lima lubang seperti lubang-lubang untuk memasukkan lima jari tangan. Intinya, itu seperti sesuatu yang dipasang di tangan. Kata enaknya adalah sarung tangan.Ardo Kenconowoto lalu membungkuk dan mengulurkan tangan kirinya untuk menyentuh benda yang setipis kulit bawang.Zerzz!Ardo terkejut, tapi tidak menjerit seperti banci kaleng, ketika jarinya yang menyentuh benda itu tersengat aliran listrik sinar hijau. Sontak Ardo menarik tangannya. Namun setelah itu, Ardo menyadari bahwa sengatan sinar listrik hijau itu hanya seperti rasa kesemutan.Ardo kemudian memutuskan untuk memungut langsung benda itu.Zerzzz!Listrik sinar hijau kembali menjalari tangan Ardo. Rasanya tangan itu seperti ditumpuki oleh umat semut, tapi tanpa menggigit. Karena hanya membuat tidak nyaman, Ardo mau melihat lebih jelas benda itu.“Ini pasti benda yang menyerangku,” batin Ardo sambil mengamati benda yang terus meng
Panggilan hati nurani Ardo Kenconowoto membuatnya memutuskan bermalam di lingkungan bekas Perguruan Tinju Bara. Dia harus memastikan bahwa wanita gila yang tertendang kuda tidak mati.Ardo pun memutuskan tidur sambil menunggu pagi. Dia tidur di dekat Surami. Biarlah tidak ada wanita di sisi, kuda betina pun jadi.Singkat waktu.Hari akhirnya pagi dan terang. Ardo terbangun. Rasa kesemutan di tangan kanannya sudah lenyap. Namun, dia tidak teringat tentang tangannya yang kesemutan.Itu karena Ardo langsung teringat dengan wanita gila yang pingsan. Ketika dia pergi melihat, ternyata wanita itu belum sadarkan diri.Rasa iba menghinggapi hati Ardo, apalagi melihat wanita itu bertelanjang badan karena gilanya. Ardo lalu berinisiatif membuka bajunya. Ardo bukan mau melakukan hal tidak senonoh terhadap wanita gila itu, tetapi dia ingin memakaikan bajunya kepada si wanita. Namun, Ardo terkendala dengan rambut gimbal yang keras dan panjang.“Mumpung dia belum bangun,” pikir Ardo.Ardo yang suda
Nini Lanting yang punya julukan menggentarkan lawan, yaitu Siluman Sepuluh Nyawa, berdiri seorang diri di atas tebing yang menghadap ke air terjun. Rambut dan ujung pakaiannya berkibar-kibar tertiup angin. Namun, terlihat sangat jelas bahwa raut wajah tuanya sedang memendam kemarahan yang sangat.Nini Lanting baru saja mendapat kabar duka bahwa adiknya telah tewas dibunuh oleh murid dari Iblis Jelita dan Iblis Sirih, yaitu Ardo Kenconowoto. Adiknya tidak lain adalah Aki Sumpat yang berjuluk Pendekar Pedang Kayu.Sesss!Tiba-tiba kedua tangan Nini Lanting bersinar putih menyilaukan seperti lampu led. Namun karena itu di siang hari, maka silauannya kurang memukau. Akan berbeda jika di malam hari, akan jauh lebih indah.“Hiaaat!” teriak Nini Lanting keras dengan suara serak dan tuanya.Blarb lar blar…!Ketika Nini Lanting menghentakkan kedua lengannya dengan telapak menghadap ke atas, tiba-tiba terjadi ledakan di bebatuan di sekitarnya, padahal sinar tetap bercokol di tangan dan arahnya
Ardo Kenconowoto terus berlari mengiringi kuda yang ditunggangi oleh Tulina yang selalu tersenyum selama perjalanan. Senyum Tulina bukan karena merasa lucu dengan wajahnya yang hitam, tapi karena dia merasa bahagia. Sepertinya dia tahu bahwa bahagia bukan hanya milik orang cantik.Badan Ardo yang tidak berbaju, sudah banjir oleh keringat tanpa membuatnya tenggelam. Namun, itu tidak membuatnya letih dalam berlari.Ternyata mereka sedang menuju ke Desa Guling. Dan ketika baru saja memasuki batas desa, mereka berdua berpapasan dengan Ki Rojak dan putranya Jumadi bersama dua anak buahnya yang pernah dihajar oleh Ardo.Pertemuan itu membuat Ardo berhenti berlari dan menghentikan Surami. Jalan desa yang tidak terlalu lebar membuat mereka saling berhadapan, seperti dua kubu yang siap bertarung.Pertemuan itu membuat Ki Rojak dan putranya langsung memasang mimik permusuhan di saat Ardo tersenyum ramah dengan napas terengah-engah.“Paman Rujak!” panggil Tulina tiba-tiba yang mengejutkan Ardo,
Pembunuh Jauh datang menghadap kepada Adipati Banting Arak yang sedang memerhatikan kerja sejumlah prajurit membuat kandang ayam besar di halaman belakang.“Lapor, Gusti. Keempat putra Nyai Wetong telah pergi ke arah Kadipaten Babatoto,” kata Pembunuh Jauh.“Pimpin dua ratus prajurit, jangan ada yang mengenakan seragam atau tanda keprajuritan. Bergabunglah dengan pasukan Pendekar Pedang Kilau yang dipimpin oleh Wanduro dan Sologeni di Hutan Bangkai!”“Baik, Gusti,” ucap Pembunuh Jauh.Pendekar pengawal pribadi Adipati Banting Arak itu lalu pergi untuk menyiapkan dua ratus prajurit dari Pasukan Kadipaten.Benar laporan Pembunuh Jauh bahwa keempat putra mendiang Nyai Wetong sedang menuju ke Kadipaten Babatoto.Teguk Permana dan ketiga adiknya sedang berkuda kencang di dalam wilayah Kadipaten Babatoto.Setelah bertanya-tanya kepada warga arah menuju ibu kota Cupokota, keempat bersaudara itu akhirnya tiba di ibu kota Kadipaten Babatoto.Namun, mereka mendapat hadangan dari beberapa prajur
Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw
Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m
Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba
Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny
Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp
Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut
Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka
“Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka
Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y