Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 230 - Dicurangi Tuan Putri

Share

230 - Dicurangi Tuan Putri

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-18 16:38:32

Yao Chen sangat yakin orang yang duduk di bilik khusus tak jauh darinya adalah Tuan Putri Ketujuh, Hong Wen.

Kepala Yao Chen dengan cepat menoleh ke arah bilik khusus. Tetap saja tidak bisa terlihat jelas karena di sana biliknya dikelilingi kelambu tipis putih. Dia hanya bisa meyakini ada 2 orang di dalam bilik itu.

‘Pasti Tuan Putri dan dayangnya.’ Ini dugaan Yao Chen.

Yao Chen terheran-heran sekaligus bingung, kenapa tuan putri kaya raya justru makan di restoran biasa? Apakah dia juga sama iritnya dengan Yao Chen?

“Tuan, silakan.” Pelayan restoran sudah ada di samping Yao Chen.

“Oh eh! Iya, terima kasih!” Yao Chen terkejut menyadari pelayan sudah datang membawa pesanannya.

Pelayan sigap menaruh mangkuk mie dan sayuran.

“Tuan, apakah Anda ingin teh terbaik di sini?” tanya pelayan. “Anda pasti bukan orang sini, bukan? Bagaimana kalau mencicipi teh terbaik kami?”

Yao Chen gelagapan. Seberapa tinggi harga teh terbaik itu?

“Ah … itu … berapa harga satu poci?” tanya Yao Chen dengan suara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
pepen prengky
thanks updatenya thor, ditunggu update selanjutnya. 1 gem meluncur :)
goodnovel comment avatar
amsuzieimanjuwita
lanjut kn lagi chapternya Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tanpa Wajah   231 - Pulau yang Dijaga Monster Gurita Raksasa

    ‘Itu benar Tuan Putri Ketujuh!’ seru benak Yao Chen penuh keyakinan.Sebagai kultivator kuat, seluruh panca indera Yao Chen tentu saja melebihi manusia biasa. Dia bisa melihat sosok yang dia kenali sebagai Tuan Putri Ketujuh berdasarkan baju yang tadi wanita itu kenakan.Jangankan hanya jarak 100 meter, jarak 1 kilometer juga bisa dia lihat dengan jelas asalkan menyuntikkan energi Qi ke meridian di panca inderanya.“Pak! Lekas mendekat ke sana!” pinta Yao Chen ke tukang perahu, suaranya panik karena melihat kekacauan yang terjadi di kapal Tuan Putri Ketujuh.Namun, tukang perahu Yao Chen menggeleng dengan raut wajah ketakutan. Monster sungai benar-benar nyata. Dia tak mau mengantarkan nyawa hanya demi memenuhi permintaan penumpang.Karena Yao Chen tak bisa berpangku tangan dan menonton saja, maka dia mengeluarkan 5 batu kristal rendah ke tukang perahu sebagai tanda terima kasih meski harga yang harus dia bayarkan sebenarnya cukup 1 batu kristal rendah saja.“Sial! Itu hewan roh level

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Pendekar Tanpa Wajah   232 - Misi Rahasia

    Matahari siang itu menerobos celah-celah pepohonan rimbun di pulau kecil di tengah Sungai Perak Surgawi. Yao Chen berjalan di depan, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Putri Ketujuh, Hong Wen, masih di belakangnya dan aman."Tuan Putri, mohon berhati-hati dengan akar-akar ini," Yao Chen memperingatkan dengan sopan.Putri Ketujuh hanya mengangguk singkat, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Dia melangkah dengan anggun melewati rintangan meski gaun sutranya menyapu tanah lembab.“Awas, itu ada patahan ranting berduri di tanah.” Yao Chen menunjuk ke objek yang dimaksud.Dia hanya ingin tuan putri kerajaan ini tidak mengalami celaka apa pun."Kau tidak perlu terus-menerus mengingatkan aku," ujar Putri Ketujuh datar. "Aku cukup mampu menjaga diri sendiri."Yao Chen mengangguk canggung. "Tentu, Tuan Putri. Maafkan saya."Hening di antara mereka berdua hingga akhirnya Putri Ketujuh memecah kesunyian dengan pertanyaan, “Siapa namamu?”Menoleh ke wanita yang kini menyejajari berjalan, Yao

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Pendekar Tanpa Wajah   233 - Terperangkap di Dalam Gua

    “Silakan, Tuan Putri.” Yao Chen mengulurkan tangannya ke Hong Wen.Dia hanya berusaha melindungi Putri Ketujuh, apalagi dirinya sudah didapuk menjadi pengganti pengawal Hong Wen yang sudah tewas.“Aku bisa sendiri.” Putri Ketujuh mengabaikan tangan itu.Yao Chen dan Putri Ketujuh melangkah hati-hati memasuki gua di balik air terjun. Air membasahi rambut dan pakaian mereka saat mereka menerobos tirai air yang jatuh. Udara lembab dan dingin menyambut mereka, bercampur dengan aroma lumut dan batu basah."Hati-hati dengan langkah Anda, Tuan Putri," Yao Chen memperingatkan, suaranya bergema di dinding gua.Belum sempat Putri Ketujuh merespon, terdengar suara gemuruh dari belakang mereka. Keduanya berbalik dengan cepat, hanya untuk melihat pintu batu gua perlahan menutup dengan cepat.Bumm!"Tidak!" Yao Chen berteriak, berlari ke arah pintu gua.Namun terlambat, pintu batu itu telah menutup rapat, menjebak mereka di dalam.Walaupun wajahnya tetap terlihat tenang, Putri Ketujuh tidak bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Pendekar Tanpa Wajah   234 - Dikhawatirkan oleh Seorang Tuan Putri

    Suara derap kaki-kaki kecil ramping dan jeritan tikus roh bergema di lorong-lorong gua yang gelap dan lembab. Yao Chen, dengan pedang merahnya di tangan, terus menebas ke kanan dan ke kiri, menyingkirkan tikus roh yang hendak menggigit mereka.“Singkirkan mereka! Singkirkan mereka!” Putri Ketujuh masih memejamkan mata sambil terus bergelanyut di tubuh Yao Chen.Tanpa diminta pun Yao Chen paham dia harus menyingkirkan semua serbuan tikus-tikus roh.Jalanan basah dan bau tak sedap dari kotoran tikus roh yang mulai menyengat di sana disertai alur gua yang terasa bagaikan labirin tak berujung, itu sungguh menyebalkan bagi Yao Chen.Juga, saat ini Putri Ketujuh kehilangan keanggunannya karena terlalu ketakutan oleh tikus roh. Ini sesuatu yang cukup menghibur bagi Yao Chen.‘Padahal aku yakin tingkat kultivasinya di atasku, tapi kenapa histeris seperti ini pada tikus roh, yah?’ batin Yao Chen, terheran-heran. ‘Apakah dia punya trauma tersendiri dengan tikus roh?’Dikarenakan pelukan ketat Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pendekar Tanpa Wajah   235 - Alam Herbal Suci

    Yao Chen termangu sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum, pedangnya terhunus siap.“Saya mengerti, Tuan Putri.” Yao Chen bersiap melawan bos tikus roh.Bos Tikus Roh mendesis, memperlihatkan taring-taring tajamnya yang berkilat."Makhluk busuk," geram Yao Chen, "Kau sudah mengirim anak buah sebanyak itu untuk merepotkanku!"Bos Tikus Roh menerjang, melompat, dan menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan untuk ukuran tubuhnya. Cakarnya yang tajam nyaris mengenai wajah Yao Chen, yang berhasil menghindar pada detik terakhir.“Tak semudah itu kau ingin melukaiku!” seru Yao Chen sambil kibaskan pedangnya ke arah bos tikus roh.Pertarungan sengit pun dimulai. Yao Chen menari ganas bersama pedangnya, menebas dan menangkis serangan demi serangan. Bos Tikus Roh mengeluarkan jeritan melengking yang membuat batu-batu di sekitarnya bergetar.Yao Chen dan Putri Ketujuh harus menggunakan Qi mereka untuk melindungi genderang telinga dari suara melengking bos tikus roh.Dari atas teratai

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pendekar Tanpa Wajah   236 - Merobek Pakaiannya Sendiri

    Seiring langkah mereka menuju tenggara, pemandangan indah di sekitar Yao Chen dan Tuan Putri Ketujuh mulai berubah secara dramatis. Rerumputan hijau dan tanaman herbal yang subur perlahan digantikan oleh tanah yang semakin gersang dan berbatu. Udara yang tadinya sejuk kini terasa panas dan kering, membuat keringat mulai membasahi dahi keduanya.Tuan Putri Ketujuh, meski tampak lelah, tetap berjalan dengan anggun. Namun, dia mulai mengipasi dirinya dengan lengan lengan gaunnya. "Yao Chen," ujarnya dengan nada sedikit terengah, "tempat ini sungguh berbeda dari yang kita lihat sebelumnya."Yao Chen mengangguk, matanya menyapu sekeliling dengan waspada. "Benar, Tuan Putri. Sepertinya kita telah memasuki wilayah yang lebih tandus."Saat itulah Yao Chen mulai merasakan penyesalan menyelinap di hatinya. Dia teringat akan kelimpahan tanaman herbal yang mereka lewati sebelumnya, dan kini menyesali keputusannya untuk tidak memetik satu pun."Tuan Putri," ucapnya dengan nada menyesal, "Saya mint

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pendekar Tanpa Wajah   237 - Kenapa Dia menjadi Binal dan Agresif?

    “A-apa yang terjadi?!” Yao Chen sampai terbelalak kaget mendapati tingkah aneh Putri Ketujuh.Bagaimana tidak aneh jika wanita yang selama ini memberikan citra anggun, tinggi, dan dingin, mendadak saja menjadi binal dan agresif.Baru saja Yao Chen hendak mencegah kain sutra yang tersisa dirobek empunya sendiri, tangannya kalah cepat dengan tangan lentik Putri Ketujuh.“Astaga! Aku berdosa!” Mata Yao Chen secara terang benderang melihat penampakan dua bukit indah dan mulus milik Putri Ketujuh.Meski itu masih memiliki penutup dari kain keras (layaknya bra di era ini) bersulam burung hong warna emas, itu tidak tidak banyak membantu, karena kain keras itu sudah melorot banyak ke bawah.Bahkan kini kain itu direnggut paksa oleh pemiliknya sendiri.Yao Chen sampai harus menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutupi mata ketika dada Putri Ketujuh kini sepenuhnya polos tanpa tertutupi apa pun.“Ch-Cheenn … Ya-Yao Cheennhh ….” Putri Ketujuh merengek manja sambil mulai merenggut bagian ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Pendekar Tanpa Wajah   238 - Gao Long Keluar untuk Menjelaskan

    “Uhuk! Tentu saja tidak!” Gao Long membantah tuduhan Yao Chen. “Aku ini naga penguasa semesta yang memiliki harkat dan martabat! Jangan menuduhku sembarangan!”Jangan harap Yao Chen percaya.“Cepat jelaskan atau aku akan suruh Tasbih Semesta menghajarmu sampai kau jadi embrio lagi.” Dia sudah tak tahan dengan omong kosong Gao Long.Sedangkan di belakangnya, masih ada Putri Ketujuh yang terus saja berteriak minta dilepaskan.“Perlukah aku potong lidahnya?” Gao Long melongok ke Putri Ketujuh.Mata Yao Chen melotot ganas pada naga mungilnya. “Jangan sembarangan! Cepat jelaskan saja padaku, kenapa kau baru muncul sekarang? Kenapa dari tadi bersembunyi?”Gao Long menghela napas sebentar sebelum akhirnya dia menjelaskan.“Jadi begini … aku sengaja diam dan tidak keluar sejak kalian terjebak di gua hanya karena aku … aku sedang ingin mengujimu.” Gao Long mengawali penjelasannya.“Mengujiku? Untuk apa?” Yao Chen semakin memicingkan mata.Omong kosong macam apa pula ini dari si naga?“Diam dul

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25

Bab terbaru

  • Pendekar Tanpa Wajah   552 - Pil Kelas 7 yang Rumit

    “Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang

  • Pendekar Tanpa Wajah   551 - Tungku yang Adil

    “Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka

  • Pendekar Tanpa Wajah   550 - Tantangan untuk Nona Sheng

    "Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem

  • Pendekar Tanpa Wajah   549 - Pengorbanan Sima Honglian

    "Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik

  • Pendekar Tanpa Wajah   548 - Berbagi Menantu

    "Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi

  • Pendekar Tanpa Wajah   547 - Memanas

    "Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan

  • Pendekar Tanpa Wajah   546 - Semakin Berbahaya

    Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka

  • Pendekar Tanpa Wajah   545 - Bara yang Belum Padam

    Langit masih bersinar keemasan akibat kehadiran Kekaisaran Langit Abadi.Dari kapal udara raksasa yang melayang di atas kota, Tetua Bao Xu berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Jubah ungunya berkibar diterpa angin, matanya yang tajam menyapu kehancuran di bawahnya."Semua pihak, tinggalkan Kota Seribu Dewa segera!" suaranya menggema, mengandung tekanan yang membuat udara terasa lebih berat.Yao Chen mengepalkan tinjunya. Lagi-lagi aku dihentikan.Namun, dia paham perintah ini bukan sekadar gertakan. Bao Xu bukan orang yang bisa ditentang begitu saja.Di sisi lain, Kaisar Merah, pria bertopeng yang nyaris tidak pernah menunjukkan ekspresi, hanya mendongak ke arah kapal. Sejenak, seakan dia sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu, dengan gerakan santai, dia melangkah mundur."Aku akan pergi," katanya dengan nada ringan. "Tapi pertemuan kita belum selesai, Gongsun Yichen."Matanya, meskipn tersembunyi di balik topeng, seakan menembus ke dalam jiwa Yao Chen.Dalam sekejap, tu

  • Pendekar Tanpa Wajah   544 - Keheningan Setelah Badai

    Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status