“Kecoak sepertimu sebentar lagi mati di tanganku!” Su Tingnam menyeru sambil terus menebaskan pedangnya secara brutal ke Yao Chen.Mana mungkin Yao Chen diam saja? Dia sudah bukan Danang yang ramah dari Bumi. Dia sudah beradaptasi dengan karakter survival di planet ini!“Sombong!” seru Yao Chen sambil menatap geram ke Su Tingnam.Sudah berapa kali dia harus meredam kemarahan gara-gara gangguan Su Tingnam?Usai Yao Chen meneriakkan balasannya, aura keemasan dari tubuhnya langsung menguar dan meningkat. Selain itu, muncul kabut api yang samar, menyebabkan Yao Chen terlihat gahar bagaikan Asura yang siap berperang sampai akhir.Dhuaarr!Yao Chen menggunakan teknik kultivasi terbaik yang dia dapatkan dari Tasbih Semesta. Teknik itu mampu mengeluarkan cakram emas bergerigi berbentuk aura yang menindas.Saat ini, Tasbih Semesta ikut beresonansi dengan serangan Yao Chen. Sedangkan Gao Long sudah sejak lama masuk kembali ke tubuh Yao Chen untuk meningkatkan kekuatan pemuda itu.Dari pihak Su
“Saatnya ini semua berakhir, Su Tingnam!” seru Yao Chen sambil memberikan ledakan aura besar dari tebasan pedang api dan petirnya.Yao Chen sudah bersiap memenggal kepala Su Tingnam.Dhaarr!Tiba-tiba, energi pedang Yao Chen dibubarkan oleh energi sangat besar. Bahkan Yao Chen terpental sampai belasan meter dan jatuh sebelum menabrak pohon besar.“Uhuk!” Yao Chen terbatuk usai memuntahkan dua teguk darah. Dia memegangi dadanya yang terasa sakit akibat energi kacau yang ada di tubuhnya akibat dorongan energi asing tadi. “Orang di Tingkat 10?” Yao Chen membelalak kaget.Kini, terlihat dengan jelas siapa yang mengakibatkan dia terpental. Itu adalah seorang pria gagah memakai armor logam dan berambut putih.“Beraninya kau hendak melukai Tuan Muda Su!” Sosok itu melotot ke Yao Chen yang sedang bangun dari tanah.Meski Yao Chen tak tau siapa orang itu dan apa hubungannya dengan Su Tingnam, Yao Chen tak mau menyerah begitu saja menjadi samsak pukulan.Aura di tubuh Yao Chen bergegas berkumpul
Pria gagah berarmor itu menatap Li Yaren sambil memindai penampilannya menggunakan mata.“Hm, syukurlah masih ada orang waras yang mengenali diriku.” Jenderal Bao menaikkan dagunya sambil menatap Yao Chen dan Li Yaren.Saat ini, Yao Chen masih terkapar lemah di tanah, dia dalam kondisi sekarat. Li Yaren tak bisa apa-apa.“Siapa kau?” tanya Jenderal Bao pada Li Yaren.Jenderal Bao tak ingin bertindak gegabah karena melihat penampilan Li Yaren yang menyiratkan dari keluarga terpandang, penampilan yang sejenis seperti Su Tingnam saat ini.“Saya Li Yaren dari kediaman Li kota Lautan Awan.” Li Yaren terpaksa memberikan identitas keluarganya karena percuma berbohong di depan sosok seperti Jenderal Bao.Kening Jenderal Bao mengernyit dan bertanya, “Keluarga Li dari Kota Lautan Awan?!”Langsung saja terbayang di benak Jenderal Bao mengenai kota besar yang mampu menyaingi Kota Seribu Keberuntungan, ibu kota Negara Wu ini. Dia benar-benar tidak boleh menyinggung keturunan keluarga Li yang ini.S
Semua perhatian tertuju ke asal suara. Terdengar sangat lembut, tapi membawa aroma ketegasan di baliknya.“Ampuni hamba, Tuan Putri. Hamba mohon izin mengantarkan kerabat Jenderal Su terlebih dahulu.” Jenderal Bao memberikan soja terbaiknya.Yao Chen terkejut. Sosok wanita di dalam kereta itu seorang tuan putri? Meski dia tak bisa melihat jelas sosok wanita karena terhalang kain tipis di bagian jendela kereta, dia bisa yakin bahwa itu pastinya seorang wanita muda.‘Tentunya dia Tuan Putri kerajaan ini, kan? Bahkan keretanya saja ditarik singa roh terbang jenis langka. Mereka semua sudah berada di level 3! Kalau aku melawan satu dari mereka saja pasti akan sangat kewalahan! Binatang sehebat itu menjadi penarik kereta! Sungguh pantas menyandang gelar tuan putri.’ Yao Chen justru menaruh perhatian lebih ke empat singa roh yang gagah mengagumkan.Kereta mewah yang melayang tenang di udara masih menebarkan aroma manis menenangkan jiwa. Yao Chen yakin ini ada kaitannya dengan kultivasi arom
Yao Chen sangat yakin orang yang duduk di bilik khusus tak jauh darinya adalah Tuan Putri Ketujuh, Hong Wen.Kepala Yao Chen dengan cepat menoleh ke arah bilik khusus. Tetap saja tidak bisa terlihat jelas karena di sana biliknya dikelilingi kelambu tipis putih. Dia hanya bisa meyakini ada 2 orang di dalam bilik itu.‘Pasti Tuan Putri dan dayangnya.’ Ini dugaan Yao Chen.Yao Chen terheran-heran sekaligus bingung, kenapa tuan putri kaya raya justru makan di restoran biasa? Apakah dia juga sama iritnya dengan Yao Chen?“Tuan, silakan.” Pelayan restoran sudah ada di samping Yao Chen.“Oh eh! Iya, terima kasih!” Yao Chen terkejut menyadari pelayan sudah datang membawa pesanannya.Pelayan sigap menaruh mangkuk mie dan sayuran.“Tuan, apakah Anda ingin teh terbaik di sini?” tanya pelayan. “Anda pasti bukan orang sini, bukan? Bagaimana kalau mencicipi teh terbaik kami?”Yao Chen gelagapan. Seberapa tinggi harga teh terbaik itu?“Ah … itu … berapa harga satu poci?” tanya Yao Chen dengan suara
‘Itu benar Tuan Putri Ketujuh!’ seru benak Yao Chen penuh keyakinan.Sebagai kultivator kuat, seluruh panca indera Yao Chen tentu saja melebihi manusia biasa. Dia bisa melihat sosok yang dia kenali sebagai Tuan Putri Ketujuh berdasarkan baju yang tadi wanita itu kenakan.Jangankan hanya jarak 100 meter, jarak 1 kilometer juga bisa dia lihat dengan jelas asalkan menyuntikkan energi Qi ke meridian di panca inderanya.“Pak! Lekas mendekat ke sana!” pinta Yao Chen ke tukang perahu, suaranya panik karena melihat kekacauan yang terjadi di kapal Tuan Putri Ketujuh.Namun, tukang perahu Yao Chen menggeleng dengan raut wajah ketakutan. Monster sungai benar-benar nyata. Dia tak mau mengantarkan nyawa hanya demi memenuhi permintaan penumpang.Karena Yao Chen tak bisa berpangku tangan dan menonton saja, maka dia mengeluarkan 5 batu kristal rendah ke tukang perahu sebagai tanda terima kasih meski harga yang harus dia bayarkan sebenarnya cukup 1 batu kristal rendah saja.“Sial! Itu hewan roh level
Matahari siang itu menerobos celah-celah pepohonan rimbun di pulau kecil di tengah Sungai Perak Surgawi. Yao Chen berjalan di depan, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Putri Ketujuh, Hong Wen, masih di belakangnya dan aman."Tuan Putri, mohon berhati-hati dengan akar-akar ini," Yao Chen memperingatkan dengan sopan.Putri Ketujuh hanya mengangguk singkat, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Dia melangkah dengan anggun melewati rintangan meski gaun sutranya menyapu tanah lembab.“Awas, itu ada patahan ranting berduri di tanah.” Yao Chen menunjuk ke objek yang dimaksud.Dia hanya ingin tuan putri kerajaan ini tidak mengalami celaka apa pun."Kau tidak perlu terus-menerus mengingatkan aku," ujar Putri Ketujuh datar. "Aku cukup mampu menjaga diri sendiri."Yao Chen mengangguk canggung. "Tentu, Tuan Putri. Maafkan saya."Hening di antara mereka berdua hingga akhirnya Putri Ketujuh memecah kesunyian dengan pertanyaan, “Siapa namamu?”Menoleh ke wanita yang kini menyejajari berjalan, Yao
“Silakan, Tuan Putri.” Yao Chen mengulurkan tangannya ke Hong Wen.Dia hanya berusaha melindungi Putri Ketujuh, apalagi dirinya sudah didapuk menjadi pengganti pengawal Hong Wen yang sudah tewas.“Aku bisa sendiri.” Putri Ketujuh mengabaikan tangan itu.Yao Chen dan Putri Ketujuh melangkah hati-hati memasuki gua di balik air terjun. Air membasahi rambut dan pakaian mereka saat mereka menerobos tirai air yang jatuh. Udara lembab dan dingin menyambut mereka, bercampur dengan aroma lumut dan batu basah."Hati-hati dengan langkah Anda, Tuan Putri," Yao Chen memperingatkan, suaranya bergema di dinding gua.Belum sempat Putri Ketujuh merespon, terdengar suara gemuruh dari belakang mereka. Keduanya berbalik dengan cepat, hanya untuk melihat pintu batu gua perlahan menutup dengan cepat.Bumm!"Tidak!" Yao Chen berteriak, berlari ke arah pintu gua.Namun terlambat, pintu batu itu telah menutup rapat, menjebak mereka di dalam.Walaupun wajahnya tetap terlihat tenang, Putri Ketujuh tidak bisa me
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik
"Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan
Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka
Langit masih bersinar keemasan akibat kehadiran Kekaisaran Langit Abadi.Dari kapal udara raksasa yang melayang di atas kota, Tetua Bao Xu berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Jubah ungunya berkibar diterpa angin, matanya yang tajam menyapu kehancuran di bawahnya."Semua pihak, tinggalkan Kota Seribu Dewa segera!" suaranya menggema, mengandung tekanan yang membuat udara terasa lebih berat.Yao Chen mengepalkan tinjunya. Lagi-lagi aku dihentikan.Namun, dia paham perintah ini bukan sekadar gertakan. Bao Xu bukan orang yang bisa ditentang begitu saja.Di sisi lain, Kaisar Merah, pria bertopeng yang nyaris tidak pernah menunjukkan ekspresi, hanya mendongak ke arah kapal. Sejenak, seakan dia sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu, dengan gerakan santai, dia melangkah mundur."Aku akan pergi," katanya dengan nada ringan. "Tapi pertemuan kita belum selesai, Gongsun Yichen."Matanya, meskipn tersembunyi di balik topeng, seakan menembus ke dalam jiwa Yao Chen.Dalam sekejap, tu
Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"