Share

Pendekar Tangan Iblis
Pendekar Tangan Iblis
Penulis: Mangata

Sang Iblis Bebas

Penulis: Mangata
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-08 16:17:10

"Kakak ingin ke hutan?" tanya seorang bocah berusia 12 tahun.

"Jangan ke mana-mana. Kakak harus mencari jamur dan beberapa tanaman obat yang bisa dijual. Kakak akan kembali sebelum tengah malam." Arya Santanu berpamitan dengan adik kesayangannya yang bernama Raka Caraka.

Desa tempatnya tinggal bernama desa Kulon Anyar. Tempatnya berada di bagian barat dari pulau besar, Yawadwipa. Ia harus melewati jalan setapak dan keluar dari desa menuju ke sebuah hutan lebat di kaki gunung Kulon yang berada tidak jauh dari desanya.

Arya Santanu hanyalah petani jagung yang bekerja juga sebagai pencari tanaman obat, jamur dan beberapa pekerjaan serabutan lainnya. Ia tinggal hanya berdua dengan adiknya, Raka Caraka. Kesehariannya yang sederhana membuatnya tidak pernah merasakan hidup di ibukota kerajaan.

"Rembulan malam ini begitu terang. Aku harap bisa menemukan banyak tanaman obat."

Arya Santanu mendaki jalan setapak dan mulai menyusuri semak-semak tinggi. Ia meraba area bagian bawah pohon dan permukaan tanah.

Hanya bermodal obor kecil yang ia bawa, Arya Santanu mencabut beberapa tanaman obat dan jamur yang ia temukan. Arya Santanu meletakkannya di sebuah keranjang bambu yang diselempangkan di pundaknya.

Semakin lama ia berjalan, Arya Santanu memasuki sebuah tanda peringatan yang dipasang oleh kepala desa Kulon Anyar. Tertera kalimat 'hutan terlarang' di papan tanda yang diletakkan di batang pohon. Namun, Arya Santanu tidak menghiraukannya. Ia ragu bila ada binatang buas yang akan menyerangnya.

Hal itu karena dirinya telah mencari tanaman obat dan jamur selama kurun waktu lima tahun lamanya. Arya Santanu bahkan sering menyerempet ke area terlarang itu untuk mengambil beberapa jamur yang bisa dikonsumsi.

"Aneh, kenapa tidak ada angin?" Arya Santanu merasa bingung.

Embusan angin terasa hilang. Tidak ada dedaunan dan ranting pohon yang bergoyang. Bahkan suara serangga pun tidak terdengar. Sunyi, itu yang dirasakan oleh Arya Santanu. Ia seperti berada di tengah pemakaman.

"Ada apa ini? Obor?!" Arya Santanu tersentak saat obor yang ia bawa mati tiba-tiba.

Dua netra matanya menoleh dan menatap ke segala arah. Ia meraba langkahnya dengan berjalan begitu berhati-hati sambil merambatkan tangannya dengan berpegangan ke batang pohon. Pikirannya tidak bisa tenang, akal sehatnya mulai terbentur pada berbagai macam kesimpulan yang janggal. Ia pernah mendengar sekali bila hutan terlarang ditinggali oleh kaum yang telah mati.

Ada juga desas-desus bila hutan terlarang gunung Kulon ditinggali oleh para Rakshasa Buto. Namun, semua cerita itu terasa seperti kisah pengantar tidur baginya. Kenyataannya, ia sedang ketakutan oleh kegelapan, sepi dan sunyinya hutan terlarang.

"Gua?" tanya Arya Santanu dalam benaknya.

Ia baru pertama kalinya melihat gua di hutan terlarang. Langkahnya seakan ditarik masuk ke dalam mulut gua. Ia mengintip dari bagian dinding luar ke arah dalam. Tidak ada siapa pun. Namun ada yang aneh dari gua itu. Pantulan cahaya rembulan justru merangsak masuk ke bagian dalam gua. Cahaya pantulan rembulan yang redup memancing dirinya untuk melangkahkan kaki mendekat dan masuk lebih dalam.

Arya Santanu menelan salivanya, netra matanya mengambil banyak cahaya untuk melihat dan menatap sekitar. Ia takut bila ada sosok Rakshasa yang memergoki dirinya.

"Batu apa ini? Lalu tulisan apa ini?" Arya Santanu merasa bingung dengan keberadaan sebuah batu hitam seukuran tubuhnya.

Disekeliling batu hitam tersebut terdapat tulisan berupa kalimat panjang yang melingkar, seakan melindungi batu tersebut. Arya Santanu malah berpikir bila kalimat tersebut adalah salah satu bentuk teknik segel untuk menyegel batu hitam di hadapannya. Lalu, pertanyaannya adalah batu apa itu? Kenapa sampai ada kalimat sansekerta kuno yang melindungi dirinya?

Ia mengelilingi batu hitam tersebut. Berusaha mencari tulisan sansekerta kuno yang bisa ia pahami. Namun, setelah mengelilingi batu hitam itu, tidak satu pun yang ia pahami. Tulisan itu terlihat asing baginya, padahal Arya Santanu pernah mempelajari beberapa bahasa kuno dari neneknya.

"Apa batu ini mahal bila dijual?" pikir Arya Santanu.

Ia sangat membutuhkan kepingan emas untuk bisa hidup. Dengan menjual batu tersebut, Arya Santanu mungkin bisa mendapatkan satu peti emas penuh untuk menghidupi dirinya selama satu tahun. Namun, ia kebingungan untuk membawanya. Arya Santanu yang membawa sebuah pisau kecil segera mencari batu besar. Ia menekan ujung pisau itu ke permukaan batu hitam. Arya Santanu coba memecah batu hitam besar tersebut menjadi beberapa bongkahan kecil.

BUUUK!!

Arya Santanu menggetok ujung gagang pisau dengan batu besar yang ia genggam. Saat pisau tersebut menancap ke dalam batu hitam, tiba-tiba permukaan batu hitam mengalami retak dan mengeluarkan percikan api dari retakannya tersebut. Arya Santanu langsung mundur dan berdiri agak jauh dari batu hitam tersebut.

"Ada apa ini? Ke-kenapa batu itu malah pecah?" Arya Santanu merasa bingung sekali.

Retakan yang kecil menyebar cepat dan membesar. Dari sela-sela retakan tersebut keluar lahar panas yang meluber hingga jatuh ke permukaan tanah. Arya Santanu semakin panik. Ia tidak mengira satu hantaman batu yang ia arahkan ke pisaunya bisa menyebabkan hal itu.

Perlahan-lahan, batu hitam membelah dan hancur berantakan menjadi kepingan batu-batu kecil. Arya Santanu melihat asap putih mengepul keluar dan membumbung tinggi. Perlahan asap hitam tersebut membentuk sebuah wujud dan bersinar begitu terang hingga menyilaukan kedua mata Arya Santanu.

"Seratus tahun … akhirnya aku …."

"BEBAS!!!"

Satu sosok tinggi besar dengan dua tanduk menjulang dari dahinya berteriak sangat keras. Tubuhnya diselimuti oleh zirah berwarna merah. Sekujur badan dari sosok itu bagaikan lapisan lahar yang meleleh. Ia memiliki wajah berwarna merah dengan netra mata berwarna merah tua.

Sosok itu melirik ke arah Arya Santanu. Tatapannya begitu mengintimidasi. Saat Arya Santanu ingin kabur dari tempat itu, sosok tinggi besar tersebut langsung menghentakkan kakinya. Seketika langit-langit gua runtuh menjatuhi mulut gua dan menutupnya.

"Kau ingin pergi ke mana, Arya Santanu?" Sosok itu memanggil.

Arya Santanu mencoba menggaruk batu-batu yang menutupi mulut gua. Ia tidak ingin menoleh ke arah belakang sama sekali. Suara besar, tegas dan berat menggema ke seluruh penjuru gua. Arya Santanu terus mendengarnya dan membuatnya semakin ketakutan.

"Kau baru saja membebaskanku. Ada apa? Apa kau takut denganku?" Sosok itu mengembalikan batu hitam yang hancur seperti semula. Ia duduk bersila di atas batu itu.

"Kau tidak penasaran siapa aku? Makhluk apakah diriku?" Sosok itu terus bicara tanpa henti.

"Hentikan! Baiklah, aku menyerah." Arya Santanu berbalik dan menatap sosok itu.

Napasnya sudah terengah-engah. Tenaganya terkuras percuma untuk menggaruk reruntuhan batu yang menutupi mulut gua. Ia berakhir dengan menyerah dan mendengarkan maksud dari makhluk itu.

"Siapa kau? Kenapa kau ada di dalam batu hitam itu? Katakanlah! Bukankah itu yang ingin kau dengar dariku? Sebuah pertanyaan yang menanyakan tentang dirimu?!" Arya Santanu merasa kesal.

Sosok itu tersenyum kecil. Matanya seakan senang dengan kelemahan hati Arya Santanu. Ia seakan mendapatkan santapan lezat.

"Aku … adalah … Asura. Jenderal besar dari kaum iblis. Kau bisa menyebutku sebagai Rakshasa yang levelnya berada di atas para kaum Rakshasa lainnya. Tingkatan kami menyamai para Dewa. Dan aku sangat berterima kasih kepadamu karena sudah menghancurkan segel batu ini." Asura memukul berkali-kali batu hitam yang sedang ia duduki.

"Asura? Maksudmu kau adalah iblis?" Arya Santanu pernah mendengar tentang kisah para iblis yang bertarung dengan para Dewa, namun ia tidak menyangka bisa bertemu dengan salah satunya.

Asura melihat ke dalam pikiran Arya Santanu. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan seorang pemuda yang diberkahi dengan cahaya Dewata. Sesuai janji dari seorang petapa sakti, bahwa bila ada seorang pemuda dengan garis keturunan seorang raja, maka ia akan membebaskan Asura dari penjara yang telah dibuat oleh para dewa.

Dan dengan kebebasannya kali ini, artinya hukuman Asura telah berakhir. Janji petapa dan para Dewa mengatakan bila Asura akan diangkat menjadi makhluk setengah dewa dan setengah iblis. Kedudukan ini akan sejajar dengan para pembantu dewa utama.

"Hei, Arya Santanu, apa yang kau inginkan? Aku bisa membuatmu menjadi sangat kaya. Aku bisa memberikanmu umur yang sangat panjang, bahkan hingga keabadian. Aku juga bisa menyembuhkan segala penyakit." Asura mulai menawarkan beberapa hal.

Arya Santanu tertegun setelah mendengar ucapan dari Asura. Pikirannya melayang dengan berbagai kemungkinan yang bisa ia dapatkan.

"Tapi … kau harus membuat perjanjian denganku. Kau harus menuruti isi perjanjian itu. Bila tidak, jiwamu akan aku makan. Dan ragamu … aku akan mengambilnya." Asura tersenyum licik.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Turyono Slamet
kok sering pakai kata 'netra mata' sich ya? tiap nemu kata itu selalu janggal......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tangan Iblis    Nyawa Yang Direnggut

    Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan sosok iblis di sebuah gua yang akan memberikannya semua hal. Namun, bayaran yang berat harus disanggupi oleh Arya Santanu. Sekali saja ia melanggar, maka nyawanya menjadi taruhan. Pikirannya berputar, ia mengambil semua kemungkinan yang terjadi bila dirinya harus membuat perjanjian dengan Asura. Namun kebutuhan yang ia miliki begitu mendesak. Arya Santanu bisa menjadi kaya raya hanya dalam waktu semalam. Ia tidak perlu berjuang untuk bertani jagung dan sayuran, atau pun mengambil beberapa tanaman obat dan jamur yang kemudian dijual dipasar. Adiknya, Raka Caraka pun bisa menempuh pendidikan yang ia inginkan di ibukota kerajaan. "Apa yang kau minta dari perjanjian itu? Jelaskan semuanya kepadaku." Arya Santanu mengambil pilihannya. Ia memilih untuk mendengarkan dahulu semua isi perjanjian itu."Aku adalah iblis yang setingkat dengan jenderal dari neraka. Suatu hari, aku dikhianati oleh para saudaraku. Mereka memilih untuk tinggal bersama para manu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Pendekar Tangan Iblis    Perjanjian Darah Dengan Sang Iblis

    Asura mencengkeram erat para bandit yang tidak membiarkan Arya Santanu berdiri. Ia membakar habis wajah dan sekujur tubuh bandit itu hingga hancur menjadi abu. Para bandit memilih untuk mundur dari tubuh Raka Caraka. Mereka semua ketakutan saat melihat sosok tinggi besar dan berperawakan sungguh mengerikan. Baru pertama kali ini, mereka melihat bentuk iblis yang sesungguhnya. Bahkan di antara mereka ada yang terjatuh ke tanah dengan mulut menganga. "Apa yang kau minta, Arya Santanu?" Asura menoleh ke arah temannya.Arya Santanu mendekap dan memeluk erat tubuh adiknya. Tangis menetes bagai rintik hujan. Ia berteriak dan terus memanggil sosok adiknya. Ia menyadari bila hidupnya telah berubah ketika Raka Caraka tewas tepat di hadapannya. Tujuan hidup yang semula untuk bahagia bersama sang adik telah berubah menjadi benih dendam yang bergejolak. Tunasnya kian tumbuh saat bisikan Asura semakin menggema di telinga Arya Santanu. Ia memiliki pilihan untuk membantai para bandit itu. "Asura,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Pendekar Tangan Iblis    Pendekar Wanita; Dewi Sari Kencana

    Hujan turun begitu deras di sekitar wilayah selatan kerajaan Nuswapala. Tidak begitu jauh dari pantai selatan, sebuah gunung api besar mengeluarkan kepulan asapnya. Gunung api tersebut dipercaya oleh para masyarakat desa Ratubumi sebagai tempat bersemayamnya sebuah pusaka milik para Dewa. Beberapa pendekar mencoba untuk menjelajahi bagian dalam gunung api, namun tidak satu pun dari mereka yang berhasil menemukan pusaka yang dimaksud. Semuanya berakhir tewas oleh penjaga yang menjaga gua di gunung api tersebut. "Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan kaki." Arya Santanu mendarat tepat di sebuah tebing berbatu dekat dengan kaki gunung api. "Kita harus mencari tempat berteduh. Aku merasakan hawa keberadaan beberapa manusia tidak jauh dari sini. Sepertinya ada desa di ujung hutan itu." Asura berbisik, ia menunjukkan keberadaan sebuah perkampungan."Baiklah, ayo ke sana." Arya Santanu berjalan menahan kesadarannya yang kian memudar. Efek samping dari penyatuan diri antara ia dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Pendekar Tangan Iblis    Serangan Kombinasi Api & Es

    Para pasukan mayat hidup mengitari area hutan yang masih lembab akibat hujan tadi. Mulai dari semak-semak, pepohonan dan area air terjun semua ditelusuri oleh mereka. Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Mereka memilih untuk diam ditempat dahulu sampai mereka pergi dari sekitar mereka berdua. Namun, jenderal pemimpin para mayat hidup itu merasakan keberadaan hawa para manusia yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada."Semuanya! Ikuti aku! Kita menuju ke desa diujung hutan!" Jenderal para mayat hidup berteriak lantang.Deru suara dari dua ribu tapak kuda bergerak membuat permukaan tanah bergetar. Mereka meninggalkan tempat persembunyian Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tanpa tahu keduanya sedang berada di sana."Mereka pergi? Tapi mau ke mana?" Dewi Sari Kencana merasa penasaran."Mereka pasti mengincar desa di ujung hutan. Warga desa itu tidak memiliki salah apa pun. Bila kita biarkan, mereka semua akan dibantai oleh para mayat hidup.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Pendekar Tangan Iblis    Serangan Iblis Ketu

    "Tuan Ketu, salam." Sang jenderal dan semua pasukannya menundukkan kepalanya. Ia terkejut saat iblis Ketu mendatangi dirinya. "Jenderal, tarik pasukanmu mundur. Berikan kami tempat luang untuk bisa mengobrol sebentar." Iblis Ketu berdiri di hadapan Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.Wujudnya masih menjadi manusia. Namun di dahi kanan hingga ke wajah bagian kanan adalah muka asli dari iblis tersebut. Ada tanduk menjulang begitu lancip di dahi sebelah kanan. Mata sebelah kanannya pun hanya terlihat berwarna merah tua saja. "Lama tidak berjumpa, Ketu, sang pengendali mayat hidup." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu. Ia menyapa saudara paling bungsu."Kak Asura, kau terlihat sehat. Apa pemuda itu adalah salah satu mangsamu?" Iblis Ketu menyindir."Lalu bagaimana denganmu? Apa pemuda yang sedang kau gunakan jasadnya itu masih layak pakai? Wajahmu terlihat jelek sekali." Asura tersenyum mengejek saudaranya.Iblis Ketu begitu gusar. Ingin sekali rasanya ia meremukkan tubuh kakaknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Pendekar Tangan Iblis    Jati Diri Yang Terkubur

    Arya Santanu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon. Ia sangat kelelahan setelah berjalan mendaki jalan setapak yang lumayan curam. Puncak gunung api masih berada jauh di atas. Hari pun hampir gelap. Dewi Sari Kencana yang menemaninya memilih untuk mencari beberapa kayu bakar dan iman di danau yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. "Seharusnya kita bisa menggunakan sayap api dan langsung mendarat tepat di pinggir kawah." Arya Santanu mengeluh."Kau kira kekuatanku itu tidak terbatas?! Aku juga butuh istirahat untuk bisa mengeluarkan sayap itu!" Asura merasa kesal."Sebenarnya, di mana letak pusaka itu? Apa ia berada di tengah kawah yang dikelilingi oleh kolam lahar?" Arya Santanu merasa penasaran."Jangan terlalu banyak berkhayal! Bagaimana mungkin pusaka itu di letakkan di tempat yang mudah terlihat, hah?!" Asura memarahi pemuda bodoh itu."Kukira dewa agak sedikit malas, jadi ia berpikir untuk meletakkannya di sembarang tempat yang mudah untuk diambil." Arya Santanu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Pendekar Tangan Iblis    Takdir Asura & Pangeran Nuswapala

    Setelah mencari keberadaan kakek tua itu, Dewi Sari Kencana dan Asura akhirnya menyerah. Tenggorokan terasa kering setelah mengitari area tepi danau yang begitu besar. Mereka berdua harus sampai beristirahat dahulu di batu besar yang berada tepat di pinggiran danau. Keduanya ingin menenggak air danau, namun tiba-tiba dari kejauhan, Arya Santanu berteriak."Hentikan! Jangan di minum!"Arya Santanu menghampiri kedua temannya dengan membawa raut wajah cemas. Napasnya tersengal-sengal karena ia harus lari dari tempat istirahatnya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa pakai lari segala?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Bila kalian meminum air danau itu, beberapa saat kemudian kalian akan mati!" Arya Santanu coba memberi ancaman yang tidak jelas."Apa? Mati?" Dewi Sari Kencana semakin bertambah bingung.Arya Santanu mengambil air danau itu menggunakan tempat minum dari bambu. Setelah menciduk air tersebut, ia langsung mengguyurnya ke atas rerumputan. Tiba-tiba, rumput tersebut layu dan gosong m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Pendekar Tangan Iblis    Di Balik Alasan Dendam Asura

    Kedatangan iblis Rahu di pergulatan mereka berempat sangat mengganggu sekali. Asura sampai mengobarkan api miliknya dan melelehkan es milik Dewi Sari Kencana yang membekukan dirinya. Ia yang tidak bisa selamanya berada di luar tubuh inangnya harus menahan amarahnya dan memilih untuk kembali ke dalam tubuh Arya Santanu. Sang kakek menatap tajam ke arah iblis Rahu. Namun saat menoleh ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana, ia tersenyum. Untuk sesaat ia berpikir bila dirinya tidak perlu ikut membantu pertarungan mereka. Akhirnya ia pun memilih untuk merebahkan diri di batu hitam besar itu. Sang kakek tua memejamkan matanya dan tidur."Aku serahkan iblis itu kepada kalian bertiga. Bila sudah selesai tolong bangunkan aku." Sang kakek mulai tertidur."Apa?! Seenaknya kau memerintah!" Tiba-tiba Asura mengambil alih tubuh dari Arya Santanu. Ia menghardik terus menerus kakek tua itu.Tiba-tiba …Iblis Rahu melancarkan serangan. Ia mengubah darahnya menjadi puluhan tombak yang ia kendalika

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28

Bab terbaru

  • Pendekar Tangan Iblis    Maharaja Nuswantara; Sang Tanpa Mahkota

    Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya

  • Pendekar Tangan Iblis    Yang Maha Kuasa Mengamuk!

    "Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j

  • Pendekar Tangan Iblis    Iblis Terkuat Penguasa Ruang & Waktu

    Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.

  • Pendekar Tangan Iblis    Kembalinya Sang Pendekar Tangan Iblis

    Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju

  • Pendekar Tangan Iblis    Amukan Iblis Baru; Arya Santanu

    Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik

  • Pendekar Tangan Iblis    Bangkitnya Sisi Gelap Arya Santanu

    "Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit

  • Pendekar Tangan Iblis    Evolusi Terkuat Milik Indrajit

    "Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera

  • Pendekar Tangan Iblis    Pertarungan Tingkat Dewa

    Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer

  • Pendekar Tangan Iblis    Kekuatan Penguasa Dimensi Peralihan

    Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u

DMCA.com Protection Status