Seperti biasa, Sabtu dan Minggu otor mo cuti rehat dulu, yak, setelah kasi 3 bab perhari ke kalian di weekday, hehe ... semoga kalian semua enjoy dengan bab2 yg udh aku kasi. Met jalani wiken, dan tetaplah jaga diri jaga sehat kalian semua, okei! Ketemu lagi ntar Senin ;'))
Betapa inginnya Tan Heng mencincang tubuh Yao Chen.“Bukan begitu, Tuan Yao.” Adipati Tan Ming maju, memberikan pembelaan untuk putranya. “Mungkin Tan Heng hanya ingin meminimalkan ancaman bagi Yang Mulia Tuan Putri, makanya dia bergerak cepat demi keselamatan Yang Mulia Tuan Putri. Kami sangat menjunjung keselamatan Yang Mulia.”Yao Chen mencibir di benaknya. Orang seperti Tan Ming memang bertebaran di dunia mana pun. Para penjilat tak tau malu yang akan melakukan apa saja demi mengamankan harta dan status mereka.“Kita kembali, Yao Chen.” Putri Ketujuh berbalik dan terbang menembus gelapnya malam, mengabaikan kereta mewah yang sudah dibawakan Adipati Tan Ming.Yao Chen sebagai ‘tangan kanan Hong Wen’ pun mengikuti Putri Ketujuh. Mereka kembali ke hunian Adipati Tan Ming.* * *Keesokan harinya, acara pelelangan yang ditunggu-tunggu pun tiba, Putri Ketujuh dan Yao Chen, dalam penyamaran mereka, memasuki aula besar tempat pelelangan berlangsung. Ruangan itu dipenuhi oleh kultivator da
Dalam sekejap, Yao Chen bereaksi. Dia mengeluarkan sehelai daun dari kantongnya—salah satu tanaman langka yang dia kumpulkan di Alam Herbal Murni.Dengan cepat, dia menghancurkan daun itu di tangannya dan meniupkan serbuknya ke udara, menciptakan penghalang tipis yang menahan Kabut Seribu Racun. "Tuan Putri, bertahanlah!" seru Yao Chen, menarik Putri Ketujuh ke pelukannya sembari masuk ke dalam perlindungan penghalang herbalnya.Tan Heng, yang tidak siap menghadapi racun, terbatuk-batuk dan mulai kehilangan keseimbangan. Dia terlalu lengah demi melihat Yao Chen memeluk pinggang Putri Ketujuh.Melihat ini, Putri Ketujuh bergerak cepat, mengulurkan selendang dari cincin ruangnya, dan menarik Tan Heng ke dalam penghalang buatan Yao Chen."Terima kasih, Yang Mulia," ucap Tan Heng lemah, menatap Putri Ketujuh dengan kagum dan Yao Chen dengan iri.Meski begitu, dia masih terkena imbas dari racun yang sempat terhirup meski sedikit. Wajahnya menghitam ungu dan mulai tercekik. Beberapa kultiv
Tanpa peringatan, anggota Sekte Bayangan Hitam menyerang secara bersamaan. Udara dipenuhi dengan kilatan pedang, cambuk energi, dan berbagai senjata rahasia yang dilemparkan ke arah Yao Chen, Putri Ketujuh, dan Tan Heng.Yao Chen bergerak cepat, pedang merahnya menari di udara, membelah serangan yang datang sambil berteriak, "Tuan Putri, berhati-hatilah! Mereka menggunakan racun di senjata mereka!"Putri Ketujuh mengangguk, Kipas Bulan Perak-nya terbuka lebar, menciptakan penghalang energi yang memantulkan sebagian serangan. Meski seorang wanita, kemampuan bertarungnya tetap luar biasa dan bisa seimbang dengan pria.Tan Heng, tidak ingin kalah, menebaskan pedang kembarnya dari giok dan mulai menyerang. "Rasakan ini, penjahat rendahan!" teriaknya, berhasil melukai salah satu anggota sekte paling lemah.Namun, Sekte Bayangan Hitam bukanlah lawan yang mudah. Pemimpin mereka, pria berjubah hitam yang mencuri Rumput Sembilan Naga, tiba-tiba muncul di belakang Putri Ketujuh."Awas, Tuan Put
‘Tidak … aku tak boleh … pingsan … atau ….’Kegelapan mulai menyelimuti pandangan Yao Chen, tubuhnya semakin lemas akibat racun yang mematikan. Namun, tepat saat kesadarannya hampir hilang sepenuhnya, sesuatu yang tak terduga terjadi.‘Huh?’Di dalam Ruang Dimensi Jiwa Yao Chen, Tasbih Semesta tiba-tiba berdengung keras. Benda sakral itu mulai berputar dengan kecepatan luar biasa, memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan.Energi murni dari Tasbih Semesta mengalir deras ke seluruh tubuh Yao Chen, menetralkan racun dengan cepat. Yao Chen merasakan kekuatannya kembali, kesadarannya pulih dalam sekejap.‘Ahh … syukurlah Tasbih Semesta ….’Mata Yao Chen terbuka lebar, berkilat dengan cahaya keemasan. Tanpa disadarinya, Tasbih Semesta mengambil alih kendali tubuhnya untuk sementara."Apa ini?!" seru salah satu anggota Sekte Bayangan Hitam, terkejut melihat Yao Chen bangkit.Tanpa peringatan, tubuh Yao Chen meledakkan energi yang luar biasa kuatnya. Api murni bergemuruh melesat ke segala
“Sebenarnya mereka sudah dilemahkan berkat serangan hebat Tuan Putri dan Tuan Muda Tan. Saya hanya menambahkan sedikit serangan akhir saja.”Yao Chen memilah kata terbaik agar dia tak perlu mengungkapkan mengenai Tasbih Semesta.Dia meneruskan dengan hati-hati, "Saat mengalahkan musuh terakhir, saya … sempat mengambil cincin ruang miliknya. Ternyata Rumput Sembilan Naga ada di dalamnya."Putri Ketujuh menatap Yao Chen dengan tatapan rumit."Lalu bagaimana kau bisa mengatasi racun itu?" Kali ini Adipati Tan Ming yang bertanya.Yao Chen tersenyum tipis, "Sebagai seorang alkemis, saya selalu membawa beberapa pil ajaib untuk situasi darurat. Setelah menetralisir racun, saya menggunakan beberapa pil penambah kekuatan untuk mengalahkan musuh."Tak ada sanggahan dari Adipati Tan Ming dan putranya. Bahkan mereka jadi mengetahui Yao Chen seorang alkemis!Putri Ketujuh mengangguk puas. "Alkemis hebat memang selalu siap sedia. Kau berjasa besar karena menyelamatkan kita semua, Yao Chen."Adipati
Suasana mencekam menyelimuti area pertarungan. Pedang tipis Ketua Sekte Bayangan Hitam menembus dada Yao Chen, membuat darah segar mengucur deras."Yao Chen!" Putri Ketujuh menjerit pilu, air mata yang selama ini ditahannya akhirnya jatuh.Ketua Sekte tertawa penuh kemenangan, tangannya mencengkeram leher Yao Chen yang sudah lemah. "Sekarang, biarkan aku melihat rahasia apa yang tersembunyi dalam tubuhmu, bocah!"Yao Chen terengah-engah, pandangannya mulai kabur. Dia bisa merasakan kematian mendekat. 'Maafkan aku, Putri ... Guru ...' pikirnya lemah.Tiba-tiba, sebuah suara wanita yang tegas dan jernih membelah langit malam. "Siapa yang memberimu izin menindas muridku?"Semua mata tertuju ke langit. Di sana, muncul sosok wanita muda yang cantik jelita—Sima Honglian, menunggangi seekor roc raksasa berbulu emas. Di sampingnya berdiri pria gagah—Master Baili Feng, sang pengendali hewan roh.Tanpa menunggu respon, Sima Honglian mengangkat tangannya. Cahaya kemerahan melesat dari telapak ta
Sima Honglian memejamkan mata sejenak. Ketika membukanya, matanya berkilat kemerahan. "Baiklah. Kebangkitan Phoenix Abadi!"Tubuh Sima Honglian sepenuhnya berubah menjadi Phoenix api raksasa. Dengan satu kepakan sayap, dia melesat menembus kabut beracun, menuju Ketua Sekte yang terbelalak ngeri."Tidak mungkin! Bagaimana bisa—" Teriakan Ketua Sekte Bayangan Hitam terputus saat api Phoenix melahap tubuhnya.Ledakan dahsyat mengguncang langit untuk terakhir kalinya. Ketika asap menipis, hanya Sima Honglian yang tersisa, tubuhnya masih diselimuti api keemasan yang perlahan padam.Setelah pertarungan berakhir, Sima Honglian segera terbang menuju burung Roc tempat Yao Chen berbaring. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi kekhawatiran."Yao Chen!" serunya, mendarat dengan lembut di samping muridnya.Yao Chen membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. "Gu...ru..." ucapnya lemah.Sima Honglian menghela nafas lega. "Syukurlah kau sudah sadar. Pil-pil itu bekerja dengan baik."Pu
"A-apa maksudmu, Guru?" tanya Yao Chen tergagap, wajahnya memerah. "Aku dan Putri Ketujuh hanya berteman biasa. Dan soal topeng itu ... aku ... aku kehilangannya." Dia mencoba menjelaskan dengan canggung.Sima Honglian memperhatikan reaksi Yao Chen dengan seksama. Kegelisahan pemuda itu justru semakin menguatkan kecurigaannya. Ada perasaan tidak nyaman yang mulai menggelayuti hatinya. Dia tidak menyangka godaannya akan membuahkan reaksi seperti ini."Oh, benarkah?" Sima Honglian masih tersenyum menggoda, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Lalu mengapa kau begitu gugup, Xiao Chen? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"Yao Chen merasa terpojok. Dia tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi seperti ini. Matanya bergerak-gerak gelisah, mencoba menghindari tatapan tajam Sima Honglian. Pikirannya berpacu, mencoba mencari jawaban yang tepat."Ti-tidak ada yang kusembunyikan, sungguh!" Yao Chen akhirnya berkata, suaranya sedikit bergetar. "Aku hanya terkejut dengan p