Hujan turun begitu deras di sekitar wilayah selatan kerajaan Nuswapala. Tidak begitu jauh dari pantai selatan, sebuah gunung api besar mengeluarkan kepulan asapnya. Gunung api tersebut dipercaya oleh para masyarakat desa Ratubumi sebagai tempat bersemayamnya sebuah pusaka milik para Dewa. Beberapa pendekar mencoba untuk menjelajahi bagian dalam gunung api, namun tidak satu pun dari mereka yang berhasil menemukan pusaka yang dimaksud. Semuanya berakhir tewas oleh penjaga yang menjaga gua di gunung api tersebut.
"Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan kaki." Arya Santanu mendarat tepat di sebuah tebing berbatu dekat dengan kaki gunung api."Kita harus mencari tempat berteduh. Aku merasakan hawa keberadaan beberapa manusia tidak jauh dari sini. Sepertinya ada desa di ujung hutan itu." Asura berbisik, ia menunjukkan keberadaan sebuah perkampungan."Baiklah, ayo ke sana." Arya Santanu berjalan menahan kesadarannya yang kian memudar.Efek samping dari penyatuan diri antara ia dan iblis Asura telah menghambat tubuhnya untuk bergerak. Ia merasakan sesak pada dadanya. Kekuatan besar dari Asura seakan menindih energi ditubuhnya. Dengan berjalan sambil menopang tubuhnya menggunakan tangan yang berpegangan pada batang pohon, ia berusaha untuk tetap sadar dan menguatkan dirinya."Asura, energiku seperti habis seketika, ada apa ini?" Arya Santanu merasa penasaran dan bingung."Itu karena aku yang mendominasi tubuhmu. Energiku seakan mendorong energi milikmu untuk keluar. Bisa dibilang, jiwamu dalam bahaya bila terus berlangsung proses tarik menarik energi antara kita." Asura keluar sebentar dari tubuh Arya Santanu.Ia mengambil wujud seekor burung merpati yang terbentuk dari api merah yang menyala. Dibawah pohon besar nan rindang, Arya Santanu mulai terjatuh dan berusaha bersandar ke batang pohon tersebut. Ia tidak mengira bila konsekuensi menggunakan kekuatan iblis begitu menakutkan."Asura … tolong …."Arya Santanu hanya bisa melihat rintik hujan jatuh di antara dedaunan dan permukaan tanah. Matanya mulai sayup, pikirannya mulai melayang jauh ke tempat lain. Ia berusaha menahannya. Namun sayangnya, ia tidak mampu. Arya Santanu tidak sadarkan diri."Arya Santanu! Arya?!"Asura berusaha menolongnya, namun ia tidak bisa mengambil wujud yang lebih besar seperti macan, singa, manusia atau yang lainnya. Di saat dirinya telah menyatu dengan tubuh seorang manusia, maka tubuh manusia tersebut akan menjadi inangnya. Bila inangnya mati, maka Asura juga akan mati. Resiko yang begitu berat bagi Asura, namun bila tidak seperti itu, maka ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya.Di bawah guyuran hujan yang lebat, seorang wanita membuka jalan dengan membelah semak-semak tinggi hingga mencapai tempat Arya Santanu berada. Dewi Sari Kencana, itulah namanya, seorang pendekar wanita dari negeri seberang menemukan Arya Santanu tergeletak tidak sadarkan diri dengan posisi duduk tertunduk di bawah pohon besar. Ia segera menghampiri pria muda asing itu dan berusaha memeriksa denyut nadi dan kesadarannya. Dewi Sari Kencana dikenal juga sebagai ahli dalam pengobatan dan menjadi seorang peracik tanaman obat herbal yang sangat manjur."Ia kehabisan energi. Tubuhnya begitu dingin, darah yang mengalir juga terlalu lambat. Ini gawat!" Dewi Sari Kencana segera memusatkan energinya. Ia menyalurkan energi miliknya ke tubuh Arya Santanu dengan meletakkan kedua telapak tangannya di dada Arya Santanu.Perlahan energi murni milik Dewi Sari Kencana mulai merasuk dan menyebar di sekujur tubuh Arya Santanu. Namun, saat ia masuk lebih dalam menuju ke alam bawah sadar Arya Santanu, Dewi Sari Kencana terkejut akan satu sosok yang sedang duduk di atas sebuah singgasana dengan pondasi tulang belulang tengkorak manusia. Energi, aura dan wujud dari tempat alam bawah sadar Arya Santanu pun di dominasi oleh warna merah tua. Genangan darah pun tersebar di permukaan lantai yang diinjak oleh Dewi Sari Kencana. Kobaran api merah juga mengapit ruangan itu."Siapa kau?" tanya Dewi Sari Kencana."Tidakkah kau tahu dari energi yang kau rasakan?" Asura merubah wujudnya sama persis dengan Arya Santanu, namun di dahinya terdapat dua tanduk yang menjulang ke atas."Apa yang kau lakukan di tubuh pria muda ini, iblis?!" Dewi Sari Kencana menebak dengan perasaannya.Ia sudah menduga sejak awal saat pertama kali mengalirkan energi ke tubuh Arya Santanu. Sosok yang begitu kelam dan gelap menusuk jiwanya. Aroma dari amis dan batu bara yang dibakar begitu menyengat dari tubuh Arya Santanu."Aku adalah Asura. Salah satu jenderal iblis yang baru saja mendapatkan kebebasannya. Seratus tahun lamanya dikurung dalam penjara batu oleh para dewa membuatku ingin sekali membakar para iblis yang mengurungku." Asura meringis."Jenderal iblis? Apa kau salah satu dari teman Maghanada Indrajit? Atau pemilikmu adalah raja Kala Karna?" Dewi Sari Kencana harus memastikan sesuatu."Apa yang kau tahu tentang mereka?" Asura bertanya."Mereka adalah penjajah! Berani sekali memporak-porandakan negeri Nuswapala dengan mengatasnamakan kekuasaan! Raja Kala Karna telah menghabisi beberapa kerajaan kecil di Nuswapala, hingga beberapa masyarakat dan anggota kerajaan yang disingkirkan mengungsi ke Swarnadwipa. Aku tidak akan memaafkan dirinya dan semua teman iblisnya!" Dewi Sari Kencana mengepal erat tangan kanannya. Raut wajah gusar penuh akan dendam terpancar jelas dari dirinya."Maghanada Indrajit bukanlah iblis biasa. Ia memiliki julukan sebagai sang dewa perang. Bila kau berpikir bisa menghabisinya dengan mudah, kau salah besar. Untuk bisa mengalahkannya, kita perlu menghabisi dua belas saudaranya dahulu. Tanpa para saudaranya, ia begitu lemah! Setelah itu, aku akan meremukkan kepalanya!" Asura tersulut. Emosinya naik dan membuatnya membayangkan kematian Maghanada Indrajit.Asura menjelaskan tentang perjanjian dirinya dengan Arya Santanu. Ia menceritakan apa yang terjadi dengan Raka Caraka, adik dari Arya Santanu yang tewas akibat para pasukan kerajaan yang membawa bendera iblis. Arya Santanu meminta bantuan Asura untuk menjadi lebih kuat dan menyetujuinya, akhirnya ia berada di tubuh sang pria muda itu dan bersatu dengannya. Mendengar hal tersebut, Dewi Sari Kencana merasa nasib dirinya dan Arya Santanu sama. Ia adalah seorang putri dari kerajaan kecil yang telah diruntuhkan oleh Kala Karna. Kedua orang tuanya berada di Swarnadwipa, meminta perlindungan kepada raja di sana."Aku paham. Artinya, kalian berdua ingin memburu dan membunuh ketiga belas iblis itu, bukan?" Dewi Sari Kencana menatap tajam Asura."Benar sekali. Targetku adalah kematian mereka. Dan bila kau perlu bonus lainnya, aku bisa memberikanmu kepala dari raja Kala Karna. Ia hanyalah wadah. Yang sebenarnya memimpin Nuswapala adalah Maghanada Indrajit." Asura tersenyum."Kalau begitu, kita bisa bekerja sama. Kau, aku dan Arya Santanu akan memburu mereka semua. Dan sebelum mereka semua binasa, aku tidak akan kembali ke Swarnadwipa!" Dewi Sari Kencana tanpa sadar mengucapkan sumpah.Tidak lama berselang, kesadaran Arya Santanu kembali. Kedua matanya mulai terbuka, meski belum sempurna, tapi Arya Santanu merasakan ada seseorang di depannya. Sekilas ia melihat sosok wanita cantik dengan tusuk rambut yang indah menyanggul rambut hitam nan panjang."Siapa kau?" Arya Santanu berusaha membenarkan posisi duduknya."Kau sudah sadar?" tanya Dewi Sari Kencana."Tentu. Lalu, siapa kau? Apa kau yang menolongku?" Arya Santanu mendengar bisikan dari Asura."Ia akan membantu kita. Tapi ada satu masalah yang datang. Aku merasakan ada beberapa pasukan besar menuju ke arah kita. Pasukan berkuda yang jumlahnya begitu banyak. Lari kuda mereka seperti sedang dilecuti oleh amarah tuannya. Mereka bukan manusia atau pun iblis. Aku merasakannya, tidak ada jiwa yang terbaring di tubuh mereka." Asura masih menebak pasukan apa yang sedang menuju ke arah mereka.Arya Santanu segera mencoba untuk bangkit berdiri. Ia menopang berat tubuh dengan berpegangan pada batang pohon. Dewi Sari Kencana pun membantunya. Hujan yang tadinya deras pun kian mereda. Arya Santanu yang tidak memiliki dasar bela diri untuk merasakan kehadiran energi dari pendekar atau makhluk lain tidak mengetahui jarak dirinya dan para pasukan berkuda itu. Ia memilih untuk menarik tangan Dewi Sari Kencana dan pergi bersamanya menyusuri hutan lebat."Apa yang kau lakukan? Kenapa kita lari?" tanya Dewi Sari Kencana."Ada pasukan berkuda dengan jumlah yang sangat besar sedang menuju ke sini. Kita harus mencari tempat untuk bersembunyi. Kemungkinan mereka akan menuju ke desa di ujung hutan." Arya Santanu berlari menembus semak-semak tinggi bersama dengan wanita asing yang baru saja ia lihat."Pasukan berkuda? Apa mereka dari kerajaan Nuswapala?" Dewi Sari Kencana coba menyimpulkan."Bukan, Asura mengatakan bila mereka tidak memiliki jiwa. Mereka bukan makhluk hidup, tapi bukan iblis juga. Aku khawatir bila mereka adalah pasukan besar yang sangat terkenal itu. Kau pernah dengar tentang pasukan mayat hidup dekat dengan gunung Kulon?" Arya Santanu berhenti dan langsung bersembunyi di balik pohon. Ia mendekap tubuh Dewi Sari Kencana dan menyuruhnya diam.Para penunggang kuda lewat tepat dibalik pohon tempat mereka bersembunyi. Suara gemuruh dari puluhan langkah kuda yang menghantam tanah memecah keheningan hutan."Me-mereka adalah mayat hidup?!" Dewi Sari Kencana terkejut."Aku merasakan ada energi iblis yang tertinggal di sekitar hutan ini. Cari dan pastikan bila ia ada di sini! Cepat!" Jenderal besar mayat hidup berteriak dan memerintahkan pasukannya untuk menelusuri sudut-sudut hutan.Para pasukan mayat hidup mengitari area hutan yang masih lembab akibat hujan tadi. Mulai dari semak-semak, pepohonan dan area air terjun semua ditelusuri oleh mereka. Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Mereka memilih untuk diam ditempat dahulu sampai mereka pergi dari sekitar mereka berdua. Namun, jenderal pemimpin para mayat hidup itu merasakan keberadaan hawa para manusia yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada."Semuanya! Ikuti aku! Kita menuju ke desa diujung hutan!" Jenderal para mayat hidup berteriak lantang.Deru suara dari dua ribu tapak kuda bergerak membuat permukaan tanah bergetar. Mereka meninggalkan tempat persembunyian Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tanpa tahu keduanya sedang berada di sana."Mereka pergi? Tapi mau ke mana?" Dewi Sari Kencana merasa penasaran."Mereka pasti mengincar desa di ujung hutan. Warga desa itu tidak memiliki salah apa pun. Bila kita biarkan, mereka semua akan dibantai oleh para mayat hidup.
"Tuan Ketu, salam." Sang jenderal dan semua pasukannya menundukkan kepalanya. Ia terkejut saat iblis Ketu mendatangi dirinya. "Jenderal, tarik pasukanmu mundur. Berikan kami tempat luang untuk bisa mengobrol sebentar." Iblis Ketu berdiri di hadapan Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.Wujudnya masih menjadi manusia. Namun di dahi kanan hingga ke wajah bagian kanan adalah muka asli dari iblis tersebut. Ada tanduk menjulang begitu lancip di dahi sebelah kanan. Mata sebelah kanannya pun hanya terlihat berwarna merah tua saja. "Lama tidak berjumpa, Ketu, sang pengendali mayat hidup." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu. Ia menyapa saudara paling bungsu."Kak Asura, kau terlihat sehat. Apa pemuda itu adalah salah satu mangsamu?" Iblis Ketu menyindir."Lalu bagaimana denganmu? Apa pemuda yang sedang kau gunakan jasadnya itu masih layak pakai? Wajahmu terlihat jelek sekali." Asura tersenyum mengejek saudaranya.Iblis Ketu begitu gusar. Ingin sekali rasanya ia meremukkan tubuh kakaknya
Arya Santanu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon. Ia sangat kelelahan setelah berjalan mendaki jalan setapak yang lumayan curam. Puncak gunung api masih berada jauh di atas. Hari pun hampir gelap. Dewi Sari Kencana yang menemaninya memilih untuk mencari beberapa kayu bakar dan iman di danau yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. "Seharusnya kita bisa menggunakan sayap api dan langsung mendarat tepat di pinggir kawah." Arya Santanu mengeluh."Kau kira kekuatanku itu tidak terbatas?! Aku juga butuh istirahat untuk bisa mengeluarkan sayap itu!" Asura merasa kesal."Sebenarnya, di mana letak pusaka itu? Apa ia berada di tengah kawah yang dikelilingi oleh kolam lahar?" Arya Santanu merasa penasaran."Jangan terlalu banyak berkhayal! Bagaimana mungkin pusaka itu di letakkan di tempat yang mudah terlihat, hah?!" Asura memarahi pemuda bodoh itu."Kukira dewa agak sedikit malas, jadi ia berpikir untuk meletakkannya di sembarang tempat yang mudah untuk diambil." Arya Santanu
Setelah mencari keberadaan kakek tua itu, Dewi Sari Kencana dan Asura akhirnya menyerah. Tenggorokan terasa kering setelah mengitari area tepi danau yang begitu besar. Mereka berdua harus sampai beristirahat dahulu di batu besar yang berada tepat di pinggiran danau. Keduanya ingin menenggak air danau, namun tiba-tiba dari kejauhan, Arya Santanu berteriak."Hentikan! Jangan di minum!"Arya Santanu menghampiri kedua temannya dengan membawa raut wajah cemas. Napasnya tersengal-sengal karena ia harus lari dari tempat istirahatnya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa pakai lari segala?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Bila kalian meminum air danau itu, beberapa saat kemudian kalian akan mati!" Arya Santanu coba memberi ancaman yang tidak jelas."Apa? Mati?" Dewi Sari Kencana semakin bertambah bingung.Arya Santanu mengambil air danau itu menggunakan tempat minum dari bambu. Setelah menciduk air tersebut, ia langsung mengguyurnya ke atas rerumputan. Tiba-tiba, rumput tersebut layu dan gosong m
Kedatangan iblis Rahu di pergulatan mereka berempat sangat mengganggu sekali. Asura sampai mengobarkan api miliknya dan melelehkan es milik Dewi Sari Kencana yang membekukan dirinya. Ia yang tidak bisa selamanya berada di luar tubuh inangnya harus menahan amarahnya dan memilih untuk kembali ke dalam tubuh Arya Santanu. Sang kakek menatap tajam ke arah iblis Rahu. Namun saat menoleh ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana, ia tersenyum. Untuk sesaat ia berpikir bila dirinya tidak perlu ikut membantu pertarungan mereka. Akhirnya ia pun memilih untuk merebahkan diri di batu hitam besar itu. Sang kakek tua memejamkan matanya dan tidur."Aku serahkan iblis itu kepada kalian bertiga. Bila sudah selesai tolong bangunkan aku." Sang kakek mulai tertidur."Apa?! Seenaknya kau memerintah!" Tiba-tiba Asura mengambil alih tubuh dari Arya Santanu. Ia menghardik terus menerus kakek tua itu.Tiba-tiba …Iblis Rahu melancarkan serangan. Ia mengubah darahnya menjadi puluhan tombak yang ia kendalika
Iblis Rahu Ketu mengubah kembali wujudnya. Tubuhnya menjadi lebih besar dan tinggi dari sebelumnya. Kedua sayap dari darah mengembang lebar. Rupa dari Rahu Ketu pun menjadi rupa iblis sepenuhnya. Kulit merah, taring panjang, dia tanduk menjulang, mata melotot besar dan embusan napas yang begitu besar. Otot kekar pun terlihat jelas dari lekukan tubuh Rahu Ketu. Ia hanya tersenyum ke arah Arya Santanu. "Bentuk kedua, 'kah?" Arya Santanu menyelimuti kedua tangannya dengan tangan iblis."Aku akan membunuhmu dan si bodoh Asura!" Rahu Ketu terbang melesak ke langit. Ia mengepakkan sayapnya ke arah depan belakang. Sekali kepak, keluar sebuah pasak sekecil jarum yang terbuat dari arah. Seluruh pasak itu melesak cepat bagaikan hujan menuju ke arah Arya Santanu. Melihat hal itu, Arya Santanu menggunakan dua kaki iblis dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Kelincahan si petani itu sangatlah luar biasa. Ia bisa menghindari serangan beruntun dari ribuan pasak kecil yang melesak ke arahnya. Sese
"Itu batu berbentuk bola raksasa. Namun kenapa bisa melayang seperti itu?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Batu itu adalah penjara dari pusaka Gunung api." Ki Janggan Nayantaka memilih untuk duduk di tepian. Ia tidak ingin mendekati kolam lahar."Hei, kakek tua! Kenapa kau malah duduk di situ?! Cepat suruh batu itu untuk kemari!" Asura keluar dari tubuh Arya Santanu dan berubah menjadi seekor burung kakak tua berwarna merah api. "Itu punyamu. Kau saja yang ambil. Kakek tua itu malah mengupil dan bersantai.Asura merasa sangat kesal. Ia menggerutu dan mencaci-maki Petapa tua itu. Untungnya Arya Santanu langsung menggenggam kedua sayap Asura agar ia tidak mendekati Ki Janggan Nayantaka. Dewi Sari Kencana mencoba mendekati kolam lahar. Ia menghitung ketinggian dari batu tersebut dari permukaan kolam lahar. Segera setelah selesai menghitung, ia menarik pedang teratai es miliknya dan menciptakan sebuah pijakan dari es yang membeku di udara. Dengan cepat ia loncat secara berurutan ke s
"Maaf menyela!" Arya Santanu dan Asura telah bersatu kembali. Kali ini Asura yang memegang kendali atas tubuh dari Arya Santanu. Ia bergerak cepat dengan menggunakan sepatu iblis api dan berhasil berdiri menghalangi kobaran api dari sang manusia api. Asura mengendalikan kobaran api itu untuk tidak membakar Dewi Sari Kencana yang berada tepat di belakangnya."Arya Santanu?!" Dewi Sari Kencana terkejut dengan kehadiran si bocah petani."Bantu aku!" Asura berteriak keras. Ia mendobrak kobaran api dan melesak maju ke arah manusia api. Tinju mentah ia layangkan dua kali hingga membuat manusia api terlempar jauh. Kedua lengannya telah diselimuti oleh tangan iblis api. Netra mata dari Arya Santanu pun berubah menjadi merah darah. Dua gigi taring juga menyeruak menunjukkan tajinya."Aku mengerti!" Dewi Sari Kencana menggenggam erat pedangnya. Ia berselancar menggunakan sepatu es dan membentuk jalur es di udara untuk mendekati Manusia Api. "Teknik pedang es; tebasan badai es!"Angin kencan
Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j
Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.
Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u