Di sebuah hutan rimbun di alam siluman, Yao Chen, Sima Honglian, dan Hong Wen beristirahat sejenak setelah pelatihan mereka. Pepohonan aneh dengan daun berwarna-warni mengelilingi mereka, sementara makhluk-makhluk misterius mengintip dari balik semak belukar.Yao Chen duduk bersila, meditasi untuk memulihkan energinya. Topeng emasnya berkilau ditimpa cahaya remang-remang yang menembus kanopi hutan. Sima Honglian dan Hong Wen duduk di kedua sisinya, mata mereka tak lepas dari sosok pemuda tampan itu."Xiao Chen," panggil Sima Honglian dengan suara lembutnya, "biarkan aku memijat bahumu. Kau pasti lelah setelah pertarungan tadi."Belum sempat Yao Chen menjawab, Hong Wen menyela, "Tidak perlu, Guru Sima. Biar aku saja yang merawat luka-luka Yao Chen. Aku punya salep khusus dari Istana Langit."Sima Honglian tersenyum, tapi matanya menyiratkan kekesalan. "Tuan Putri, kau baik sekali. Tapi sebagai gurunya, sudah kewajibanku untuk merawat muridku sendiri.""Tapi Guru Sima, Anda sendiri juga
Pada paginya ….“Benarkan kalian hendak mencari jalan keluar melalui Kota Yinyang?” tanya Tetua Huo ketika Yao Chen pamit pergi dari desa itu.Yao Chen mengangguk mantap diiringi tatapan yakin dari Sima Honglian dan Hong Wen juga.“Tapi … kalian harus melewati—““Hutan Seribu Ilusi dan Lembah Kabut Beracun? Kami sudah memikirkannya dan kami yakin bisa melewatinya.” Sima Honglian memotong ucapan Tetua Huo.Mata tua sang siluman rubah jantan menatap tiga manusia di depannya, lalu menghela napas panjang.“Haihh … kalau memang kalian sudah seyakin itu, aku tentu tak bisa berbuat apa-apa untuk menghalangi kalian.”Mereka membungkuk sambil bersoja pada Tetua Huo, berterima kasih atas kebaikan Beliau selama mereka berada di desa siluman.Setelah berpamitan dengan Tetua Huo, Yao Chen, Sima Honglian, dan Hong Wen melangkah keluar dari gerbang Desa Siluman. Mereka merasakan perubahan atmosfer yang signifikan begitu melewati batas desa. Udara terasa lebih segar, namun juga lebih berat dengan ene
Yao Chen mengepalkan tangannya erat, tekadnya semakin bulat. Dia tidak bisa membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Dengan mata yang berkilat penuh determinasi, dia berpaling pada kedua wanita di bawah."Aku harus mendapatkan fragmen itu!" ujarnya tegas. "Kalian tunggu di sini. Aku akan kembali dengan Fragmen Hukum Ruang."Sebelum Sima Honglian atau Hong Wen sempat mencegah, Yao Chen sudah melesat jauh ke atas pohon. Kali ini, dia bertekad untuk menggunakan seluruh kekuatannya, tanpa menahan lagi."Xiao Chen!" teriak Sima Honglian, tapi suaranya hanya dijawab oleh gemerisik dedaunan.Di atas sana, Yao Chen mulai memfokuskan energinya. Dia merasakan kekuatan lima elemen bergejolak dalam dirinya: api, air, angin, tanah, dan petir.“Tidak! Ini masih belum cukup! Aku akan mencoba menggunakan kelima elemenku!”Dengan konsentrasi penuh, dia mulai memunculkan kekuatan elemen yang dia miliki."Meski elemen dari Kuil Rahasia sudah tak ada, tapi aku masih punya elemenku sendiri!" seru Ya
Tidak disangka, Yao Chen malah terjaga di tengah malam. Saat dia membuka mata, justru ada sosok Sima Honglian duduk di dekatnya, menjaga api unggun agar tetap menyala."Kau terbangun, Xiao Chen?" Sima Honglian menyadari muridnya terjaga.Yao Chen duduk bersila di hadapan Sima Honglian. Wajah cantik gurunya itu tampak serius di terangi pantulan api depannya."Guru," ujar Yao Chen, "apa pendapatmu tentang Fragmen Hukum Ruang?"Sima Honglian terdiam sejenak, jemari lentiknya mengetuk-ngetuk dagunya. "Fragmen Hukum Ruang itu ... sangat langka dan kuat. Tapi juga sangat sulit didapatkan.""Apa ada cara untuk mendapatkannya?" tanya Yao Chen penuh harap.Sima Honglian tersenyum. "Mungkin ada. Kau memiliki kekuatan lima elemen, bukan? Coba kombinasikan itu dengan api Gao Long. Tapi aku tak yakin juga, karena ini hanya sebatas dugaanku saja.""Api Gao Long, ya?" Yao Chen mengerutkan kening di balik topengnya.Hanya Sima Honglian saja yang sudah pernah melihat wujud Gao Long meski dalam fisik i
"Tidak, aku tidak keberatan." Sima Honglian yang menjawab pertanyaan Yao Chen terlebih dahulu."Aku juga tak keberatan." Hong Wen tak mau kalah.Lagipula, Hong Wen senang bisa lebih lama bersama Yao Chen meski ada sedikit pengganggu. Sima Honglian, maksudnya.Setelah mengembuskan napas panjangnya, Yao Chen berkata, "Hahh ... terima kasih atas kesediaan Guru dan Tuan Putri. Aku tau ini egois, tapi aku merasa aku harus mendapatkan fragmen itu." Tatapan mata dari kedua wanita itu menyiratkan pancaran pengertian terdalam mereka. Ini sungguh melegakan bagi Yao Chen.Hari demi hari berlalu. Yao Chen tak pernah menyerah. Dia terus mencoba, terus berlatih, terus memperbaiki tekniknya. Hingga hari ketujuh, dia merasakan perubahan.Fragmen itu mulai sedikit jinak. Ketika Yao Chen mendekat, dia tidak langsung menghilang seperti biasanya. Ada momen-momen singkat di mana fragmen itu seolah ... menunggu?Malam itu, setelah makan malam, rasa penasaran menggelitik Yao Chen. Dia memutuskan untuk kemb
"Oh ya, Tetua Huo, kenapa Anda berada di sini?" tanya Yao Chen.Tetua Huo mengelus jenggot panjangnya dan tersenyum."Sebenarnya aku mengikuti kalian, tapi kalian mungkin tidak menyadarinya. Ha ha ha ... tapi aku hanya sekedar mengkhawatirkan kalian, bukan tujuan lainnya." Tetua Huo tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit terbalik.Yao Chen dan dua wanita itu terkesiap di benak masing-masing. Tetua Huo berhasil mengkuti mereka, tapi mereka tidak bisa merasakannya? Bukankah ini sama artinya dengan kekuatan Tetua Huo yang sangat tinggi?"Aku bisa merasakan kehadiran dia, tapi aku diam." Gao Long bersuara dari dalam tubuh Yao Chen. "Bocah, kau berhasil mendapatkan fragmen itu, berterima kasihlah pada Yang Mulia ini.""Iya, Yang Mulia Gao Long, terima kasih." Yao Chen menuruti agar Gao Long senang.Bagaimanapun, memang ada andil besar dari si naga kuno itu dalam upayanya mendapatkan Fragmen Hukum Ruang.***Setelah keberhasilan Yao Chen menguasai fragmen hukum ruang, Tetua Huo meng
"DAN KINI AKU TELAH KEMBALI," jawab Gao Long. "MELALUI PEMUDA INI, YAO CHEN."Yao Chen merasa tubuhnya bergerak di luar kendalinya. Dia mengulurkan tangan, menyentuh kepala Tetua Huo dengan lembut."BANGKITLAH, TETUA HUO. KAU TELAH MELAKUKAN TUGASMU DENGAN BAIK, MENJAGA MUTIARA NAGA SEMESTA DAN MELATIH YAO CHEN."Tetua Huo bangkit berdiri, air mata mengalir di pipinya yang keriput. "Terima kasih, Yang Mulia. Apa yang harus kami lakukan sekarang?""TETAPLAH JAGA ALAM SILUMAN INI SEPERTI YANG SEHARUSNYA," ujar Gao Long. "DUNIA MANUSIA DAN DUNIA SILUMAN AKAN MENGHADAPI ANCAMAN BESAR JIKA DUA DUNIA INI SALING TERHUBUNG TERLALU BANYAK."Yao Chen, yang akhirnya bisa mengendalikan tubuhnya lagi, bertanya, "Gao Long, ancaman apa yang kau maksud?""KAU AKAN TAHU NANTI, BOCAH," jawab Gao Long. "UNTUK SAAT INI, LANJUTKAN LATIHANMU. TINGKATKAN KULTIVASIMU."Dengan itu, aura keemasan perlahan memudar. Yao Chen merasa energi Gao Long kembali ke dalam dirinya.Tetua Huo, yang masih tampak takjub, be
Yao Chen seketika pusing. Gurunya dengan gamblang bertanya apakah mereka hanya menginginkan benihnya."Ya!"Semua siluman wanita dan para kepala keluarga mengangguk polos.Yao Chen, yang merasa situasi semakin tak terkendali, akhirnya angkat bicara. "Semuanya, tolong dengarkan aku!"Seluruh desa terdiam, menunggu kata-kata sang 'setengah dewa'."Aku ...." Yao Chen menelan ludah, "Aku sangat menghargai ... err ... tawaran kalian. Tapi saat ini, aku harus fokus pada latihanku. Sekteku sedang dalam bahaya, dan aku harus mempersiapkan diri."Dia melirik Sima Honglian dan Hong Wen yang mengangguk puas, lalu melanjutkan, "Jadi, untuk saat ini, aku tidak bisa menerima lamaran dari siapapun. Maafkan aku."Terdengar desahan kecewa dari kerumunan. Namun, Kepala Desa Liu kembali angkat bicara."Baiklah, Tuan Yao Chen. Kami mengerti. Tapi ...." Dia tersenyum licik, "bagaimana kalau Anda hanya memberikan 'benih' Anda saja? Tidak perlu menikah!""KEPALA DESA LIU!" Sima Honglian dan Hong Wen berteri