Dalam sekejap, Yao Chen bereaksi. Dia mengeluarkan sehelai daun dari kantongnya—salah satu tanaman langka yang dia kumpulkan di Alam Herbal Murni.Dengan cepat, dia menghancurkan daun itu di tangannya dan meniupkan serbuknya ke udara, menciptakan penghalang tipis yang menahan Kabut Seribu Racun. "Tuan Putri, bertahanlah!" seru Yao Chen, menarik Putri Ketujuh ke pelukannya sembari masuk ke dalam perlindungan penghalang herbalnya.Tan Heng, yang tidak siap menghadapi racun, terbatuk-batuk dan mulai kehilangan keseimbangan. Dia terlalu lengah demi melihat Yao Chen memeluk pinggang Putri Ketujuh.Melihat ini, Putri Ketujuh bergerak cepat, mengulurkan selendang dari cincin ruangnya, dan menarik Tan Heng ke dalam penghalang buatan Yao Chen."Terima kasih, Yang Mulia," ucap Tan Heng lemah, menatap Putri Ketujuh dengan kagum dan Yao Chen dengan iri.Meski begitu, dia masih terkena imbas dari racun yang sempat terhirup meski sedikit. Wajahnya menghitam ungu dan mulai tercekik. Beberapa kultiv
Tanpa peringatan, anggota Sekte Bayangan Hitam menyerang secara bersamaan. Udara dipenuhi dengan kilatan pedang, cambuk energi, dan berbagai senjata rahasia yang dilemparkan ke arah Yao Chen, Putri Ketujuh, dan Tan Heng.Yao Chen bergerak cepat, pedang merahnya menari di udara, membelah serangan yang datang sambil berteriak, "Tuan Putri, berhati-hatilah! Mereka menggunakan racun di senjata mereka!"Putri Ketujuh mengangguk, Kipas Bulan Perak-nya terbuka lebar, menciptakan penghalang energi yang memantulkan sebagian serangan. Meski seorang wanita, kemampuan bertarungnya tetap luar biasa dan bisa seimbang dengan pria.Tan Heng, tidak ingin kalah, menebaskan pedang kembarnya dari giok dan mulai menyerang. "Rasakan ini, penjahat rendahan!" teriaknya, berhasil melukai salah satu anggota sekte paling lemah.Namun, Sekte Bayangan Hitam bukanlah lawan yang mudah. Pemimpin mereka, pria berjubah hitam yang mencuri Rumput Sembilan Naga, tiba-tiba muncul di belakang Putri Ketujuh."Awas, Tuan Put
‘Tidak … aku tak boleh … pingsan … atau ….’Kegelapan mulai menyelimuti pandangan Yao Chen, tubuhnya semakin lemas akibat racun yang mematikan. Namun, tepat saat kesadarannya hampir hilang sepenuhnya, sesuatu yang tak terduga terjadi.‘Huh?’Di dalam Ruang Dimensi Jiwa Yao Chen, Tasbih Semesta tiba-tiba berdengung keras. Benda sakral itu mulai berputar dengan kecepatan luar biasa, memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan.Energi murni dari Tasbih Semesta mengalir deras ke seluruh tubuh Yao Chen, menetralkan racun dengan cepat. Yao Chen merasakan kekuatannya kembali, kesadarannya pulih dalam sekejap.‘Ahh … syukurlah Tasbih Semesta ….’Mata Yao Chen terbuka lebar, berkilat dengan cahaya keemasan. Tanpa disadarinya, Tasbih Semesta mengambil alih kendali tubuhnya untuk sementara."Apa ini?!" seru salah satu anggota Sekte Bayangan Hitam, terkejut melihat Yao Chen bangkit.Tanpa peringatan, tubuh Yao Chen meledakkan energi yang luar biasa kuatnya. Api murni bergemuruh melesat ke segala
“Sebenarnya mereka sudah dilemahkan berkat serangan hebat Tuan Putri dan Tuan Muda Tan. Saya hanya menambahkan sedikit serangan akhir saja.”Yao Chen memilah kata terbaik agar dia tak perlu mengungkapkan mengenai Tasbih Semesta.Dia meneruskan dengan hati-hati, "Saat mengalahkan musuh terakhir, saya … sempat mengambil cincin ruang miliknya. Ternyata Rumput Sembilan Naga ada di dalamnya."Putri Ketujuh menatap Yao Chen dengan tatapan rumit."Lalu bagaimana kau bisa mengatasi racun itu?" Kali ini Adipati Tan Ming yang bertanya.Yao Chen tersenyum tipis, "Sebagai seorang alkemis, saya selalu membawa beberapa pil ajaib untuk situasi darurat. Setelah menetralisir racun, saya menggunakan beberapa pil penambah kekuatan untuk mengalahkan musuh."Tak ada sanggahan dari Adipati Tan Ming dan putranya. Bahkan mereka jadi mengetahui Yao Chen seorang alkemis!Putri Ketujuh mengangguk puas. "Alkemis hebat memang selalu siap sedia. Kau berjasa besar karena menyelamatkan kita semua, Yao Chen."Adipati
Suasana mencekam menyelimuti area pertarungan. Pedang tipis Ketua Sekte Bayangan Hitam menembus dada Yao Chen, membuat darah segar mengucur deras."Yao Chen!" Putri Ketujuh menjerit pilu, air mata yang selama ini ditahannya akhirnya jatuh.Ketua Sekte tertawa penuh kemenangan, tangannya mencengkeram leher Yao Chen yang sudah lemah. "Sekarang, biarkan aku melihat rahasia apa yang tersembunyi dalam tubuhmu, bocah!"Yao Chen terengah-engah, pandangannya mulai kabur. Dia bisa merasakan kematian mendekat. 'Maafkan aku, Putri ... Guru ...' pikirnya lemah.Tiba-tiba, sebuah suara wanita yang tegas dan jernih membelah langit malam. "Siapa yang memberimu izin menindas muridku?"Semua mata tertuju ke langit. Di sana, muncul sosok wanita muda yang cantik jelita—Sima Honglian, menunggangi seekor roc raksasa berbulu emas. Di sampingnya berdiri pria gagah—Master Baili Feng, sang pengendali hewan roh.Tanpa menunggu respon, Sima Honglian mengangkat tangannya. Cahaya kemerahan melesat dari telapak ta
Sima Honglian memejamkan mata sejenak. Ketika membukanya, matanya berkilat kemerahan. "Baiklah. Kebangkitan Phoenix Abadi!"Tubuh Sima Honglian sepenuhnya berubah menjadi Phoenix api raksasa. Dengan satu kepakan sayap, dia melesat menembus kabut beracun, menuju Ketua Sekte yang terbelalak ngeri."Tidak mungkin! Bagaimana bisa—" Teriakan Ketua Sekte Bayangan Hitam terputus saat api Phoenix melahap tubuhnya.Ledakan dahsyat mengguncang langit untuk terakhir kalinya. Ketika asap menipis, hanya Sima Honglian yang tersisa, tubuhnya masih diselimuti api keemasan yang perlahan padam.Setelah pertarungan berakhir, Sima Honglian segera terbang menuju burung Roc tempat Yao Chen berbaring. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi kekhawatiran."Yao Chen!" serunya, mendarat dengan lembut di samping muridnya.Yao Chen membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. "Gu...ru..." ucapnya lemah.Sima Honglian menghela nafas lega. "Syukurlah kau sudah sadar. Pil-pil itu bekerja dengan baik."Pu
"A-apa maksudmu, Guru?" tanya Yao Chen tergagap, wajahnya memerah. "Aku dan Putri Ketujuh hanya berteman biasa. Dan soal topeng itu ... aku ... aku kehilangannya." Dia mencoba menjelaskan dengan canggung.Sima Honglian memperhatikan reaksi Yao Chen dengan seksama. Kegelisahan pemuda itu justru semakin menguatkan kecurigaannya. Ada perasaan tidak nyaman yang mulai menggelayuti hatinya. Dia tidak menyangka godaannya akan membuahkan reaksi seperti ini."Oh, benarkah?" Sima Honglian masih tersenyum menggoda, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Lalu mengapa kau begitu gugup, Xiao Chen? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"Yao Chen merasa terpojok. Dia tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi seperti ini. Matanya bergerak-gerak gelisah, mencoba menghindari tatapan tajam Sima Honglian. Pikirannya berpacu, mencoba mencari jawaban yang tepat."Ti-tidak ada yang kusembunyikan, sungguh!" Yao Chen akhirnya berkata, suaranya sedikit bergetar. "Aku hanya terkejut dengan p
"Aku ... aku terjebak di sebuah tempat bernama Alam Herbal Murni bersama Putri Ketujuh." Yao Chen memutuskan untuk mengungkapkannya.Sima Honglian mengerutkan dahinya, belum pernah mendengar tentang tempat itu sebelumnya. "Alam Herbal Murni? Apa maksudmu, Xiao Chen?""Itu adalah sebuah alam tersembunyi, Guru," Yao Chen menjelaskan. "Waktu berjalan berbeda di sana. Kami mengira hanya beberapa hari berlalu, tapi ternyata ... sudah tiga bulan di dunia luar."Sima Honglian terdiam, mencerna informasi ini. Berbagai pikiran dan emosi berkecamuk dalam benaknya. Ada kelegaan karena akhirnya mengetahui apa yang terjadi, namun juga ada kekhawatiran baru tentang tempat misterius ini dan apa yang mungkin telah dialami muridnya di sana."Xiao Chen, aku mengerti sekarang," Sima Honglian berkata setelah beberapa saat terdiam. "Kau bisa mempercayaiku dan Master Baili Feng. Kami tidak akan mengungkapkan tentang Alam Herbal Murni kepada siapapun. Keselamatanmu adalah prioritas kami."Yao Chen menghembu
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik
"Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan
Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka
Langit masih bersinar keemasan akibat kehadiran Kekaisaran Langit Abadi.Dari kapal udara raksasa yang melayang di atas kota, Tetua Bao Xu berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Jubah ungunya berkibar diterpa angin, matanya yang tajam menyapu kehancuran di bawahnya."Semua pihak, tinggalkan Kota Seribu Dewa segera!" suaranya menggema, mengandung tekanan yang membuat udara terasa lebih berat.Yao Chen mengepalkan tinjunya. Lagi-lagi aku dihentikan.Namun, dia paham perintah ini bukan sekadar gertakan. Bao Xu bukan orang yang bisa ditentang begitu saja.Di sisi lain, Kaisar Merah, pria bertopeng yang nyaris tidak pernah menunjukkan ekspresi, hanya mendongak ke arah kapal. Sejenak, seakan dia sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu, dengan gerakan santai, dia melangkah mundur."Aku akan pergi," katanya dengan nada ringan. "Tapi pertemuan kita belum selesai, Gongsun Yichen."Matanya, meskipn tersembunyi di balik topeng, seakan menembus ke dalam jiwa Yao Chen.Dalam sekejap, tu
Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"