Setelah pertarungan sengit dengan Bayangan Merah, Yao Chen, Sima Honglian, dan Bai Lixue kembali ke paviliun utama dengan waspada. Mereka tahu bahaya masih mengintai dan banyak pertanyaan yang belum terjawab.Setibanya di sana, mereka mulai mendiskusikan langkah selanjutnya."Kita harus menyelidiki asal-usul Bayangan Merah," kata Sima Honglian, matanya menyiratkan kekhawatiran. "Dia tampaknya memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah rahasia Sekte kita."Yao Chen mengangguk setuju. "Guru, apa Guru tau sesuatu tentang cermin yang dia gunakan? Sepertinya benda itu memiliki kekuatan untuk memanggil gulungan dalam tubuhku."Sima Honglian terdiam sejenak, seolah ragu untuk berbicara. Akhirnya, dia menghela napas panjang. "Ada legenda kuno tentang sepasang artefak suci yang dimiliki pendiri Sekte Bilah Langit. Gulungan Takdir dan Cermin Jiwa. Konon, keduanya memiliki kekuatan untuk mengubah aliran Qi di seluruh dunia."Bai Lixue yang sedari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara. "Aku perna
Bai Lixue tertawa nakal sambil bangkit dari reruntuhan jendela. Dia menepuk-nepuk jubahnya yang kotor oleh serpihan kayu dan kaca."Wah, wah, Yao Chen. Kau sungguh mengejutkanku," ujarnya dengan nada menggoda. "Maafkan aku ya, aku hanya ingin sedikit bermain-main denganmu."Dia pun mengganti wujud ke asalnya.Yao Chen mendengus kesal. "Bermain-main? Kamu pikir menyamar sebagai guruku itu lucu?"Bai Lixue tersenyum lebar. "Ayolah, jangan marah begitu. Aku hanya penasaran, seberapa jauh kamu bisa mengenali perbedaan antara aku dan gurumu yang terhormat itu."Kali ini Bai Lixue bahkan menampilkan wujud silumannya dengan telinga rubah yang bergerak-gerak lucu menggemaskan, tapi Yao Chen tidak terpengaruh."Kamu terlalu meremehkanku," balas Yao Chen dingin. "Bagaimana mungkin aku tidak bisa membedakan antara siluman nakal sepertimu dengan guru yang sangat kuhormati?"Bai Lixue mengerucutkan bibirnya, pura-pura merajuk. "Ah, Yao Chen. Kamu tega sekali menyebutku siluman nakal. Padahal aku s
"Aku siap, Guru!" pekik Yao Chen sambil memutar energi Qi dia.Sima Honglian melesat maju dengan kecepatan luar biasa. Tangannya terentang, siap melancarkan serangan pertama. Namun, tepat sebelum pukulannya mengenai Yao Chen, muridnya itu menghilang dalam sekejap mata."He he he!" seru Yao Chen, suaranya terdengar dari belakang Sima Honglian.Guru cantik itu tersenyum, kagum dengan kecepatan reaksi muridnya. Dia berbalik dengan cepat, melancarkan tendangan berputar. Namun lagi-lagi, Yao Chen menghilang tepat sebelum serangan itu mengenainya."Bagus, Xiao Chen!" puji Sima Honglian. "Tapi jangan kira aku akan kalah semudah itu!"Sima Honglian mulai mengaktifkan teknik kultivasinya. Aura panas mulai menyelimuti tubuhnya. "Teknik Api Surgawi!"Dalam sekejap, area di sekitar Sima Honglian dipenuhi oleh kobaran api berwarna merah keemasan. Api itu bergerak liar, seolah-olah memiliki kehidupannya sendiri.Yao Chen muncul beberapa meter dari posisi gurunya, wajahnya menunjukkan kekaguman. "Lu
Malam itu ....“Bagaimana menurut kalian?” Bai Lixue bicara sembari wajahnya menunjukkan kenakalan bagai anak kecil.Di dalam salah satu paviliun yang tenang, Yao Chen, Sima Honglian, dan Bai Lixue berkumpul, menatap artefak yang baru saja dibawa oleh Bai Lixue—sebuah kipas kertas tua dengan puisi misterius tertulis di atasnya.Dengan senyum puas di wajahnya, Bai Lixue mengibaskan ekornya dengan lembut. "Aku menemukannya di kamar pribadi Zhuge Yang," katanya dengan nada yang penuh kepuasan. "Dia menatap kipas ini begitu lama sebelum pergi, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting tentangnya. Aku tak bisa menahan rasa penasaran, jadi aku memutuskan untuk membawanya ke kalian."Yao Chen memicingkan matanya, menatap seksama kipas kuno itu. Lembarannya terlihat usang dengan huruf-huruf yang agak pudar, tapi masih bisa terbaca.Sima Honglian semakin mendekat, matanya yang cemerlang memeriksa kipas tersebut dengan seksama. "Zhuge Yang bukan tipe orang yang menatap sesuatu tanpa alasan,"
Sima Honglian tersenyum lembut, namun matanya tetap serius. "Aku akan bersamamu, Xiao Chen. Kita akan menghadapi bahaya ini bersama-sama."Bai Lixue, dengan wajah yang penuh dengan semangat, menambahkan, "Dan aku akan memastikan bahwa semuanya berjalan lancar. Lagipula, siapa yang bisa menolak sedikit petualangan di malam hari?"Mata Bai Lixue berbinar ketika membayangkan keseruan yang akan terjadi.Dengan rencana di tangan dan sekutu yang kuat di sisinya, Yao Chen merasa siap untuk menghadapi apa pun yang akan mereka temui di ruang rahasia tersebut.Yao Chen sedang merenungi puisi kuno di kipas kertas bersama Sima Honglian sampai mentari menampilkan sosoknya di timur.Dia mengangkat kepalanya saat mendengar langkah kaki mendekat. Dari bayang-bayang pepohonan, muncul sosok yang akrab baginya. "Kak Li," panggilnya dengan nada hangat.Dia tidak menyangka kedatangan Li Yaren di Puncak Wisteria.Li Yaren dengan senyum khasnya yang memikat, melangkah mendekat. "Adik Yao," sapanya dengan na
Di pagi yang cerah di Puncak Wisteria, matahari menyemburatkan sinarnya di antara kelopak bunga wisteria yang mekar, menciptakan nuansa hangat dan damai. Namun, di salah satu sudut tersembunyi puncak itu, kehangatan yang berbeda sedang tumbuh.“Apakah mereka belum selesai?” tanya Sima Honglian sambil menikmati makanannya bersama Yao Chen.Li Yaren dan Bai Lixue sejak pagi tadi telah terlibat dalam kemesraan yang intens, terus menikmati kebersamaan mereka sepanjang pagi hingga siang. Di bawah naungan wisteria yang menjuntai, mereka berdua terlena dalam dunia yang hanya milik mereka berdua, seakan-akan waktu berhenti hanya untuk mereka.“Belum, sepertinya belum jika mereka belum mendatangi kita.” Yao Chen sedikit iri dengan kebebasan mereka.Di tempat lain, Li Yaren membelai rambut lembut Bai Lixue disertai gairah intens, sementara senyuman nakal terus menghiasi wajah tampannya. “Kamu benar-benar menakjubkan, Bai Lixue,” bisiknya lembut di telinga sang siluman, suaranya sarat dengan kek
“Sebentar lagi kita akan berangkat. Ingat, ini bukan hanya tentang menemukan kebenaran, tapi juga tentang bertahan hidup. Zhuge Yang tidak akan segan-segan menghabisi kita jika dia tau apa yang kita rencanakan,” ujarnya dengan suara yang rendah namun tegas.Li Yaren mengangguk, wajahnya yang biasanya penuh senyuman kini tampak lebih serius. “Aku mengerti, Adik Yao. Aku sudah siap. Kita akan menghadapinya bersama,” jawabnya sambil meletakkan tangan di bahu Yao Chen, menegaskan bahwa dia akan mendukung sepenuhnya.Bai Lixue yang berada di samping mereka tetap tenang, meskipun di dalam hatinya ada sedikit ketegangan. Sebagai siluman rubah yang telah hidup ribuan tahun, dia sudah sering terlibat dalam situasi berbahaya.Namun, malam ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang lebih berat, lebih penting dari sekadar kelicikan atau permainan licik yang biasa dia lakukan. Dia tak sabar ingin segera menemukan rahasia apapun itu.“Aku akan selalu melindungimu, Xiao Chen.” Sima Honglian mengangguk ke
“Kuharap ini memang tempat yang kita cari.” Yao Chen menatap gua di depannya.Gua itu tampak sangat kuno dan terpencil, tersembunyi di antara pepohonan rimbun dan bebatuan terjal. Hawa energi Qi yang terpancar dari dalam gua terasa begitu kuat, menggoda mereka untuk melakukan kultivasi tertutup.“Ayo!” Yao Chen mengangguk ke mereka.Dengan penuh rasa ingin tau, keempat sekutu itu melangkah memasuki gua. Suasana di dalam terasa begitu sunyi dan damai, seolah waktu terhenti di sini.Yao Chen menyapukan pandangannya, mengamati setiap inci dinding gua yang tampak begitu licin dan halus, seolah telah diasah selama berabad-abad lamanya."Tempat ini pasti menyimpan rahasia yang luar biasa," gumam Sima Honglian, jemarinya menelusuri permukaan dinding yang dingin namun terasa berenergi.Yao Chen mengeluarkan kipas kuno itu, melebarkannya secara perlahan. Pastinya artefak kuno ini akan bereaksi ketika sudah berada di tempat yang tepat, apalagi dengan adanya energi Qi kuat.Namun, alih-alih mema
“Dia menyanggupinya!” bisik keras para penonton atas ucapan Sima Honglian.Aula Istana Dewa kembali hening, namun ketegangan membubung seperti busur yang ditarik sampai batas. Tantangan sudah diucapkan. Taruhannya lebih tinggi.Pil tingkat delapan—bukan sembarang pil, tapi mahakarya yang hanya bisa dimurnikan oleh alkemis tingkat tinggi dengan pemahaman mendalam tentang hukum elemen dan harmoni energi jiwa.Arena dimurnikan kembali. Dua tungku emas surgawi disiapkan di tengah-tengah panggung melayang. Angin di sekitarnya berhenti, seolah menanti napas para dewa.“Aku akan tetap menggunakan tungkuku sendiri.” Nona Sheng bersikeras.“Gunakan sekehendakmu.” Sima Honglian menjawab.Pihak dari Sekte Istana Dewa mengangguk setuju.Nona Sheng dari Sekte Langit Kudus melangkah anggun ke posisinya. Wajahnya tetap tersenyum percaya diri, rambut ungunya terikat rapi, dan matanya menyapu penonton tanpa gentar. Tapi siapa pun yang cukup jeli akan melihat ujung jarinya sedikit gemetar.Sementara it
“Dua naga … dua naga menari sungguhan! Apa kalian lihat itu barusan?!”“Indah sekali … gerakan mereka selaras dan penuh energi, seperti makhluk surgawi!”Sorak-sorai meledak dari pihak Sekte Istana Dewa. Para alkemis dari istana berdiri dari duduk mereka dan berseru-seru dengan semangat tinggi, memuji pil hasil pemurnian Sima Honglian.Aroma harum masih menggantung di udara, dan dua naga imaji yang muncul dari pil itu perlahan menghilang, namun aura megahnya masih terasa menusuk hati.“Pil yang melampaui kesempurnaan! Bahkan bisa membentuk manifestasi dua naga dari energi murni—itu bukan sekadar kebetulan!” seorang alkemis Istana Dewa berseru lantang.“Bukan hanya aroma dan warna pilnya yang sempurna, tapi efek visual seperti itu hanya bisa muncul dari sinkronisasi energi ilahi dengan seni pemurnian tingkat tinggi!”“Benar! Inilah tujuan utama Pil Dua Naga Menari, bukan? Menari—menyatu dalam energi dan wujud! Sima Honglian benar-benar memahaminya!”Namun, dari pihak Sekte Langit Kudus
“Kau membuatku merinding sampai ingin tertawa berguling-guling,” olok Sima Honglian.Nona Sheng hanya bisa menggigit geraham menahan kesal, tak bisa banyak membalas karena dia masih harus berkonsentrasi dengan pilnya.Di atas panggung, suhu tungku perlahan meningkat, udara di sekitarnya mulai bergelombang.Aroma herbal memenuhi udara, membuat banyak alkemis yang menonton menghirup dalam-dalam, mencoba menebak komposisi yang digunakan kedua wanita itu.Namun, perhatian mereka tertuju pada Sima Honglian yang tampak gelisah. Tangan kirinya sedikit gemetar saat memutar suhu tungkunya, dan dahinya terlihat berembun. Beberapa bahan herbal tampak belum terolah sempurna, membuat nyala api tungkunya sesekali berkedip tak stabil.“Dia tampak kesulitan,” bisik seorang penonton.“Apakah benar dia hanya alkemis kelas menengah dari benua bawah?” sambung yang lain.Nona Sheng mendengarnya dan tersenyum angkuh. Dia langsung melirik ke arah panggung sebelah dengan mata penuh sindiran.“Kau tidak perlu
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik
"Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan