Arya Santanu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon. Ia sangat kelelahan setelah berjalan mendaki jalan setapak yang lumayan curam. Puncak gunung api masih berada jauh di atas. Hari pun hampir gelap. Dewi Sari Kencana yang menemaninya memilih untuk mencari beberapa kayu bakar dan iman di danau yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat.
"Seharusnya kita bisa menggunakan sayap api dan langsung mendarat tepat di pinggir kawah." Arya Santanu mengeluh."Kau kira kekuatanku itu tidak terbatas?! Aku juga butuh istirahat untuk bisa mengeluarkan sayap itu!" Asura merasa kesal."Sebenarnya, di mana letak pusaka itu? Apa ia berada di tengah kawah yang dikelilingi oleh kolam lahar?" Arya Santanu merasa penasaran."Jangan terlalu banyak berkhayal! Bagaimana mungkin pusaka itu di letakkan di tempat yang mudah terlihat, hah?!" Asura memarahi pemuda bodoh itu."Kukira dewa agak sedikit malas, jadi ia berpikir untuk meletakkannya di sembarang tempat yang mudah untuk diambil." Arya Santanu memilih untuk memejamkan kedua matanya.Asura yang keluar dari tubuh Arya Santanu dan menjelma sebagai burung merpati berwarna merah menyala menoleh ke arah kiri dan kanan. Ia menanyakan ke mana Dewi Sari Kencana dalam benaknya."Apa wanita itu tersasar?" Asura sangat khawatir.Tidak lama berselang, Dewi Sari Kencana kembali dengan membawa tangkapan ikan yang lumayan banyak. Ia juga membawa beberapa kayu bakar untuk memasak dan membuat api unggun."Hei, bodoh! Cepat bangun! Kau menyuruh seorang wanita untuk memancing dan mencari kayu bakar?!" Asura kesal. Ia segera mengacak-acak wajah Arya Santanu.BRUUUAAAH!!!"Kau itu kenapa, sih?! Bulumu rontok di wajahku!" Arya Santanu bergegas bangun. Ia menoleh ke arah Dewi Sari Kencana."Dari pada hanya tidur saja, bantu aku untuk membakar ikan ini." Dewi Sari Kencana menyusun beberapa kayu bakar."Baiklah …." Arya Santanu tidak bisa bergeming.Langit mulai meredup. Surya perlahan kembali ke peraduannya. Wilayah di kaki gunung api mulai terlihat gelap. Untungnya, api unggun sudah menyala. Ikan yang dipancing oleh Dewi Sari Kencana pun sedang berada di atas api yang membara."Tadi aku bertemu dengan seorang kakek tua. Ia bertanya tentang keperluanku datang ke gunung api ini. Aku tidak terlalu curiga, namun ia mengenakan jubah putih, berambut putih panjang, memiliki jenggot putih menjuntai hingga ke dada, serta membawa tongkat kayu setinggi pinggul. Menurut kalian, siapa kakek tua itu?" Dewi Sari Kencana membalik sisi ikan yang belum dibakar."Mungkin orang asing yang sedang beristirahat saja?" Arya Santanu menjawabnya dengan ragu."Tidak … ia bukan orang biasa. Ada cerita tentang juru kunci yang memiliki perawakan seorang kakek tua pembawa tongkat. Ia pasti tahu tentang keberadaan pusaka dewa yang bersemayam di gunung api ini." Asura merasa takut dengan intuisi yang ia miliki.Terakhir kali ia bertemu dengan seorang Petapa, ia justru di segel di dalam batu hitam. Ternyata Petapa tersebut adalah seorang Dewa."Bila benar begitu, maka kita tidak bisa membiarkannya pergi. Ia sedang duduk di sisi lain danau tersebut. Apa kita harus menemuinya?" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah Arya Santanu dan Asura."Kalau begitu ayo!" Asura mulai mengepakkan sayap mungilnya.Namun, Arya Santanu memilih untuk menyantap ikan bakarnya dahulu. Perutnya telah berbunyi berkali-kali. Ia tidak sanggup menahan lapar lagi. Arya Santanu mengabaikan ajakan keduanya."Kau tidak ikut?" Dewi Sari Kencana bertanya."Tidak. Kalian saja sana. Aku tetap di sini saja." Arya Santanu merobek daging ikan bakarnya dan menyantapnya.Dewi Sari Kencana dan Asura pun segera pergi meninggalkan Arya Santanu. Mereka menyusuri gelapnya area pinggir danau. Dengan menggunakan api miliknya, Asura memandu Dewi Sari Kencana untuk mencari si kakek tua itu.Tiba-tiba, di tempat Arya Santanu bersantai, seorang kakek tua dengan ciri-ciri seperti yang dijelaskan oleh Dewi Sari Kencana muncul. Ia duduk tepat di samping Arya Santanu dan meminta sedikit makanan untuk dirinya."Tolong beri aku satu ikan. Aku belum makan sejak petang tadi." Kakek itu memohon."Ka-kau?! Dari mana kakek munculnya? Kenapa tiba-tiba bisa duduk di situ?" Arya Santanu merasa bingung.Bodohnya, ia bahkan tidak berpikir bila kakek di depannya adalah orang yang sedang dicari oleh para temannya. Arya Santanu malah memberikan satu ikan bakar yang baru saja diangkat dari atas api. Ia mempersilakan sang kakek untuk menyantap ikan bakar tersebut."Enak sekali! Sungguh … terakhir kali aku makan seenak ini mungkin sudah sangat lama." Sang kakek tersenyum. Ia terus melahap cepat ikan bakarnya."Pelan-pelan, Kek. Nanti bisa tersedak, lalu kalau tiba-tiba nanti mati malah jadi merepotkanku." Arya Santanu asal bicara.Kakek itu berhenti pada suapan terakhirnya. Ia menoleh ke arah Arya Santanu. Tatapannya begitu dalam, namun hal tersebut justru malah membuat Arya Santanu risih. Ia menebak bila sang kakek ingin mengatakan sesuatu kepadanya."Kakek mau bicara?" Arya Santanu menghentikan makannya."Ada urusan apa kau ke gunung api ini?" Kakek tua itu akhirnya bertanya."Aku ingin mengambil pusaka dewa yang bersemayam di gunung api ini." Arya Santanu menatap kedua mata kakek itu.Sang kakek tersenyum. Ia seakan meremehkan tujuan dari Arya Santanu. Tanpa di duga, tongkat kayu yang di bawa oleh sang kakek bergerak dan bangun berdiri dalam posisi tegak lurus. Sang kakek merasa bingung. Ia melihat tongkatnya seperti menunduk ke arah Arya Santanu."Ka-kakek? Apa tongkat itu punya roh di dalam tubuhnya? Kenapa ia bisa menunduk seperti itu?" Arya Santanu malah ketakutan."Aku juga heran. Kenapa ia menunduk?" Sang kakek langsung menoleh tajam ke arah Arya Santanu.Ia mencengkeram satu tangan dari Arya Santanu dan menusukkan sebuah jarum kecil panjang ke kulit lengan pemuda itu.AW!!"Kakek?!"Arya Santanu kebingungan.Kakek tua itu langsung meneteskan darah yang berada di ujung jarum ke ujung atas tongkat kayu miliknya. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi."Kakek? Kakek!"Arya Santanu memanggil sang kakek berkali-kali. Namun ia tidak dihiraukan oleh kakek tua itu.Tongkat kayu tersebut berubah warna menjadi seputih gading gajah. Dalam hentakan sekali saja, sang kakek dan Arya Santanu di bawa ke sebuah era dahulu. Perang berkecamuk tepat di hadapan Arya Santanu. Ia melihat beberapa prajurit gugur dengan darah berceceran di mana-mana.Organ dalam saling terurai dari tubuh pemiliknya. Teriakan, rintihan dan jeritan meronta-ronta didengar dan dilihat oleh kedua netra Arya Santanu. Ia tidak mengerti kenapa dirinya berada di zaman itu. Ia juga tidak tahu sebenarnya yang berada di hadapannya adalah perang apa?"Ini perang seratus tahun yang lalu. Era di mana kerajaan Nuswapala menghabisi kerajaan kecil lainnya dengan bantuan kekuatan tiga belas iblis. Simbol di bendera panji salah satu kerajaan itu adalah simbol dari iblis Maghanada Indrajit. Lalu bendera panji yang berkibar satunya adalah milik raja Aji Kala Karna." Kakek tua itu menunjukkan semua yang ia tahu mengenai perang seratus tahun yang lalu."Lu-luar biasa … jadi ini kejadian seratus tahun yang lalu?" Arya Santanu tercengang.Tiba-tiba, mereka berdua ditarik ke tempat lain lagi. Kali ini yang berada di hadapan mereka adalah seorang Petapa tua dengan seorang iblis api bertanduk dua. Sang iblis bersimpuh dan berlutut di hadapan sang Petapa. Ia meminta belas kasihnya. Namun, sang Petapa seakan diam dan menutup telinga dan matanya. Ia memilih menyegel iblis tersebut di dalam batu hitam besar dengan menyelimutinya menggunakan segel kuno para dewa.Sang Petapa juga mengubah tempat tersebut menjadi sebuah gunung dan gua. Area luas yang sebelumnya tandus karena terbakar akibat perang, telah berubah ditumbuhi oleh beberapa pepohonan yang lebat."Tu-tunggu dulu, bukannya itu adalah Asura? Lalu, ini bukannya daerah Kulon Anyar?!" Arya Santanu baru sadar akan suasana di sekitarnya."Ini aneh, kenapa darahmu bisa membawa kita berdua menuju ke era ini? Siapa kau sebenarnya?" Kakek tua itu menoleh ke arah Arya Santanu."Hah? A-Aku tidak mengerti. Apa maksudmu?" Arya Santanu memasuki gua tempat ia pertama kali menemukan batu hitam besar.Ia tidak mengira bila sang Petapa sedang duduk bersila di atas batu tersebut. Petapa tua itu membuka kedua matanya dan menatap lurus ke arah Arya Santanu."Kau tidak seharusnya berada di sini saat ini. Tunggu hingga seratus tahun berlalu, maka kembalilah ke gua ini. Makhluk yang berada di dalam batu ini memerlukan bantuanmu, wahai pangeran Nuswapala." Petapa itu menjelaskan semuanya.Arya Santanu terkejut. Ia dipanggil sebagai pangeran Nuswapala. Tanpa ia sangka, rupa dan pakaiannya telah berubah mengenakan sebuah pakaian kerajaan. Ia menoleh ke arah genangan air yang tidak jauh dari letak batu hitam itu. Wajah dari Arya Santanu masih sama, namun pakaian dan mahkota yang berada di atas kepalanya menyiratkan bila ia adalah seorang pangeran."Ba-bagaimana mungkin?" Arya Santanu terkejut."Apa maksudmu? Kau datang kemari untuk meminta pengampunan atas temanmu, Asura, bukan? Lihatlah, dadamu yang terluka parah. Kau berpikir masih ingin mengasihani iblis ini dari pada dirimu sendiri yang sedang sekarat?" Petapa itu menunjuk dada Arya Santanu yang berdarah.Tiba-tiba tubuh Arya Santanu lemas. Ia tersungkur ke tanah. Darah mengalir keluar menggenangi permukaan gua. Arya Santanu merasa ada yang salah. Pertanyaan singkat terbesit di benaknya, kenapa ia bisa menjadi orang lain di era seratus tahun yang lalu?"Ka-kakek … apa yang sebenarnya terjadi?" Arya Santanu menoleh ke arah sang kakek tua."Kau adalah pangeran Nuswapala di masa lalu. Ia sepertinya telah bereinkarnasi menjadi dirimu. Atau justru kau dan sang pangeran adalah dua orang yang sama. Karena itu, hanya kau seorang yang bisa membuka segel dari batu hitam yang memenjarakan Asura." Kakek tua itu merasa bingung.Ia segera menarik kembali tubuh Arya Santanu melewati batas waktu yang ada. Keduanya akhirnya kembali ke tempat mereka berada sebelumnya.Arya Santanu merasa terengah-engah. Napasnya tidak beraturan. Ia langsung memeriksa dadanya. Untungnya luka tersebut telah menghilang."Kakek, apa yang baru saja terjadi?" Arya Santanu menoleh ke arah pria tua itu."Kau kemungkinan besar adalah inkarnasi dari pangeran Nuswapala yang telah tewas di gua itu. Inkarnasi berbeda dengan reinkarnasi. Inkarnasi adalah proses nitis atau lahir kembali yang seutuhnya. Di mana jiwa yang berada di masa lalu kembali hidup dengan tubuh baru, di kesempatan yang baru dan ia bisa menentukan mau di tubuh mana ia berada. Bila dugaanku benar, maka ramalan yang sudah dinubuatkan selama seratus tahun akan menjadi kenyataan." Kakek itu merasa khawatir."Apa maksudmu? Ramalan apa? Dan aku siapa sebenarnya?" Arya Santanu terbelalak. Ia merasa bingung dan heran.Setelah mencari keberadaan kakek tua itu, Dewi Sari Kencana dan Asura akhirnya menyerah. Tenggorokan terasa kering setelah mengitari area tepi danau yang begitu besar. Mereka berdua harus sampai beristirahat dahulu di batu besar yang berada tepat di pinggiran danau. Keduanya ingin menenggak air danau, namun tiba-tiba dari kejauhan, Arya Santanu berteriak."Hentikan! Jangan di minum!"Arya Santanu menghampiri kedua temannya dengan membawa raut wajah cemas. Napasnya tersengal-sengal karena ia harus lari dari tempat istirahatnya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa pakai lari segala?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Bila kalian meminum air danau itu, beberapa saat kemudian kalian akan mati!" Arya Santanu coba memberi ancaman yang tidak jelas."Apa? Mati?" Dewi Sari Kencana semakin bertambah bingung.Arya Santanu mengambil air danau itu menggunakan tempat minum dari bambu. Setelah menciduk air tersebut, ia langsung mengguyurnya ke atas rerumputan. Tiba-tiba, rumput tersebut layu dan gosong m
Kedatangan iblis Rahu di pergulatan mereka berempat sangat mengganggu sekali. Asura sampai mengobarkan api miliknya dan melelehkan es milik Dewi Sari Kencana yang membekukan dirinya. Ia yang tidak bisa selamanya berada di luar tubuh inangnya harus menahan amarahnya dan memilih untuk kembali ke dalam tubuh Arya Santanu. Sang kakek menatap tajam ke arah iblis Rahu. Namun saat menoleh ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana, ia tersenyum. Untuk sesaat ia berpikir bila dirinya tidak perlu ikut membantu pertarungan mereka. Akhirnya ia pun memilih untuk merebahkan diri di batu hitam besar itu. Sang kakek tua memejamkan matanya dan tidur."Aku serahkan iblis itu kepada kalian bertiga. Bila sudah selesai tolong bangunkan aku." Sang kakek mulai tertidur."Apa?! Seenaknya kau memerintah!" Tiba-tiba Asura mengambil alih tubuh dari Arya Santanu. Ia menghardik terus menerus kakek tua itu.Tiba-tiba …Iblis Rahu melancarkan serangan. Ia mengubah darahnya menjadi puluhan tombak yang ia kendalika
Iblis Rahu Ketu mengubah kembali wujudnya. Tubuhnya menjadi lebih besar dan tinggi dari sebelumnya. Kedua sayap dari darah mengembang lebar. Rupa dari Rahu Ketu pun menjadi rupa iblis sepenuhnya. Kulit merah, taring panjang, dia tanduk menjulang, mata melotot besar dan embusan napas yang begitu besar. Otot kekar pun terlihat jelas dari lekukan tubuh Rahu Ketu. Ia hanya tersenyum ke arah Arya Santanu. "Bentuk kedua, 'kah?" Arya Santanu menyelimuti kedua tangannya dengan tangan iblis."Aku akan membunuhmu dan si bodoh Asura!" Rahu Ketu terbang melesak ke langit. Ia mengepakkan sayapnya ke arah depan belakang. Sekali kepak, keluar sebuah pasak sekecil jarum yang terbuat dari arah. Seluruh pasak itu melesak cepat bagaikan hujan menuju ke arah Arya Santanu. Melihat hal itu, Arya Santanu menggunakan dua kaki iblis dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Kelincahan si petani itu sangatlah luar biasa. Ia bisa menghindari serangan beruntun dari ribuan pasak kecil yang melesak ke arahnya. Sese
"Itu batu berbentuk bola raksasa. Namun kenapa bisa melayang seperti itu?" Dewi Sari Kencana merasa bingung."Batu itu adalah penjara dari pusaka Gunung api." Ki Janggan Nayantaka memilih untuk duduk di tepian. Ia tidak ingin mendekati kolam lahar."Hei, kakek tua! Kenapa kau malah duduk di situ?! Cepat suruh batu itu untuk kemari!" Asura keluar dari tubuh Arya Santanu dan berubah menjadi seekor burung kakak tua berwarna merah api. "Itu punyamu. Kau saja yang ambil. Kakek tua itu malah mengupil dan bersantai.Asura merasa sangat kesal. Ia menggerutu dan mencaci-maki Petapa tua itu. Untungnya Arya Santanu langsung menggenggam kedua sayap Asura agar ia tidak mendekati Ki Janggan Nayantaka. Dewi Sari Kencana mencoba mendekati kolam lahar. Ia menghitung ketinggian dari batu tersebut dari permukaan kolam lahar. Segera setelah selesai menghitung, ia menarik pedang teratai es miliknya dan menciptakan sebuah pijakan dari es yang membeku di udara. Dengan cepat ia loncat secara berurutan ke s
"Maaf menyela!" Arya Santanu dan Asura telah bersatu kembali. Kali ini Asura yang memegang kendali atas tubuh dari Arya Santanu. Ia bergerak cepat dengan menggunakan sepatu iblis api dan berhasil berdiri menghalangi kobaran api dari sang manusia api. Asura mengendalikan kobaran api itu untuk tidak membakar Dewi Sari Kencana yang berada tepat di belakangnya."Arya Santanu?!" Dewi Sari Kencana terkejut dengan kehadiran si bocah petani."Bantu aku!" Asura berteriak keras. Ia mendobrak kobaran api dan melesak maju ke arah manusia api. Tinju mentah ia layangkan dua kali hingga membuat manusia api terlempar jauh. Kedua lengannya telah diselimuti oleh tangan iblis api. Netra mata dari Arya Santanu pun berubah menjadi merah darah. Dua gigi taring juga menyeruak menunjukkan tajinya."Aku mengerti!" Dewi Sari Kencana menggenggam erat pedangnya. Ia berselancar menggunakan sepatu es dan membentuk jalur es di udara untuk mendekati Manusia Api. "Teknik pedang es; tebasan badai es!"Angin kencan
Tiga kuda melaju cepat menyusuri hutan di kaki gunung api. Arya Santanu, Dewi Sari Kencana dan Ki Janggan Nayantaka menuju ke arah laut yang berada di belakang gunung api. Dengan menyusuri garis pantai di sepanjang wilayah selatan, mereka bisa sampai lebih cepat ke tempat iblis Hiranyaksipu. Setelah kemenangan raja Aji Kala Karna atas kerajaan Nuswapala di daratan Yawadwipa, beberapa iblis memilih untuk membangun kerajaannya sendiri. Bersama para siluman dan para Rakshasa, saudara dari Indrajit Maghanada mulai memperkuat wilayahnya masing-masing.Para iblis tersebut dikenal sebagai pendekar tiga belas iblis hitam. Namun setelah perang berakhir, ketiga belas iblis tersebut tercerai-berai menjadi pemimpin dari masing-masing wilayahnya sendiri. "Total semua iblis yang mesti kita basmi adalah berjumlah tiga belas iblis, bukan?" Dewi Sari Kencana bertanya."Rahu dan Ketu dihitung satu iblis. Mereka kembar dan memiliki wilayah yang sama. Kedua iblis kembar tersebut ada di peringkat akhir
"Memangnya apa yang kalian tahu tentang tuan Hiranyaksipu?! Kau mengaku bila ia adalah adikmu? Cih, kau kira, kau itu siapa, hah?!" Salah satu siluman malah menyulut perkataan dari Asura.SLASH!!!Asura melesak cepat dan langsung mencakar siluman tidak tahu diri itu. Ayunan cakar Asura langsung merobek dada siluman itu dan membakarnya hingga hangus dan menjadi abu. Melihat tragedi pembakaran itu, dua siluman lainnya tersentak dan langsung bergerak mundur. Mereka langsung mengamankan dua karung berisi anak-anak dan juga Aska Narendra. "Kau bukanlah siluman. Siapa kau sebenarnya?!" Siluman yang sedang menyandera Aska Narendra bertanya."Aku? Kau ingin tahu siapa diriku?" Asura meringis kembali. Ia sudah tidak sabar untuk merobek dua perut siluman itu."Ia adalah iblis api yang menjengkelkan." SLASH!!!Tiba-tiba dari arah belakang siluman yang sedang mengawasi dua karung muncul sosok Dewi Sari Kencana. Ia langsung menebas punggung dari siluman itu dan membuatnya membeku seutuhnya. "K–
Meski pun Sipuksura terlempar dan terkena serangan telak dari Dewi Sari Kencana, tubuhnya yang sekeras intan masih bisa bertahan. Ia bangkit kembali dan meraih gada Braja Inten miliknya. Hanya ada goresan yang tidak berarti di tubuh Sipuksura. "Airmu tidak akan bisa melukaiku. Hei, wanita sialan! Lebih baik kau menyerah sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Atau kau memang ingin mati dengan gada Braja Inten ini?" Sipusura menyindir."Kepercayaan diri yang tinggi hanya akan membawa malapetaka di kemudian waktu. Semua itu akan berubah menjadi kesombongan yang mengikat makhluk tersebut ke dalam tindakan arogan." Dewi Sari Kencana mengubah pedang teratai es miliknya menjadi aliran air yang mengelilingi dirinya. "Apa pun bentuk pedangmu, semua itu tidak bisa menembus kulit intanku!" Sipuksura maju menyerang.Dewi Sari Kencana menari dengan air yang mengelilingi tubuhnya. Ia menangkis serangan dari ayunan gada Braja Inten yang diarahkan kepadanya. Langkahnya bergerak lincah dan tidak bisa
Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j
Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.
Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u