Gao Long, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara dalam benak Yao Chen. "Itu ... soal itu, bocah, sepertinya kekuatanku memang punya efek samping yang ... tidak terduga. He he he."Tidak! Yao Chen tak mau percaya begitu saja! Dia yakin seribu persen pasti Gao Long keluar secara diam-diam dari tubuhnya saat dia tidak terjaga untuk mengawini para siluman itu! Apalagi, banyak di antara mereka memang memikat mata."Astaga ...."Yao Chen merasa lututnya lemas. Dia jatuh terduduk, matanya menatap kosong. Walaupun itu ulah Gao Long, bukankah tetap saja dirinya yang harus mengambil tanggung jawab?Sima Honglian, yang pertama pulih dari keterkejutan, berdehem. "Baiklah! Baiklah! Sepertinya kita perlu diskusi serius tentang ini. Xiao Chen, bangunlah! Yang lain, kita akan adakan pertemuan di aula desa. Dan tolong, JANGAN ada yang hamil lagi sampai kita selesai berdiskusi!"Yao Chen mengirim telepatinya, "Gao Long, kurasa kita perlu bicara tentang 'pengendalian kelahiran' untukmu."Suara ta
"Tuan Yao Chen yang tampan," ujar si siluman kerbau dengan suara yang dia usahakan terdengar seksi, "hamba datang untuk menyerahkan diri pada Anda!"Tak mungkin Yao Chen tidak panik. Apalagi pintu sepertinya disegel oleh siluman kerbau betina itu dengan segel tertentu. Gawat!Dia mundur hingga punggungnya menabrak dinding. "T-tunggu, Nona Kerbau. Ini tidak benar. Kita tidak bisa—HMPPH!"Kalimatnya terpotong saat siluman kerbau itu menarik dan menghempaskannya di lantai, lalu menindihnya dengan tubuhnya yang besar."Tuan Yao Chen," bisik si siluman kerbau, "hamba akan memberikan Anda keturunan yang kuat dan kita bisa memiliki anak-anak secantik aku dan setampan Anda!"Mata Yao Chen membola, heran dengan kepercayaan diri siluman kerbau betina itu. Selain itu, dia merasa sesak napas, baik karena situasi dan juga karena berat badan si siluman kerbau. Dia ingin mendorong atau memukul untuk melepaskan diri, tapi takut menyakiti siluman kerbau itu."N-Nona Kerbau," Yao Chen berusaha bicara d
Keesokan harinya setelah insiden dengan siluman kerbau, Yao Chen keluar dari pondoknya dengan hati-hati. Namun, alih-alih disambut oleh kerumunan siluman wanita, dia diadang oleh sekelompok siluman pria yang tampak kesal."Hei, kau!" seru seorang siluman serigala bertubuh kekar. "Kau pikir kau siapa, merebut semua wanita kami?"Yao Chen mengangkat tangannya dalam gestur menenangkan. "Teman-teman, aku tidak bermaksud—""Diam!" potong siluman harimau di sebelahnya. "Sejak kedatanganmu, para wanita tidak lagi melirik kami!"Yao Chen menghela napas. "Dengar, aku tidak pernah meminta ini terjadi. Aku—"Belum selesai dia berbicara, seorang siluman beruang yang bertubuh besar melangkah maju, menusukkan jarinya ke dada Yao Chen. "Lebih baik kamu pergi dari desa ini. Kamu tidak diinginkan di sini!"Yao Chen terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku memang berencana untuk pergi."Jawaban ini tampaknya mengejutkan para siluman jantan. Mereka saling pandang dengan bingung."Benarkah?" tanya
Yao Chen berdiri di tengah tanah lapang, keringat membasahi dahinya. Sima Honglian dan Hong Wen mengawasi dari jarak aman, wajah mereka tegang penuh harap."Kau yakin bisa melakukannya?" tanya Sima Honglian, suaranya terdengar cemas.Yao Chen mengangguk mantap. "Aku harus bisa, Guru. Ini satu-satunya jalan kita keluar dari alam siluman dan kembali ke sekte."Dia memejamkan mata, mulai berkonsentrasi. Yao Chen bisa merasakan energi lima elemen bergejolak dalam tubuhnya: api yang membara, air yang mengalir, angin yang berhembus, tanah yang kokoh, dan petir yang menyambar. Lalu, ada kekuatan hukum ruang yang seperti melompat-lompat tak bisa diam."Baiklah, kita mulai," gumam Yao Chen pada dirinya sendiri.Dia mengangkat kedua tangannya, mulai mengalirkan energi api ke tangan kanannya dan energi air ke tangan kirinya. Kedua elemen yang bertentangan itu berputar-putar, menciptakan uap panas yang mendesis.Yao Chen menggertakkan giginya, berusaha mengendalikan kedua elemen itu agar tidak sa
Sensasi aneh menyelimuti tubuh mereka saat mereka melewati batas antara dua dunia. Dalam sekejap mata, mereka sudah berada di alam lain yang diyakini sebagai dunia mereka sebelumnya."Kuharap ini masih di Negara Wu." Yao Chen menatap ke sekeliling.Pemandangan yang menyambut mereka sangat kontras dengan apa yang mereka lihat selama berhari-hari di dalam desa. Hutan lebat dengan pepohonan tinggi menjulang beserta udara segar yang telah menemani mereka beberapa minggu, kini berganti dengan padang tandus dan kegersangan. Hanya ada pohon yang bisa dihitung dengan jari.Sima Honglian menghirup udara dalam-dalam. "Akhirnya ... kita kembali," ucapnya lirih.Hong Wen mengangguk setuju. "Ya, tapi kita tidak boleh lengah. Kita masih belum tau ada di wilayah mana."Yao Chen hendak menambahkan sesuatu ketika tiba-tiba dia merasakan kehadiran yang asing. Instingnya yang tajam memperingatkan bahwa mereka tidak sendirian."Tunggu," kata Yao Chen sambil mengangkat tangannya, memberi isyarat pada kedu
Setelah keluar dari alam siluman, rombongan Yao Chen akhirnya tiba di perbatasan antara Negara Wu dan Negara Qing, negara tetangga yang menjadi musuh mereka. Suasana di sana terasa semakin tegang dan berbahaya."Ini ... kenapa rasanya seperti di daerah perbatasan?" Yao Chen sambil memandang waspada ke arah gerbang penjagaan yang berjaga ketat. "Kita harus sangat berhati-hati dari sini."Sima Honglian mengangguk. "Benar. Pasukan negara tetangga pasti akan menyerang kita tanpa ampun jika mengetahui kita berasal dari Negara Wu."Mereka meneruskan perjalanan sampai berpuluh-puluh kilometer. "Kau yakin kita tak perlu terbang?" tanya Bai Lixue.Si siluman bukannya merasa lelah karena berjalan, melainkan merasa bosan saja."Kita tak boleh bertindak serampangan di daerah yang kita belum ketahui sama sekali." Sima Honglian menjawab.Yao Chen setuju dengan keputusan gurunya agar mereka terus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki saja tanpa menggunakan pusaka terbang atau semacam itu."Bena
Namun, yang agak mengganggu bagi Yao Chen adalah para prajurit itu memandang Bai Lixue dengan tatapan waspada hanya karena dia siluman rubah betina ekor sembilan.Maka dari itu, dalam perjalanan ke benteng, Yao Chen berbisik ke Bai Lixue, "Cepat lakukan sesuatu agar mereka tidak melihatmu sebagai siluman."Siluman berbeda dengan hewan roh. Jika hewan roh masih memiliki wujud hewani mereka, berbeda dengan siluman yang memiliki tubuh humanoid meski terkadang masih ada beberapa bagian hewani mereka yang masih tampak entah itu telinga, ekor, atau sayap. Hanya siluman kelas tinggi yang bisa menyamar menjadi manusia sepenuhnya tanpa terdeteksi jika mereka lebih kuat dari manusia tersebut.Bai Lixue cemberut, "Kenapa harus begitu? Biar saja mereka melihat ekor-ekorku yang cantik.""Jadi kau ingin diburu mereka karena dianggap ancaman?" tanya Yao Chen masih dalam suara berbisik. "Aku tak bisa menolongmu kalau sudah dalam situasi semacam itu."Kesal dengan ancaman tersamar Yao Chen, Bai Lixue
"Apakah menurut kalian, aku cantik?" tanya Bai Lixue pada para prajurit di samping kanan dan kirinya."Tentu! Tentu saja!" Para prajurit lugu itu menjawab cepat sambil anggukkan kepala berulang kali. Ini membuat si siluman gembira.Saat berjalan bersama para prajurit, Bai Lixue sesekali melemparkan lirikan menggoda ke arah mereka. Dia tampak menikmati perhatian yang dia dapatkan.Dari jauh, Yao Chen, Sima Honglian, dan Hong Wen mengamati pemandangan itu dengan raut wajah yang sulit diartikan."Dia benar-benar tidak bisa diandalkan," gumam Yao Chen dengan nada frustrasi.Sima Honglian dan Hong Wen mengangguk setuju."Semoga saja dia tidak membuat masalah yang membahayakan kita semua."Ketiga orang itu kemudian masuk ke dalam tenda yang telah disediakan, berusaha untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Di luar, Bai Lixue terus bersenang-senang menggoda para prajurit, membuat Komandan dan Kapten Li semakin curiga akan keberadaan mereka.Yao Chen menemui Bai Lixue yang
“Kalau sekedar memurnikan senjata, mana mungkin aku gentar?” Nona Sheng menjawab Sima Honglian.Dia mengganti baju dan tatanan rambutnya lebih sederhana tapi terlihat kuat.“Bagus! Aku suka semangatmu!” balas Sima Honglian sembari mengangguk.Arena alkemis yang semula didominasi oleh tungku obat kini telah berganti menjadi Tempat Pemurnian Senjata, sebuah panggung batu hitam yang berisi tungku logam raksasa setinggi tiga meter.Tungku itu dipenuhi pola ukiran naga dan phoenix yang menyala samar, menandakan bahwa benda ini bukan sekadar alat, melainkan pusaka warisan Sekte Istana Dewa.Suasana arena mendadak lebih hening dari sebelumnya.Semua pihak menahan napas. Perhatian tertuju pada dua sosok yang akan bertarung.Di sisi kiri arena, Nona Sheng berdiri tegak. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya penuh dendam. Dia kini lebih tenang, tak ada lagi teriakan atau tatapan meremehkan seperti sebelumnya. Dia tau ... satu kesalahan lagi bisa membuat reputasinya terkubur selamanya.Dia mematuhi
“Dia … menang .…”“Tidak hanya menang … pilnya lebih sempurna daripada yang pernah dibuat murid alkimia di sekte ini .…”“Pil Jiwa Nirwana … dari seorang manusia benua bawah?!”Suara-suara penonton bergemuruh, tidak percaya.Pihak Sekte Istana Dewa bersorak dengan bangga, sedangkan wajah-wajah dari Sekte Langit Kudus menegang, pucat, dan muram.Kekalahan ini bukan sekadar kalah—mereka dipermalukan. Terlebih, tungku kebanggaan mereka, Tungku Naga Kudus, milik Alkemis Huang … hancur berkeping-keping akibat kelalaian Nona Sheng.Tetua-tetua dari Sekte Langit Kudus menunduk dalam diam. Tak satu pun dari mereka berani bicara. Yang paling mencolok adalah wajah tua Tuan Besar Sheng, yang semakin merah padam menahan amarah.Sementara itu, Nona Sheng terduduk di tanah. Wajahnya kotor, rambutnya berantakan, dan mata indahnya membelalak tak percaya. Nafasnya terengah. Tangannya gemetar, bukan karena luka, tapi karena … ketakutan.“Bagaimana aku menjelaskan ini pada Guru Huang .…” bisiknya lemah.
“Dia menyanggupinya!” bisik keras para penonton atas ucapan Sima Honglian.Aula Istana Dewa kembali hening, namun ketegangan membubung seperti busur yang ditarik sampai batas. Tantangan sudah diucapkan. Taruhannya lebih tinggi.Pil tingkat delapan—bukan sembarang pil, tapi mahakarya yang hanya bisa dimurnikan oleh alkemis tingkat tinggi dengan pemahaman mendalam tentang hukum elemen dan harmoni energi jiwa.Arena dimurnikan kembali. Dua tungku emas surgawi disiapkan di tengah-tengah panggung melayang. Angin di sekitarnya berhenti, seolah menanti napas para dewa.“Aku akan tetap menggunakan tungkuku sendiri.” Nona Sheng bersikeras.“Gunakan sekehendakmu.” Sima Honglian menjawab.Pihak dari Sekte Istana Dewa mengangguk setuju.Nona Sheng dari Sekte Langit Kudus melangkah anggun ke posisinya. Wajahnya tetap tersenyum percaya diri, rambut ungunya terikat rapi, dan matanya menyapu penonton tanpa gentar. Tapi siapa pun yang cukup jeli akan melihat ujung jarinya sedikit gemetar.Sementara it
“Dua naga … dua naga menari sungguhan! Apa kalian lihat itu barusan?!”“Indah sekali … gerakan mereka selaras dan penuh energi, seperti makhluk surgawi!”Sorak-sorai meledak dari pihak Sekte Istana Dewa. Para alkemis dari istana berdiri dari duduk mereka dan berseru-seru dengan semangat tinggi, memuji pil hasil pemurnian Sima Honglian.Aroma harum masih menggantung di udara, dan dua naga imaji yang muncul dari pil itu perlahan menghilang, namun aura megahnya masih terasa menusuk hati.“Pil yang melampaui kesempurnaan! Bahkan bisa membentuk manifestasi dua naga dari energi murni—itu bukan sekadar kebetulan!” seorang alkemis Istana Dewa berseru lantang.“Bukan hanya aroma dan warna pilnya yang sempurna, tapi efek visual seperti itu hanya bisa muncul dari sinkronisasi energi ilahi dengan seni pemurnian tingkat tinggi!”“Benar! Inilah tujuan utama Pil Dua Naga Menari, bukan? Menari—menyatu dalam energi dan wujud! Sima Honglian benar-benar memahaminya!”Namun, dari pihak Sekte Langit Kudus
“Kau membuatku merinding sampai ingin tertawa berguling-guling,” olok Sima Honglian.Nona Sheng hanya bisa menggigit geraham menahan kesal, tak bisa banyak membalas karena dia masih harus berkonsentrasi dengan pilnya.Di atas panggung, suhu tungku perlahan meningkat, udara di sekitarnya mulai bergelombang.Aroma herbal memenuhi udara, membuat banyak alkemis yang menonton menghirup dalam-dalam, mencoba menebak komposisi yang digunakan kedua wanita itu.Namun, perhatian mereka tertuju pada Sima Honglian yang tampak gelisah. Tangan kirinya sedikit gemetar saat memutar suhu tungkunya, dan dahinya terlihat berembun. Beberapa bahan herbal tampak belum terolah sempurna, membuat nyala api tungkunya sesekali berkedip tak stabil.“Dia tampak kesulitan,” bisik seorang penonton.“Apakah benar dia hanya alkemis kelas menengah dari benua bawah?” sambung yang lain.Nona Sheng mendengarnya dan tersenyum angkuh. Dia langsung melirik ke arah panggung sebelah dengan mata penuh sindiran.“Kau tidak perlu
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik