"Tuan Ketu, salam." Sang jenderal dan semua pasukannya menundukkan kepalanya. Ia terkejut saat iblis Ketu mendatangi dirinya.
"Jenderal, tarik pasukanmu mundur. Berikan kami tempat luang untuk bisa mengobrol sebentar." Iblis Ketu berdiri di hadapan Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.Wujudnya masih menjadi manusia. Namun di dahi kanan hingga ke wajah bagian kanan adalah muka asli dari iblis tersebut. Ada tanduk menjulang begitu lancip di dahi sebelah kanan. Mata sebelah kanannya pun hanya terlihat berwarna merah tua saja."Lama tidak berjumpa, Ketu, sang pengendali mayat hidup." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu. Ia menyapa saudara paling bungsu."Kak Asura, kau terlihat sehat. Apa pemuda itu adalah salah satu mangsamu?" Iblis Ketu menyindir."Lalu bagaimana denganmu? Apa pemuda yang sedang kau gunakan jasadnya itu masih layak pakai? Wajahmu terlihat jelek sekali." Asura tersenyum mengejek saudaranya.Iblis Ketu begitu gusar. Ingin sekali rasanya ia meremukkan tubuh kakaknya. Sambil menarik napas panjang, ia menyemburkan sebuah darah yang sangat banyak ke arah depan. Semburan tersebut terus mengalir, darah berwarna merah tua tersebut menggenang di atas permukaan tanah."Teknik pemanggil, bangkitlah Yaksa! Daksa!"Iblis Ketu memanggil dua makhluk yang terlahir dari darah yang ia muntahkan. Perlahan darah itu berkumpul dan membentuk gumpalan besar. Dari gumpalan tersebut terbentuk dua tubuh besar kekar setinggi hampir tiga meter."Sambutlah … dua pengawal pribadiku. Kau tidak menyapa mereka berdua, kakak?" Iblis Ketu meringis."Yaksa dan Daksa. Dua iblis idiot yang tidak memiliki otak!" Asura mulai waspada."Mereka lebih terlihat seperti Buto dari pada iblis." Dewi Sari Kencana bersiap dengan pedangnya.Yaksa memiliki dua tanduk di kepalanya. Seluruh tubuhnya berwarna hijau muda keputihan dengan rambut gondrong lebat. Kedua matanya ditutup oleh sebuah cadar kain berwarna hitam.Sedangkan Daksa hanya memiliki satu buah tanduk di atas dahinya. Ia botak, hanya memiliki satu mata dan berwarna biru tua. Kedua tubuh iblis itu sangatlah kekar. Masing-masing dari mereka membawa senjata."Gada dan kapak, sangat primitif sekali. Namun kita harus berhati-hati. Mereka berdua dikendalikan penuh oleh iblis Ketu." Asura mulai mengubah tangan kanan Arya Santanu menjadi tangan iblis."Aku lawan yang botak, kau … lawan si gondrong." Dewi Sari Kencana menghela napas yang berubah menjadi uap es."Cih, jangan seenaknya memilih! Tapi-,"Tiba-tiba iblis gondrong menyerang dan mengayunkan kapak miliknya. Ia menyerang Asura yang mendiami tubuh Arya Santanu.BUUUAK!!Kapak besi besar menghantam permukaan tanah. Untungnya Asura bisa menghindari serangan kapak tersebut. Ia melompat menjauh dari sang iblis."Hei, bodoh! Itu berbahaya!" Asura begitu kesal saat melihat iblis Ketu tertawa di belakang kedua iblis boneka yang ia panggil.Iblis berkepala botak langsung mengejar Dewi Sari Kencana. Ia mengayunkan gada besar berduri ke arah pendekar wanita tersebut. Berkali-kali ia ayunkan, namun Dewi Sari Kencana bisa menghindari serangan itu dengan mudah. Tanpa basa-basi, Dewi Sari Kencana langsung menggunakan pedang teratai es miliknya."Teknik es, tarian pedang es!"Dewi Sari Kencana menggerakkan tubuhnya layaknya seorang penari. Ia menghindari serangan iblis botak dan sekaligus menyerangnya dengan menebas berkali-kali tubuh si iblis botak tersebut. Setiap tebasan pedang teratai es yang mengenai tubuh si iblis, bagian tubuh tersebut membeku hingga menjalar ke bagian organ dalam.AAAAAARRRHHHH!!!Iblis botak berteriak keras. Ia tidak bisa menahan tubuhnya untuk berdiri lagi. Bagian tubuh ke bawah telah membeku sepenuhnya. Akhirnya iblis botak pun jatuh tersungkur ke tanah.SLAAASH!!!Dewi Sari Kencana langsung mengayunkan pedang teratai es miliknya. Ia menebas leher dari iblis botak. Teknik pembeku dari pedang teratai es telah membekukan tubuh iblis botak dan membuatnya pecah berkeping-keping menjadi bongkahan es kecil."Hei, Asura! Cepat selesaikan pekerjaanmu!" Dewi Sari Kencana berteriak ke arah Arya Santanu."Diam kau! Aku sedang kesulitan di sini! Jangkauan kapaknya begitu luas! Aku harus bergerak lebih cepat lagi!" Asura langsung mengubah kedua kaki Arya Santanu menjadi kaki iblis yang memancarkan api merah.Ia bergerak cepat dengan menendang udara dan menghindari serangan dari kapak iblis gondrong. Asura langsung berada di belakang iblis gondrong. Ia segera mengayunkan tinju tangan iblis miliknya.BUUUAK!!Tinju tersebut melesak masuk dan menembus punggung dari iblis gondrong tersebut."Teknik api merah. Bakarlah!"Api merah berkobar dengan besarnya. Tubuh dari iblis gondrong terbakar secara menyeluruh.AAAAAARRRHHHH!!!Teriakannya menggema ke seluruh penjuru hutan.Asura langsung menarik kembali tangannya dan mundur menjauh. Sang iblis gondrong ternyata meronta kesakitan. Tubuhnya perlahan hancur menjadi abu dan tersungkur ke permukaan tanah. Dalam hitungan sepersekian detik, iblis tersebut telah menjadi kumpulan abu hitam."Menarik sekali. Satu iblis dan satu pengkhianat kerajaan. Kalian berdua adalah pasangan yang serasi. Namun, aku baru saja ingin memulainya!" Iblis Ketu bergerak cepat.Ia menyerang Dewi Sari Kencana dengan menghunuskan pedang yang terbuat dari darah. Iblis Ketu menggunakan darah miliknya untuk membuat tentakel berjumlah empat di belakang punggungnya. Ia menyerang sang wanita itu dengan tentakel tersebut.Namun, Dewi Sari Kencana bisa menghadang serangan itu dengan membuat perisai kristal es yang mengitari tubuhnya. Dewi Sari Kencana langsung menusukkan pedangnya ke dalam tanah. Dengan kekuatan pedangnya, badai es berputar di sekitar dirinya. Iblis Ketu yang telah terpaksa menyerang dan tidak bisa pergi dari cengkeraman kristal es milik Dewi Sari Kencana hanya bisa berpasrah diri."Teknik badai es, pembeku jiwa!"Dewi Sari Kencana membekukan sepenuhnya tubuh dari iblis Ketu hingga membekukan jiwanya. Dengan begini, nyawa dari iblis Ketu sudah dipastikan tewas."Apa ia sudah mati?" Asura mendekat dan mengetuk wajah iblis Ketu yang telah menjadi es batu.Dewi Sari Kencana langsung memecahkan perisai kristal es dan kuat dari sana. Ia malah menjitak kepala Asura yang mempermainkan musuh yang telah tidak berdaya."Tuan Ketu!" Sang jenderal mayat hidup terkejut. Ia tidak mengira bila majikannya bisa dengan mudah dikalahkan."Iblis Ketu hanyalah bocah pemain darah. Ia tidak lebih dari pecundang belaka." Asura tidak segan untuk membakar dan mengubah es tersebut menjadi abu dan uap air."Kurang ajar! Berani sekali kau memusnahkan tuan Ketu!" Jenderal mayat hidup mulai kesal. Ia memerintahkan pasukan mayat hidup yang tersisa untuk menyerang.Asura yang telah berhasil memusnahkan iblis Ketu langsung mengerahkan kedua tangannya yang telah berubah menjadi tangan iblis."Arya Santanu, sekarang giliranmu." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu."Mari kita bakar semua mayat hidup ini." Kedua tangan Arya Santanu berkobar. Api merah menyelimuti kedua tangannya."Kau bakar para prajurit mayat hidup, aku yang akan memenggal kepala sang jenderal." Dewi Sari Kencana maju menyerang.Para prajurit mayat hidup mengarah ke Arya Santanu. Mereka mengayunkan pedang, tombak dan gada. Dengan bantuan teknik bela diri dari Asura, Arya Santanu yang pemuda petani biasa mampu bergerak lincah dan mulai membakar para mayat hidup itu satu per satu.Ia meninju, menebas dan menusuk tubuh para mayat hidup menggunakan kedua tangannya secara bergantian."Cepat selesaikan!" Arya Santanu berteriak ke arah Dewi Sari Kencana."Teknik pedang es, tebasan angin dingin!"Dewi Sari Kencana mengayunkan pedang teratai es miliknya. Energi tipis seperti angin melesak menebas leher dari jenderal mayat hidup. Ia langsung jatuh tergeletak di tanah."Aku selesai!" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah belakang.Arya Santanu sedang mencekik satu mayat hidup. Ia bertanya soal siapa yang menyarankan penyerangan terhadap dirinya. Asura yang berada di dalam tubuh Arya Santanu tidak percaya begitu saja bila hanya iblis Ketu yang menjadi dalang dari penyerangan terhadap Arya Santanu."Katakan! Apa ada iblis lain yang memerintahkan penyerangan ini?" Cepat jawab!" Arya Santanu mencengkeram erat leher dari mayat hidup itu."Ra-Rahu … tu-tuan Rahu …."Mayat hidup itu menyebutkan satu nama yang diingat oleh Asura. Setelah memadamkan api yang menyelimuti tangannya saat mencekik mayat hidup itu, Arya Santanu kembali mengobarkan tangan iblis miliknya. Seketika mayat hidup yang tercekik terbakar menjadi abu."Siapa Rahu?" Dewi Sari Kencana menghampiri Arya Santanu."Asura bilang, ia adalah saudara kembar dari iblis Ketu. Kemungkinan besar, ia bersembunyi di suatu tempat. Asura mengatakan bila kita harus berhati-hati. Ia bisa saja muncul dan menyerang kita." Arya Santanu memadamkan kedua tangan iblisnya.Bau seperti aspal terbakar menyengat ke seluruh penjuru desa Ratubumi. Sisa dari abu para mayat hidup telah menghasilkan aroma yang tidak kalah dengan bau saat mayat hidup itu hidup. Kepala desa dari Ratubumi pun menghampiri Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana. Ia menunduk untuk berterima kasih."Hentikan, tolong jangan menunduk seperti itu." Arya Santanu merasa tidak enak."Kami, warga desa Ratubumi hanya bisa melakukan hal ini saja untuk berterima kasih. Seandainya kami bisa membantu kalian berdua lebih banyak, pasti akan kami lakukan." Kepala desa begitu malu. Ia tidak punya emas atau pun makanan berlimpah yang bisa dibagi kepada Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana."Kau masih bisa membantu kami. Apakah kau tahu tentang pusaka dewa yang bersemayam di gunung api itu?" Arya Santanu bertanya.Kepala desa langsung menegakkan kepalanya. Ia terkejut. Kepala desa tidak mengira bila Arya Santanu akan berbicara tentang pusaka itu. Namun, tanggapan dari raut wajah sang kepala desa itu membuat Dewi Sari Kencana merasa bingung dan ragu. Kepala desa menggelengkan kepalanya."Maaf, saya tidak tahu menahu tentang pusaka dewa yang kalian maksud. Maaf …." Kepala desa langsung balik badan dan pamit.Para warga desa yang berkumpul pun langsung membubarkan diri sambil melirik tajam ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana. Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Apa kau merasa bila kepala desa baru saja berbohong?" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah Arya Santanu."Aku juga merasakan hal itu. Tapi pasti ada alasan kenapa ia berbohong. Yang pasti, kita harus melanjutkan perjalanan ke atas puncak gunung api." Arya Santanu akhirnya memilih untuk tidak menghiraukan ucapan kepala desa. Ia tetap pada keyakinannya.Keduanya melanjutkan perjalanan menuju ke puncak gunung api. Mereka memutari desa, melewati hutan lebat dan terus berjalan menuju ke jalan setapak yang menanjak.Di lain tempat, iblis Rahu yang menguasai darah seperti adiknya, iblis Ketu, baru saja mendapat kabar dari burung miliknya. Burung tersebut berasal dari darah miliknya."Jadi, mereka menuju ke gunung api. Asura, kau benar-benar ingin mengambil pusaka dewa itu rupanya." Iblis Rahu menyelimuti dirinya dengan jubah zirah yang terbuat dari darah. Ia menumbuhkan dua sayap kelelawar besar dipunggung dan terbang melesak ke arah puncak gunung api.Arya Santanu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon. Ia sangat kelelahan setelah berjalan mendaki jalan setapak yang lumayan curam. Puncak gunung api masih berada jauh di atas. Hari pun hampir gelap. Dewi Sari Kencana yang menemaninya memilih untuk mencari beberapa kayu bakar dan iman di danau yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. "Seharusnya kita bisa menggunakan sayap api dan langsung mendarat tepat di pinggir kawah." Arya Santanu mengeluh."Kau kira kekuatanku itu tidak terbatas?! Aku juga butuh istirahat untuk bisa mengeluarkan sayap itu!" Asura merasa kesal."Sebenarnya, di mana letak pusaka itu? Apa ia berada di tengah kawah yang dikelilingi oleh kolam lahar?" Arya Santanu merasa penasaran."Jangan terlalu banyak berkhayal! Bagaimana mungkin pusaka itu di letakkan di tempat yang mudah terlihat, hah?!" Asura memarahi pemuda bodoh itu."Kukira dewa agak sedikit malas, jadi ia berpikir untuk meletakkannya di sembarang tempat yang mudah untuk diambil." Arya Santanu
Setelah mencari keberadaan kakek tua itu, Dewi Sari Kencana dan Asura akhirnya menyerah. Tenggorokan terasa kering setelah mengitari area tepi danau yang begitu besar. Mereka berdua harus sampai beristirahat dahulu di batu besar yang berada tepat di pinggiran danau. Keduanya ingin menenggak air danau, namun tiba-tiba dari kejauhan, Arya Santanu berteriak."Hentikan! Jangan di minum!"Arya Santanu menghampiri kedua temannya dengan membawa raut wajah cemas. Napasnya tersengal-sengal karena ia harus lari dari tempat istirahatnya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa pakai lari segala?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Bila kalian meminum air danau itu, beberapa saat kemudian kalian akan mati!" Arya Santanu coba memberi ancaman yang tidak jelas."Apa? Mati?" Dewi Sari Kencana semakin bertambah bingung.Arya Santanu mengambil air danau itu menggunakan tempat minum dari bambu. Setelah menciduk air tersebut, ia langsung mengguyurnya ke atas rerumputan. Tiba-tiba, rumput tersebut layu dan gosong m
Kedatangan iblis Rahu di pergulatan mereka berempat sangat mengganggu sekali. Asura sampai mengobarkan api miliknya dan melelehkan es milik Dewi Sari Kencana yang membekukan dirinya. Ia yang tidak bisa selamanya berada di luar tubuh inangnya harus menahan amarahnya dan memilih untuk kembali ke dalam tubuh Arya Santanu. Sang kakek menatap tajam ke arah iblis Rahu. Namun saat menoleh ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana, ia tersenyum. Untuk sesaat ia berpikir bila dirinya tidak perlu ikut membantu pertarungan mereka. Akhirnya ia pun memilih untuk merebahkan diri di batu hitam besar itu. Sang kakek tua memejamkan matanya dan tidur."Aku serahkan iblis itu kepada kalian bertiga. Bila sudah selesai tolong bangunkan aku." Sang kakek mulai tertidur."Apa?! Seenaknya kau memerintah!" Tiba-tiba Asura mengambil alih tubuh dari Arya Santanu. Ia menghardik terus menerus kakek tua itu.Tiba-tiba …Iblis Rahu melancarkan serangan. Ia mengubah darahnya menjadi puluhan tombak yang ia kendalika
Iblis Rahu Ketu mengubah kembali wujudnya. Tubuhnya menjadi lebih besar dan tinggi dari sebelumnya. Kedua sayap dari darah mengembang lebar. Rupa dari Rahu Ketu pun menjadi rupa iblis sepenuhnya. Kulit merah, taring panjang, dia tanduk menjulang, mata melotot besar dan embusan napas yang begitu besar. Otot kekar pun terlihat jelas dari lekukan tubuh Rahu Ketu. Ia hanya tersenyum ke arah Arya Santanu. "Bentuk kedua, 'kah?" Arya Santanu menyelimuti kedua tangannya dengan tangan iblis."Aku akan membunuhmu dan si bodoh Asura!" Rahu Ketu terbang melesak ke langit. Ia mengepakkan sayapnya ke arah depan belakang. Sekali kepak, keluar sebuah pasak sekecil jarum yang terbuat dari arah. Seluruh pasak itu melesak cepat bagaikan hujan menuju ke arah Arya Santanu. Melihat hal itu, Arya Santanu menggunakan dua kaki iblis dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Kelincahan si petani itu sangatlah luar biasa. Ia bisa menghindari serangan beruntun dari ribuan pasak kecil yang melesak ke arahnya. Sese
"Itu batu berbentuk bola raksasa. Namun kenapa bisa melayang seperti itu?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Batu itu adalah penjara dari pusaka Gunung api." Ki Janggan Nayantaka memilih untuk duduk di tepian. Ia tidak ingin mendekati kolam lahar."Hei, kakek tua! Kenapa kau malah duduk di situ?! Cepat suruh batu itu untuk kemari!" Asura keluar dari tubuh Arya Santanu dan berubah menjadi seekor burung kakak tua berwarna merah api. "Itu punyamu. Kau saja yang ambil. Kakek tua itu malah mengupil dan bersantai.Asura merasa sangat kesal. Ia menggerutu dan mencaci-maki Petapa tua itu. Untungnya Arya Santanu langsung menggenggam kedua sayap Asura agar ia tidak mendekati Ki Janggan Nayantaka. Dewi Sari Kencana mencoba mendekati kolam lahar. Ia menghitung ketinggian dari batu tersebut dari permukaan kolam lahar. Segera setelah selesai menghitung, ia menarik pedang teratai es miliknya dan menciptakan sebuah pijakan dari es yang membeku di udara. Dengan cepat ia loncat secara berurutan ke s
"Maaf menyela!" Arya Santanu dan Asura telah bersatu kembali. Kali ini Asura yang memegang kendali atas tubuh dari Arya Santanu. Ia bergerak cepat dengan menggunakan sepatu iblis api dan berhasil berdiri menghalangi kobaran api dari sang manusia api. Asura mengendalikan kobaran api itu untuk tidak membakar Dewi Sari Kencana yang berada tepat di belakangnya."Arya Santanu?!" Dewi Sari Kencana terkejut dengan kehadiran si bocah petani."Bantu aku!" Asura berteriak keras. Ia mendobrak kobaran api dan melesak maju ke arah manusia api. Tinju mentah ia layangkan dua kali hingga membuat manusia api terlempar jauh. Kedua lengannya telah diselimuti oleh tangan iblis api. Netra mata dari Arya Santanu pun berubah menjadi merah darah. Dua gigi taring juga menyeruak menunjukkan tajinya."Aku mengerti!" Dewi Sari Kencana menggenggam erat pedangnya. Ia berselancar menggunakan sepatu es dan membentuk jalur es di udara untuk mendekati Manusia Api. "Teknik pedang es; tebasan badai es!"Angin kencan
Tiga kuda melaju cepat menyusuri hutan di kaki gunung api. Arya Santanu, Dewi Sari Kencana dan Ki Janggan Nayantaka menuju ke arah laut yang berada di belakang gunung api. Dengan menyusuri garis pantai di sepanjang wilayah selatan, mereka bisa sampai lebih cepat ke tempat iblis Hiranyaksipu. Setelah kemenangan raja Aji Kala Karna atas kerajaan Nuswapala di daratan Yawadwipa, beberapa iblis memilih untuk membangun kerajaannya sendiri. Bersama para siluman dan para Rakshasa, saudara dari Indrajit Maghanada mulai memperkuat wilayahnya masing-masing.Para iblis tersebut dikenal sebagai pendekar tiga belas iblis hitam. Namun setelah perang berakhir, ketiga belas iblis tersebut tercerai-berai menjadi pemimpin dari masing-masing wilayahnya sendiri. "Total semua iblis yang mesti kita basmi adalah berjumlah tiga belas iblis, bukan?" Dewi Sari Kencana bertanya."Rahu dan Ketu dihitung satu iblis. Mereka kembar dan memiliki wilayah yang sama. Kedua iblis kembar tersebut ada di peringkat akhir
"Memangnya apa yang kalian tahu tentang tuan Hiranyaksipu?! Kau mengaku bila ia adalah adikmu? Cih, kau kira, kau itu siapa, hah?!" Salah satu siluman malah menyulut perkataan dari Asura.SLASH!!!Asura melesak cepat dan langsung mencakar siluman tidak tahu diri itu. Ayunan cakar Asura langsung merobek dada siluman itu dan membakarnya hingga hangus dan menjadi abu. Melihat tragedi pembakaran itu, dua siluman lainnya tersentak dan langsung bergerak mundur. Mereka langsung mengamankan dua karung berisi anak-anak dan juga Aska Narendra. "Kau bukanlah siluman. Siapa kau sebenarnya?!" Siluman yang sedang menyandera Aska Narendra bertanya."Aku? Kau ingin tahu siapa diriku?" Asura meringis kembali. Ia sudah tidak sabar untuk merobek dua perut siluman itu."Ia adalah iblis api yang menjengkelkan." SLASH!!!Tiba-tiba dari arah belakang siluman yang sedang mengawasi dua karung muncul sosok Dewi Sari Kencana. Ia langsung menebas punggung dari siluman itu dan membuatnya membeku seutuhnya. "K–
Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j
Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.
Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u