Share

43. Menolong Uni

Penulis: Rudi Hendrik
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-03 16:23:44

Senja itu, Ardo Kenconowoto berkuda kencang dengan tubuh Uni Priwangi terikat kuat di punggungnya. Itu hal sama yang Ardo pernah lakukan terhadap Anggar Sukolaga yang juga terluka beberapa hari yang lalu.

Ardo menilai keparahan luka Uni Priwangi sama seperti Anggar Sukolaga, meski titik lukanya hanya satu. Menilik dari titik luka, panah itu tidak mengancam jantung, tetapi tetap saja bisa berisiko kematian.

Ardo berpikir ringkas. Dia tidak tahu keberadaan tabib yang tinggal di sekitar wilayah itu. Saat ini, dia hanya tahu Tabib Juku Getir di Lembah Jepit dan gurunya, Iblis Sirih. Namun, tempat tinggal Iblis Sirih lebih jauh dibandingkan Lembah Jepit.

Pemikiran ringkas itu membuat Ardo memutuskan untuk membawa Uni Priwangi ke Lembah Jepit.

Namun, saat waktu magrib tiba, Ardo berpapasan dengan pasukan yang dipimpin oleh Arjunatama Cula Garang.

Kencangnya lari kuda Ardo tidak membuat prajurit pasukan itu takut untuk menghentikan Ardo dan kudanya.

Karena dihadang dengan ancaman tombak-tomb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rudi Hendrik
Iya. authornya yg pengen bebini banyak, tapi yg mau cuma bini org
goodnovel comment avatar
Nova Alexandria
Ardo digilai banyak cewek. kayaknya nanti akan jadi penerus Joko Tenang ini Om. bebini bebini mulu. biniii aja yg dipikirin. mungkin biar tampil beda ya Om dengan authornya, bini orang mulu yg dipikirin. hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tiga Iblis   44. Menginap di Rumah Juragan

    Di rumah Juragan Rekso yang cukup besar, tampak sang juragan sedang duduk seorang diri, tapi berteman dua dian minyak yang bertengger di tiang dan dinding depan rumah. Meski Juragan Rekso adalah orang terkaya di desa itu, tetapi rumahnya tidak lebih besar dari rumah Kepala Desa Totor Gema.Dari dalam rumah keluar seorang wanita gemuk yang menyelimuti kedua bahunya dengan kain. Itu adalah istri Juragan Rekso, namanya Narimo.“Sudah mau tengah malam, Kakang. Uni mungkin bermalam. Ayo masuk,” ajak Narimo dengan perkataan yang lembut.“Jika Uni bermalam dengan Aldo, aku tidak akan khawatir. Aldo itu anak yang santun dan baik,” kata Juragan Rekso.“Bukankah Kakang sendiri yang mengatakan, Uni pergi mengikuti Aldo? Jadi Kakang tidak perlu risau. Biasanya juga Uni suka tidak pulang berhari-hari. Apakah karena dia pergi bersama Aldo sehingga Kakang jadi khawatir?” kata sang istri.“Mungkin juga.”“Kakang ini bagaimana? Barusan mengatakan tidak khawatir jika Uni bermalam bersama Aldo, tapi sek

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Pendekar Tiga Iblis   45. Pewaris Dendam

    Ada empat orang pemuda yang duduk bersila di pendapa berlantai papan, yang bagian depannya terbuka menghadap ke arah jurang yang di seberangnya ada air terjun. Itu jelas pemandangan yang indah dengan suhu yang dingin.Namun, suhu dingin sepertinya bukan keadaan yang ekstrem bagi keempat pemuda itu. Dua dari mereka bahkan berpakaian minim. Mungkin karena mereka adalah pendekar, jadi pantang menggigil di suhu dingin seperti itu.Pemuda termuda memiliki model wajah baby face, tampan dengan rambut pendek. Usianya 24 tahun. Wajah halusnya dihiasi setitik tahi lalat halus di pipi kiri. Itu bukan tanda titik cium, tapi sekedar pemanis saja karena titik ciumnya tetap ada di bibir. Dia mengenakan pakaian warna kuning gading berkombinasi warna putih telur asin. Jadi warnanya secantik telur asin dibelah. Di pangkuannya ada satu pedang warna ungu lengkap dengan sarungnya yang bagus. Dia bernama Rawa Kujang tanpa memiliki hubungan darah dengan senjata jenis kujang.Pemuda kedua berusia dua tahun l

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Pendekar Tiga Iblis   46. Aninda Anak Siapa?

    Dengan digendong oleh Guntur Murka di punggung, Anggar Sukolaga menaiki bukit yang namanya Gunung Kerdil. Kenari Inang, Aninda Maya dan Angkel Asap menyertai.Mereka mengikuti Gulipat, salah satu murid Nini Lanting yang berjaga di kaki bukit tersebut.Gulipat sudah melapor kepada penguasa dan pemimpin di Gunung Kerdil itu tentang kedatangan rombongan Anggar Sukolaga. Rombongan tamu itupun mendapat izin.Namun, karena Nini Lanting tidak mengenal para tamu tersebut, mereka diterima di Saung Penyambut. Itu adalah bangunan terluar di kompleks puncak Gunung Kerdil untuk menerima tamu.Saung Penyambut adalah saung besar sederhana yang terbuat dari kayu papan yang dicat merah terang. Tidak terlihat istimewa karena tidak ada dapurnya atau barang-barang pecah belah sebagai hiasan, bahkan tidak ada foto berbingkai sang penguasa di tempat itu.“Silakan menunggu, Kisanak,” ucap Gulipat.“Terima kasih,” ucap Anggar Sukolaga.Maka menunggulah mereka, tapi tidak lama.Nini Lanting datang dengan dika

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Pendekar Tiga Iblis   47. Bukti Berdarah Emas

    Meski Anggar Sukolaga meminta bicara kepada Nini Lanting hanya berdua, tetapi Guntur Murka juga ikut duduk bertiga di pendapa yang juga menjadi kediaman Siluman Sepuluh Nyawa.“Apakah Tetua mengenal Urak Sepadan yang terkenal dengan gelar Pendekar Pedang Kilau?” tanya Anggar Sukolaga untuk memulai ceritanya yang sangat rahasia.“Aku hanya pernah mendengar julukannya sebagai salah satu pendekar dunia persilatan,” jawab Nini Lanting dengan suara seraknya.“Urak Sepadan bukanlah nama asli dari Pendekar Pedang Kilau. Nama aslinya adalah Pangeran Sabdo Julang, salah satu putra mendiang Prabu Gundawa Aro,” kata Anggar Sukolaga.Terkejut Nini Lanting, tetapi keterkejutannya terlihat samar.“Pembicaraanmu sepertinya berbau pemberontakan kepada raja sekarang,” terka Nini Lanting.“Benar, Tetua. Namun, kami datang bukan bermaksud menyeret Keturunan Darah Emas ke dalam pusaran pemberontakan kami,” kata Anggar Sukolaga. Lalu lanjutnya, “Mendiang Prabu Gundawa Aro memiliki dua anak yang masih hidu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Pendekar Tiga Iblis   48. Siasat Nasi Bungkus

    Ardo Kenconowoto mau tidak mau harus mengobrol dengan Kenanga dan Kalini di pinggir sungai. Ardo menceritakan kenapa dia bisa menginap di rumah Juragan Rekso. “Aku bingung, Uni Pliwangi mau jadi istliku, padahal aku masih kecil,” kata Ardo. “Hah! Uni Priwangi langsung ingin menjadi istrimu?” kejut Kenanga lalu merengut level setan, tapi tidak membuatnya jelek seperti setan. “Bagaimana kalau Kenanga juga ingin menjadi istrimu?” tanya Kalini, membuat Ardo terbeliak. “Sudah aku katakan, aku masih kecil,” tandas Ardo. “Siapa yang mengatakan kau masih kecil? Lihat ototmu ini,” kata Kalini sambil memegang otot lengan kanan Ardo sebentar. “Kau ini sudah besar sekali. Sudah bisa membuat anak yang banyak. Hihihi! Aku tidak bisa membayangkan jika Kenanga berperut gendut.” “Hahaha!” tawa Ardo pula. “Kau bicara apa sih, Kalini?” sergah Kenanga sambil mendorong samping kepala Kalini dengan ujung jarinya. “Hihihi!” Kalini justru tertawa berkepanjangan. “Aku mau ke walung makan,” kata Ardo.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Pendekar Tiga Iblis   49. Ardo vs Jawara Desa

    “Sombong sekali calon menantu Totor Gema,” kata Ki Rojak dengan senyuman sinis.“Bukan, bukan calon menantu, hanya tamu saja. Hehehe!” kata Ardo sibuk menyangkal sembari terkekeh cengengesan.“Kundang Kandung, beri pelajaran yang berarti kepada anak ingusan ini!” perintah Ki Rojak.“Tidak, tidak. Aku tidak ingusan, Paman!” sangkal Ardo lagi sambil tersenyum getir.“Jangan panggil aku Paman, Anak Kecil. Namaku Ki Rojak, jawara di desa itu. Eh, di desa ini!” bentak Ki Rojak. Lalu perintanya lagi, “Hajar!”“Siap!”Sing! Sing!Kundang dan Kandung mencabut goloknya.“Eh eh eh! Katanya mau menghajal, tapi kenapa pakai golok?” tanya Ardo.“Biar mati sekalian!” bentak Kandung.“Heat!” teriak Kundang sambil maju membacok.“Aaak!” jerit Kenanga sambil mundur menjauh, padahal bukan dia yang mau dibacok.Ardo yang dibacok cukup menghindar sekali agar kulit dan bajunya tidak tersayat. Pada bacokan kedua, Ardo cukup maju setindak dengan tangan yang menangkis tangan Kundang.“Hiaat!” pekik Kandung d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Pendekar Tiga Iblis   50. Lulus Ujian Pertama

    “Hahaha!” tawa Iblis Satu Kaki sambil membuka bungkusan nasi hangat yang dibawa oleh calon muridnya, Ardo Kenconowoto. “Coba ceritakan, bagaimana caranya agar nasi yang kau bawa tetap hangat sampai ke sini!”“Sepelti ini celitanya, Gulu,” jawab Ardo. Terpaksa dia menahan comotan nasinya demi menceritakan bagaimana caranya dia bisa membawa nasi bungkus ke Tebing Pahat dengan tetap hangat.Sebelumnya pada hari itu, Ardo dan Kenanga meminta izin kepada Totor Gema tentang rencana Kenanga ikut dengan Ardo pergi ke Tebing Pahat.Mendengar itu, Totor Gema agak terkejut. Meski dia bukan orang dunia persilatan, tetapi dia sedikit banyaknya mendengar cerita tentang kekejaman Iblis Satu Kaki yang tinggal dan menguasai daerah Tebing Pahat.“Jika hanya untuk mensiasati agar nasi bungkusnya tetap hangat sampai di Tebing Pahat, cukup sampai sebelum Tebing Pahat. Masaklah di sana lalu bawa ke Tebing Pahat. Jika kau Aldo, ingin membawa Kenanga sampai ke Tebing Pahat, aku tidak mengizinkannya,” kata To

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Pendekar Tiga Iblis   51. Dua Utusan Kerajaan

    Rumah kediaman Adipati Banting Arak memang cukup berbeda. Meski besar dan berhalaman luas, tetapi tidak berpagar. Karena tidak berpagar, maka Adipati membuat pagar hidup bagi rumahnya.Puluhan prajurit ditempatkan sebagai pagar dengan jarak-jarak tertentu. Untuk membentuk pagar hidup itu mengelilingi halaman rumah, dibutuhkan 50 prajurit berpakaian dan bersenjata lengkap. Jumlah itu tidak akan mengurangi kekuatan Pasukan Keamanan Kadipaten yang berjumlah lima ratus prajurit, dengan rincian tiga ratus untuk pasukan keamanan di ibu kota Gampartiga, dua ratus tersebar di seluruh wilayah lain yang dimiliki Kadipaten Dadariwak.Ada dua orang lelaki gagah menunggang kuda yang datang ke kediaman Adipati Banting Arak. Meski sama-sama mengenakan jubah kuning, tetapi mereka mengenakan asesoris seperti punggawa kerajaan. Usia mereka kisaran kepala empat.Lelaki yang menyandang pedang di punggungnya bernama Kepitanu. Lelaki yang menyandang keris di lengan kirinya bernama Geruso Tonglu. Entah ide

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07

Bab terbaru

  • Pendekar Tiga Iblis   113. TAMAT

    Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw

  • Pendekar Tiga Iblis   112. Menyelamatkan Sepasang Kekasih

    Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m

  • Pendekar Tiga Iblis   111. Nini Lanting Hidup Lagi

    Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba

  • Pendekar Tiga Iblis   110. Gerbang Senja Merah

    Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny

  • Pendekar Tiga Iblis   109. Pedang Beranak Seribu

    Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp

  • Pendekar Tiga Iblis   108. Sepuluh Kepala Hantu

    Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut

  • Pendekar Tiga Iblis   107. Taktik Kemenangan

    Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka

  • Pendekar Tiga Iblis   106. Tarung Lembah Jepit Mulai

    “Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka

  • Pendekar Tiga Iblis   105. Calon Suami Datang

    Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y

DMCA.com Protection Status