Tiga kuda melaju cepat menyusuri hutan di kaki gunung api. Arya Santanu, Dewi Sari Kencana dan Ki Janggan Nayantaka menuju ke arah laut yang berada di belakang gunung api. Dengan menyusuri garis pantai di sepanjang wilayah selatan, mereka bisa sampai lebih cepat ke tempat iblis Hiranyaksipu. Setelah kemenangan raja Aji Kala Karna atas kerajaan Nuswapala di daratan Yawadwipa, beberapa iblis memilih untuk membangun kerajaannya sendiri. Bersama para siluman dan para Rakshasa, saudara dari Indrajit Maghanada mulai memperkuat wilayahnya masing-masing.Para iblis tersebut dikenal sebagai pendekar tiga belas iblis hitam. Namun setelah perang berakhir, ketiga belas iblis tersebut tercerai-berai menjadi pemimpin dari masing-masing wilayahnya sendiri. "Total semua iblis yang mesti kita basmi adalah berjumlah tiga belas iblis, bukan?" Dewi Sari Kencana bertanya."Rahu dan Ketu dihitung satu iblis. Mereka kembar dan memiliki wilayah yang sama. Kedua iblis kembar tersebut ada di peringkat akhir
"Memangnya apa yang kalian tahu tentang tuan Hiranyaksipu?! Kau mengaku bila ia adalah adikmu? Cih, kau kira, kau itu siapa, hah?!" Salah satu siluman malah menyulut perkataan dari Asura.SLASH!!!Asura melesak cepat dan langsung mencakar siluman tidak tahu diri itu. Ayunan cakar Asura langsung merobek dada siluman itu dan membakarnya hingga hangus dan menjadi abu. Melihat tragedi pembakaran itu, dua siluman lainnya tersentak dan langsung bergerak mundur. Mereka langsung mengamankan dua karung berisi anak-anak dan juga Aska Narendra. "Kau bukanlah siluman. Siapa kau sebenarnya?!" Siluman yang sedang menyandera Aska Narendra bertanya."Aku? Kau ingin tahu siapa diriku?" Asura meringis kembali. Ia sudah tidak sabar untuk merobek dua perut siluman itu."Ia adalah iblis api yang menjengkelkan." SLASH!!!Tiba-tiba dari arah belakang siluman yang sedang mengawasi dua karung muncul sosok Dewi Sari Kencana. Ia langsung menebas punggung dari siluman itu dan membuatnya membeku seutuhnya. "K–
Meski pun Sipuksura terlempar dan terkena serangan telak dari Dewi Sari Kencana, tubuhnya yang sekeras intan masih bisa bertahan. Ia bangkit kembali dan meraih gada Braja Inten miliknya. Hanya ada goresan yang tidak berarti di tubuh Sipuksura. "Airmu tidak akan bisa melukaiku. Hei, wanita sialan! Lebih baik kau menyerah sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Atau kau memang ingin mati dengan gada Braja Inten ini?" Sipusura menyindir."Kepercayaan diri yang tinggi hanya akan membawa malapetaka di kemudian waktu. Semua itu akan berubah menjadi kesombongan yang mengikat makhluk tersebut ke dalam tindakan arogan." Dewi Sari Kencana mengubah pedang teratai es miliknya menjadi aliran air yang mengelilingi dirinya. "Apa pun bentuk pedangmu, semua itu tidak bisa menembus kulit intanku!" Sipuksura maju menyerang.Dewi Sari Kencana menari dengan air yang mengelilingi tubuhnya. Ia menangkis serangan dari ayunan gada Braja Inten yang diarahkan kepadanya. Langkahnya bergerak lincah dan tidak bisa
Malam panjang yang diakhiri dengan kalahnya dua iblis suruhan dari Hiranyaksipu memberikan kesempatan baru bagi tiga anak yang berhasil dibebaskan oleh Arya Santanu, Dewi Sari Kencana dan Ki Janggan Nayantaka untuk memulai hidup baru."Ke mana kalian akan pergi? Kembali ke desa, 'kah?" Arya Santanu bertanya."Rumah kami telah dihancurkan. Kedua orang tua kami dan para warga desa telah tewas dibantai oleh para siluman. Kami tidak tahu mau ke mana?" Aska Narendra menundukkan kepalanya. "Apa mereka bisa tinggal di desa Kulon Anyar? Aku rasa desa tempat asal Arya Santanu yang paling cocok untuk mereka. Lagi pula di sana tingkat kejahatan rendah." Dewi Sari Kencana coba memberi saran."Tentu saja rendah. Desa Kulon Anyar adalah satu-satunya desa yang dilindungi oleh para Dewa. Ditambah lagi ada diriku yang dikurung di sana. Bagi para siluman dan iblis, desa itu akan menjadi tempat terakhir yang akan mereka datangi untuk merampok atau pun melakukan pembantaian." Asura menyela pembicaraan me
"Kau sudah datang rupanya. Bagaimana dengan para perampok itu? Apa sudah beres?" Ki Janggan Nayantaka begitu santai bertanya.Dewi Sari Kencana hanya melirik tajam di kakek tua itu. Ia justru menarik Arya Santanu untuk masuk ke dalam desa Pantai Selatan setelah berhasil membekukan pasukan siluman. "Kau tahu, saat wanita marah, amarahnya jauh lebih menakutkan dari pada iblis." Asura menyindir Ki Janggan Nayantaka. Ia melipir pergi mengikuti Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana."Aku tahu… karena itu aku yang memintanya melakukan pekerjaan itu." Ki Janggan Nayantaka tersenyum.Mereka mengendap-endap dan bersembunyi di belakang bangunan. Alun-alun desa begitu ramai oleh para siluman dan iblis. Mereka semua bersorak atas pesta pengorbanan puluhan anak kecil dan para wanita. Seluruh warga desa Pantai Selatan pun diminta untuk ikut serta dalam upacara persembahan untuk iblis kuno tersebut. Beberapa di antara mereka memasang raut wajah ketakutan. Ada juga yang panik dan bersedih. Dari kejau
Arya Santanu yang melihat kedatangan Hiranyaksipu langsung menghentikan bola api miliknya. Ia menapak di udara dan memusatkan energi miliknya. Tinju kanannya menyala-nyala bagaikan kobaran api merah. Tinju Braja Agni api merah segera dilayangkan ke arah bawah. Keduanya saling beradu senjata dan menyebabkan sebuah ledakan besar yang membuat sebuah gelombang kejut sangat besar.DUUUM!!!DUUUAR!!!Ki Janggan Nayantaka sampai terhempas dan menghantam dinding bangunan. Angin menggulung dan memporak-porandakan bangunan sekitar. Dewi Sari Kencana dan para tawanan lainnya sampai harus menunduk untuk menghindari kencangnya angin yang berembus. Tapi karena kejadian itu, Dewi Sari Kencana langsung menggunakan keahlian pedangnya untuk menghabisi lima iblis penjaga yang sedang lengah karena efek ledakan tadi. "Teknik pedang es; tarian bunga es!"SLASH! SLASH! SLASH!Secara cepat, kelima kepala dari iblis tersebut jatuh ke
Panah Agneyastra dipindahkan oleh Indrajit Maghanada menggunakan gerbang dimensi miliknya menuju ke tengah lautan. DUUUM!!!DUUUAR!!!Gelombang kejut menggerakkan air laut dan mengubahnya menjadi gelombang ombak besar yang menyapu area sekitar hingga merapat ke daratan. Sinar terang dari cahaya ledakan panah Agneyastra membias begitu silau hingga membuat langit menjadi sangat terang. Gemuruh suara dari ledakan itu pun hingga terdengar ke tempat Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana. "Astaga, sebesar itu kekuatan dari Asura?" Rasa tidak percaya menghinggapi Dewi Sari Kencana."Energi ini, tidak salah lagi. Sang iblis yang telah mengotori pikiran dari raja Aji Kala Karna sudah berada di sini." Ki Janggan Nayantaka tidak jadi untuk pergi ke dalam hutan. Ia malah kembali menuju ke tepi pantai.Asura menatap tajam ke arah adiknya yang paling tua. Ia tahu bila tubuh yang sedang digunakan oleh adiknya bukanlah miliknya. Asura turun dan membiarkan roda api kembali ke asalnya di langit.
"Kau baru pulang?" Raja Aji Kala Karna menegur Indrajit Maghanada. Ia sedang menyirami bunga koleksinya di taman belakang."Aku sudah menyebarkan undangan ke para saudaraku. Mereka akan segera tiba." Indrajit Maghanada datang dengan menggunakan tubuh manusia lainnya. "Tubuhmu yang sebelumnya telah hancur? Sebenarnya ada apa, Indrajit?" Raja Aji Kala Karna menjadi penasaran."Asura telah bangkit dan kembali ingin menuntut balas kepada kita semua. Tiga adikku telah tewas di tangannya. Bahkan aku sampai terpojok dan keluar dari wadahku." Indrajit Maghanada merasa khawatir dengan kemunculan kakak tertuanya.Aji Kala Karna memberikan sebuah surat dari salah satu Senopati yang baru saja kembali melakukan ekspedisi di bagian barat Yawadwipa. Aji Kala Karna menegaskan tentang adanya manusia yang membuat kontrak darah dengan iblis. Aji Kala Karna tidak tahu bila Asura bisa melakukan kontrak darah dengan manusia. Ia malah berpikir bila hal itu pasti ada campur tangan dari seorang Dewa."Setiap
Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j
Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.
Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u