Chen terus berjalan ke arah yang perlawanan dari awal dia datang ke perguruan Langit biru, di pertengahan perjalanannya Chen baru menyadari kalau dia akan melewati wilayah keluarga pemilik tubuh sebelumnya, ingatan menyakitkan dari pemilik tubuh sebelumnya terus berputar di kepalanya saat ini.
Suara kereta kuda di sertai puluhan pengawal di depannya membuat jalan menjadi sangat ramai, Chen yang penasaran mencoba melihat siapa sebenarnya yang sedang lewat, Chen tidak menyangka yang lewat adalah orang yang terus menyakiti pemilik tubuh sebelumnya."Beri jalan, putri Liu Yan akan segera lewat!" teriak beberapa pengawal.Para pengawal sibuk menjauhkan para warga ke pinggir dengan paksa bahkan sampai banyak warga yang terjatuh, padahal para warga hanya melihat kenapa harus sampai di dorong hingga terjatuh pikirnya.Chen yang melihatnya merasa kesal, tanpa berpikir Chen dengan sengaja berhenti tepat di depan kereta kuda membuat para pengawal terkejut."Siapa yang berani menghalagi jalan ku!" ucap putri Liu Yan sambil turun dari keretanya dan terlihat sangat marah.Beberapa pengawal mengepung Chen hingga membuatnya terpojok, beberapa pengawal membuka jalan untuk Liu Yan yang berjalan mendekati Chen sambil membawa cambuknya."Kakak," ucap Liu Yan.Liu Yan merasa tidak percaya kalau Chen ternyata masih hidup, Liu Yan yang melihat Chen langsung memeluknya sambil terus menangis."Pantas saja terlihat tidak asing, ternyata dia Liu Chen yang tidak berguna itu," bisik para warga."Kenapa dia kembali lagi bukannya dia sudah di usir," Sahut lainnya.Chen hanya diam mendengarkan semua warga yang membicarakan dirinya, Chen melepaskan pelukan Liu Yan sambil mendorongnya.Liu Yan adik kandung Chen satu ayah satu ibu hanya saja dari kecil dia sudah sangat berbakat dan menjadi ke banggaan keluarga Liu berbeda jauh dari Chen, Liu Yan sangat di sayang kedua orangtua nya membuat sikapnya juga sama dengan orang orang yang membanci Chen."Putri keluarga Liu kenapa menangis di pelukan ku, tidak baik di lihat banyak warga," Chen mencoba mundur beberapa langkah."Kakak aku ini adik mu, adik kandung mu kenapa kamu bicara seperti itu," ucap Liu Yan sambil terus menangis."Siapa kakak mu? Aku di sini hanya sekedar lewat saja aku tidak memiliki keluarga di sini," sahut Chen.Para warga yang melihat saling berbisik membicarakan Chen, bagi mereka memang benar Chen bukan lagi anggota keluarga Liu sekarang karena sudah di usir."Kakak kenapa berbicara seperti itu, ku kira kakak tidak akan menganggap serius yang di katakan ayah," ucap Liu Yan."Maksudmu aku tidak menganggapnya serius karena aku memang sampah yang pantas di perlakukan seperti itu," sahut Chen sambil menatap tajam ke arah Liu Yan."Kamu berbeda dari kakak ku yang dulu, kakak ku yang dulu hanya sampah yang penurut dia tidak akan berani menjawab ku tapi kamu... ." ucap Liu Yan dengan sangat kesal."Akhirnya terbuka juga sifat asli mu, dari awal aku sudah tau sebenarnya aku di usir dari rumah juga karena mu," ucap Chen sambil tersenyum."Tidak ada bukti kakak jangan asal menuduh ku," Liu Yan menangis dan berlutut di depan Chen."Cara mu ini tidak mempan pada ku, karena aku bukan lagi Liu Chen aku juga tidak berniat memiliki saudari seperti mu," ucap Chen.Chen yang tidak ingin memainkan drama bersama Liu Yan langsung meninggalkannya yang masih berlutut, Liu Yan merasa kalau Chen yang sekarang sudah berbeda.Liu Yan yang tidak ingin suatu saat Shen kembali ke keluarga Liu langsung menyuruh pengawal tingkat perak tahap awal untuk membunuh kakaknya, Liu Yan tau kalau kakak nya tidak akan menang melawan pengawalnya walau hanya tingkat perak tahap awal."Masalah akan segera datang," Mon berbisik di telinga Chen."Aku sudah bisa menduganya, dia pasti tidak akan diam saja," sahut Chen.Tidak lama tiga pengawal tingkat perak tahap awal mengelilingi Chen sambil mengarahkan senjata mereka, tiga pengawal terlihat sangat memandang Chen rendah karena mereka tahu Chen tidak bisa berkultivasi dan tidak bisa beladiri."Hempaskan pedang mu mereka sudah pasti akan mati," Mon kembali berbisik."Tidak perlu, kalau hanya mengandalkan pedang tidak ada seni bela dirinya," sahut Chen.Chen memasang kuda kudanya bersiap menerima serangan para pengawal Liu Yan, melihat Chen yang berlagak ketiganya langsung menyerang secara bersamaan.Bruuuuuuuaaakk.Ketiga pengawal yang di kirim Liu Yan terlempar dengan sekali tendangan, ketiganya yang terjatuh saling menatap satu sama lain dengan penuh kebingungan."Lemah begini, masih di angkat menjadi pengawal," ucap Chen sambil tersenyum.Chen melanjutkan perjalanannya sambil menghela nafas, Chen merasa tidak senang harus melewati gerbang ke dua sebelum keluar dari wilayah keluarga Liu.Liu Yan merasa sangat kaget, dia masih tidak percaya kalau Liu Chen bisa bela diri bahkan memiliki tenaga dalam."Aku harus cari cara secepatnya agar dia mati, sebelum ada yang mengetahui kalau dia sudah memiliki tenaga dalam," dalam hati Liu Yan.Liu Yan yang tidak ingin menunggu lama langsung menyuruh pembunuh bayaran tingkat emas untuk menghabisi kakak kandungnya, tidak peduli bagaimanapun caranya kakaknya itu harus mati pikirnya.Liu Yan yang tidak ingin gagal langsung mengirim tiga pembunuh bayaran tingkat emas, kali ini dirinya yakin kakaknya tidak akan bisa lolos lagi." Di depan ada yang menghadang," Mon berusaha memperingati Chen.Dengan santai Chen terus berjalan tidak mendengarkan perkataan Mon, tiga pembunuh bayaran menghadang tepat di depannya sama persis seperti yang dikatakan Mon.Whheeeesss.Bruuuuuuuuuuaaaak.Chen terlempar dengan satu kali pukulan, Chen tidak melihat kapan dia diserang langkah dari ketiga pembunuh bayaran itu sangat cepat."Tuan putri menyuruh kita menghabisinya, sampah tidak berguna seperti dia kenapa harus bertiga aku sendiri sanggup membunuhnya," ucap pembunuh bayaran satu."Aku juga tidak mengerti yang putri Liu Yan pikirkan," ucap pembunuh bayaran dua."Terlalu banyak bicara, cepat habisi dia masih ada yang harus aku kerjakan," sahut pembunuh bayaran tiga.Melihat ketiganya yang berbicara sendiri Chen perlahan bangkit berdiri, ketiganya memang lebih kuat darinya salah dirinya yang menganggap mereka sama seperti pengawal sebelumnya."Sialan aku meremehkan mereka," dalam hati Chen."Kalau begitu tidak ada cara lagi," sambung Chen.Chen langsung mengayunkan pedang di tangannya ke arah ketiga pembunuh bayaran itu, jika hanya melawan dengan tangan kosong dirinya pasti kalah pikirnya.Whhheeeesss...Seperti tanpa bayangan ketiga pembunuh bayaran di depannya langsung menghilang, Chen yang melihatnya kebingungan dan merasa sangat kesal karena tidak melihat mayat ketiganya."Cih, kemana mereka? apa mungkin mereka kabur," dalam hati Chen."Cepat kabur, para pembunuh bayaran tadi membawa kelompoknya!" Mon kembali memperingati Chen."Kali ini aku akan mendengarkan mu," sahut Chen sambil berlari.Chen berlari secepat mungkin agar tidak tertangkap kelompok pembunuh bayaran yang di kirim Liu Yan, walau dirinya sudah bisa sedikit beladiri melawan banyak pembunuh bayaran akan membuatnya kesulitan, apalagi dirinya juga baru bisa menguasai beladiri."Aku terlalu lemah, melawan tingkat emas saja aku tidak bisa. Apa seumur hidup ku hanya bisa bergantung sama pedang mu Mon," ucap Chen memarahi dirinya sendiri."Tingkat emas lebih tinggi dari tingkat perak tahap akhir wajar saja kalau kamu kalah, Di depan sana ada hutan mari kita kesana, jangan menyalahkan diri sendiri," sahut Mon."Kenapa kita ke hutan? " tanya Chen"Ikuti saja aku," jawab Mon santai.Chen berjalan terus mengikuti Mon hingga masuk ke dalam hutan, setelah memasuki hutan Chen bisa merasakan ada yang berbeda di hutan yang dipijaknya saat ini."Hutan ini terlihat aneh kenapa sangat sunyi tidak terdengar suara hewan di sini," ucap Chen sambil menggaruk kepalanya.Mon yang berjalan di depan Chen tiba tiba menghilang tanpa me
Chen keluar dari hutan setelah memastikan tidak ada pembunuh bayaran Liu Yan mengejarnya, Chen yang merasa badannya sedikit lelah memutuskan mencari penginapan untuk beristirahat, untungnya ketua Xu Lin memberikan beberapa koin emas padanya sebelum dirinya pergi. "Aku mau pesan kamar," ucap Chen. "Baik ini kunci kamar nya, kalau ada yang di butuhkan silahkan beritahu kami," ucap pelayan sambil memberikan Chen kunci kamar. "Pelayan! aku ingin kamar yang di pakai pemuda itu!" Teriak pria arogan. "Tapi tuan kamarnya... ." pelayan penginapan tidak melanjutkan perkataannya. Anak buah pria itu memegangi tangan pelayan itu sambil bersiap ingin menghajarnya. "Kamu mau ini bukan," ucap Chen yang langsung menaruh kuncinya di pedangnya. Wheeeeeeeeeeeeeeees. Chen langsung Mengayunkan pedangnya setelah salah satu anak buah pria arogan itu maju, dirinya sudah membayar lebih dulu dan tentu saja kunci kamar itu menjadi miliknya pikir Chen. "Kamu berani membunuh orang ku!" "Bukan salah ku, k
Chen yang tidak suka dengan perkataan Raja Danga bergegas pergi, kalau Raja Danga juga ingin merebut spirit naga miliknya dirinya tentu saja tidak akan membiarkannya, Chen memilih langsung pergi agar tidak terlibat lebih jauh oleh Raja Danga. Chen yang berjalan keluar dari ruang baca bertemu dengan seseorang, melihat pakaiannya yang tidak berbeda jauh dari pria arogan yang menantangnya Chen yakin kalau orang yang ada di hadapannya saat ini pasti seorang pangeran. "Kenapa hanya diam saja, Seharusnya kamu memberi hormat padaku," ucap Pangeran putra mahkota. "Tapi kenapa aku harus melakukannya, Aku bahkan tidak peduli kamu seorang pangeran atau bukan," sahut Chen sambil terus berjalan pergi. Mendengar ucapan Chen sang pangeran putra mahkota merasa sangat kesal, Baru kali ini dirinya merasa dikit remehkan seperti itu apalagi yang meremehkannya hanya rakyat biasa. Wheeeeeeeeeeeeeesss.... Sebuah belati berukiran elang hampir saja menancap di leher Chen jika dia tidak menghindar, Chen
Chen yang berjalan pergi meninggalkan kota bisa merasakan kalau saat ini dirinya sedang diikuti, Mon bisa melihat kalau yang saat ini mengikuti Chen adalah pembunuh bayaran suruhan Pangeran putra mahkota, Mon meminta Chen pergi lebih cepat sebelum mereka menyusul. "Kamu berhenti di sana!" Teriak salah satu pembunuh bayaran. Chen yang baru saja menghentikan langkahnya memutar badannya menatap lima pembunuh bayaran yang sudah bersiap menyerangnya, melihat Chen yang hanya diam para pembunuh bayaran mengira Chen saat ini pasti takut dengan mereka. Whhhhhuuuuuuuuuuuuuussss. Chen memang baru memulai kultivasi setelah dirinya berpindah ke tubuh lain, tapi di kehidupan sebelumnya dirinya juga pembunuh bayaran Chen tahu bagaimana harus menyerang lebih dulu sebelum lawan menyerang. Satu serangan Chen berhasil melukai salah satu anggota pembunuh bayaran, saat ini mereka tidak percaya kalau ada orang yang berhasil melukai mereka. "Dia sangat lincah ternyata, tapi kita lebih banyak dar
Chen yang berlari tanpa henti merasa kelelahan memutuskan beristirahat sejenak, Chen berpikir dirinya sudah berlari cukup jauh dan sekelompak orang tadi tidak mungkin mengejarnya. Chen bersandar beristirahat di bawah pohon besar sambil mengelus anak serigalanya, sama seperti dirinya anak serigala itu tidak memiliki siapapun saat ini. "Kasihan kamu masih kecil sudah tidak memiliki orang tua, mulai sekarang anggap saja aku seperti keluarga mu," ucap Chen. Serigala kecil itu tiba tiba menatap Chen dengan wajah penuh kesedihan, serigala yang masih menatap Chen langsung menjilati tangannya. "Tidak perlu bersedih sekarang kamu adalah keluarga ku kita akan menjadi kuat bersama dan membalas mereka yang sudah menghancurkan kehidupan kita," ucap Chen yang langsung berdiri dengan semangat. Chen yang mengelus bulu halus anak serigala tiba-tiba terpikirkan sesuatu, anak serigala kecil yang ada di pangkuannya saat ini masih belum memiliki nama, sebagai keluarga baru dirinya harus memberik
Chen sama sekali tidak mengerti Bagaimana bisa matanya tiba-tiba terasa sangat sakit seperti itu, padahal matanya baik-baik saja setelah cahaya masuk ke matanya rasa sakit seperti diserang ribuan serangga tidak bisa ditahan oleh Chen.Melihat lawannya yang tidak jadi mengeluarkan susunan pembantai Chen hanya menggelengkan kepalanya, Chen mengira mereka tidak jadi melakukan susunan pembantaian karena kasihan padanya yang kesakitan."Mata iblis," ucap Mon."Apa itu mata iblis?" sahut Chen."Mata iblis itu jurus," ucap Mon."Tapi bukankah aku tidak mempelajari jurus apapun akhir-akhir ini, dan tadi aku hanya beristirahat saja," sahut Chen."Anggap saja kamu sedang beruntung," sahut Mon."Tapi sekarang kamu akan dalam masalah besar, wanita yang kamu buat hampir mati tadi salah satu anak emas perguruan Tanah Darah," ucap Mon."Semua sudah terlanjur, lagian mereka duluan yang menyerang ku," sahut Chen dengan santai.Setelah pulang keenam murid perguruan Tanah Darah mendapatkan hukuman karen
Chen memperhatikan gerbang besar bertuliskan Perguruan Tanah Darah, karena dirinya berasal dari mas depan Chen merasa kebingungan kenapa nama-nama perguruan berbeda dengan nama perguruan biasa yang ada di dunianya.Melihat Chen yang tiba-tiba menghentikan langkahnya pria tua mengira Chen masih ragu, Pria tua benar-benar tidak berniat menyakiti Chen karena memang tulus mengundang ke perguruannya."Tenang saja kami tidak akan mencelakai mu," ucap pria tua menepuk pundak Chen.Chen melangkah masuk ke dalam perguruan Tanah Darah dan memperhatikan sekitarnya, dua perguruan yang sudah dimasukinya tidak memiliki perbedaan semua hanya melatih kekuatan bela diri."Ambil ini," ucap pria tua memberikan baju salah satu muridnya ke Chen yang bajunya sobek.Chen mengambil baju pemberian pria tua dan langsung memakainya, tentu saja dirinya tidak akan mengucapkan terima kasih karena saat ini dirinya belum tahu Apa rencana pria tua itu.Len yang memperhatikan Chen merasa sangat kesal dan semakin membe
Chi menghentikan langkahnya setelah jauh meninggalkan perguruan tanah darah, Chi membaringkan tubuh Chen yang terlihat sangat lemas, Chen yang masih bisa bergerak perlahan mengambil pil penyembuh yang diberikan ketua Xu Lin sebelum dirinya pergi.Setelah menelan pil Chen kembali beristirahat, Chen yang duduk bersandar langsung perlahan menutup matanya.Tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur Chen kembali membuka matanya, Chen menatap langit yang sudah gelap."Tuan, bagaimana keadaanmu?" tanya Chi."Aku sudah jauh lebih baik," ucap Chen."Kamu ternyata bisa bicara, kenapa tidak bicara dari awal?" tanya Chen."Maaf tuan Chi tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu dari tuan, aku hanya berjaga jaga," sahut Chi."Itu bagus, waspada memang diperlukan," ucap Chen."Tuan sangat baik pada ku, Chi berjanji tidak akan menyembunyikan apapun lagi," sahut Chi."Tidak perlu sampai seperti itu, aku sendiri manusia yang mungkin melakukan kesalahan, jadi kamu harus tetap berjaga-jaga walau itu pad
Suara langkah kaki tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya, Chen yang melihat siapa yang datang hanya menatapnya dari awal Chen sudah curiga pada pria yang mengantarnya naik ke setiap tingkatan. "Tidak ku sangka aku terlalu meremehkan mu, aku mengira kamu sudah mati di tangan mereka," ucap sang pria."Aku sudah menduganya dari awal," sahut Chen "Baguslah kalau kamu bisa menduganya, Sekarang berikan semua isi di dalam peti mati itu, termasuk kotak yang kamu sembunyikan di dalam baju mu," ucap sang pria."Kenapa aku harus memberikannya pada mu, aku yang membukanya tentu saja ini menjadi mili ku," sahut Chen.Walau sebenarnya Chen sama sekali tidak tertarik dengan yang ada di dalam peti Chen langsung mengambil semuanya dan menyimpannya masuk ke dalam kantong ruang miliknya, Chen berpikir mending dia memilikinya sendiri daripada memberikan kepada orang yang ingin memanfaatkannya."Aku sudah berada di sini lebih dari lima belas tahun dan tidak bisa membukanya, atas dasar apa kamu yang
Kedua ketua lainnya terkejut melihat saudari mereka yang saat ini terduduk sambil terus berteriak, ketua Nie Ang bisa melihat kalau saat ini tangan Nie Ya terbakar.Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Chen, kenapa jarum milik Nie Ya bisa terbakar api seperti itu."Apa yang kamu lakukan pada saudari ku!" teriak Nie Ang yang terlihat sangat marah."Aku hanya mengembalikan miliknya," ucap Chen dengan sangat santai."Kita habisi saja dia, berani sekali mencari masalah dengan kita," sahut Nie Eng.Nie Ang menghampiri Chen dengan tatapan membunuh dan mengarahkan pedangnya ke leher Chen, melihat pedang yang tepat ada di lehernya Chen sama sekali tidak takut, Chen yang malah tersenyum membuat Nie Ang semakin kesal padanya."Aku sebenarnya tidak ingin membunuh mu dengan tanganku, tapi kamu yang memaksa ku melakukannya, anggap saja kamu sedang tidak beruntung saat ini," ucap Nie Ang."Sombong sekali, bunuh saja jangan banyak bicara," sahut Chen menghilang ke belakang."Akan ku turuti permintaa
Melihat sang pria yang sangat meremehkannya Chen hanya menyunggingkan bibir dan berjalan melewatinya, Chen melangkah menuruni tingkatan hingga ke tingkat dasar pertama.Chen sendiri sebenarnya sejak tadi sudah merasa sangat kesal karena sang misterius terus memintanya mencari peti kecil yang ada di bagian bawah menara cahaya."Tunggu dulu." Pria yang meremehkan Chen masih terus mengikutinya, Chen ingin tahu apa lagi yang akan dikatakan sang pria yang mengikutinya seketika Chen menghentikan langkahnya."Kenapa lagi?""Kamu sudah sampai ke tingkat sembilan untuk apa lagi kamu ke tingkat dasar pertama?" ucap sang pria yang berdiri di samping Chen."Apa yang salah jika aku ke tingkat dasar pertama, bahkan aku akan memasuki tingkat dasar inti," Jawab Chen dengan santai nya."Hahahahaha," Pria di depan Chen tiba-tiba tertawa sangat keras.Chen tidak memperdulikannya dan langsung melanjutkan langkahnya yang terhenti, ternyata percuma saja dirinya menghentikan langkah pikir Chen yang kesal
Chen mengambil kitab di sampingnya yang tersisa satu, Chen langsung membuka kitab tinju pembelah lautan dan kembali menutup matanya.Tepat setelah menutup mata Chen merasa kakinya terendam di dalam air yang tidak terlalu dalam, Chen yang membuka matanya melihat lurus ke depan.Luasnya lautan dan semilir angin sejuk membuat Chen terdiam, air laut seperti memanggilnya untuk merenangi lautan di depannya hingga ke ujung."Kamu tidak akan bisa mencari ujung dari lautan, kembali saja anak muda." Suara seorang pria dari belakang Chen membuatnya langsung memutar badannya, Chen menatap pria paruh baya yang berdiri hanya beberapa langkah di depannya saat ini."Dari mana kamu mengetahuinya? Siapa kamu sebenarnya?" tanya Chen."Aku mengetahuinya karena aku kepingan roh yang tinggal sangat lama di sini, kamu bukan orang pertama yang datang kemari," ucap sang pria."Jadi apakah anda pemilik jurus tinju pembelah lautan?" tanya Chen lagi."Aku bukan pemilik jurus itu, aku sama seperti mu yang hanya
Chen yang melihat sang wanita menghilang terdiam, karena dirinya seseorang harus menghilang untuk selamanya."Kenapa kamu begitu bodoh, apa kamu ingin menyalahkan diri mu sendiri, karena kamu sudah berhasil dia juga sudah menyelesaikan kewajibannya," Suara tanpa wujud yang tiba tiba terdengar."Aku tahu itu," sahut Chen."Wanita itu hanya kepingan roh yang memiliki ke dua jurus yang kini kamu kuasai dia sudah meninggal sejak lama, berkat mu dia mungkin sudah bisa reinkarnasi," ucap suara yang kembali terdengar."Sudah aku bilang aku tahu itu," Sahut Chen."Ternyata kamu bukan manusia yang tidak bear perasaan," ucap Sang suara.Chen dari awal mengetahui kalau wanita yang menghilang adalah roh, dirinya hanya sedikit merasa bersalah walau memang benar berkat dirinya roh wanita itu sudah tenang."Haaaah, aku tidak boleh seperti ini, hanya tinggal dua jurus lagi aku harus semangat," dalam hati Chen.Chen langsung duduk dan membuka kitab Tinju para dewa, Chen kembali menutup matanya seperti
"Hahahaha, Ternyata masih belum bisa," ucap suara tanpa wujud yang tiba-tiba kembali terdengar. "Tidak bisa karena ini memang mustahil," sahut Chen. "Aku sudah mengatakannya tidak ada yang mustahil, buang kayu itu. Terus genggam tangan mu seperti kamu menggenggam gagang pedang mu, tutup mata mu dan bersatu lah dengan Sekitar mu, lakukan seperti itu," ucap suara tanpa wujud. Chen menuruti suara yang di dengarnya, Chen menggenggam seperti memegang pedang miliknya dan perlahan Chen menutup matanya merasakan hembusan angin yang menyejukkan badan nya. "Jurus Pedang tanpa wujud!" Teriak Chen dengan keras. Kreeekk, braaaaak... Perlahan pohon di depannya patah dan terbagi menjadi beberapa bagian, Chen tidak percaya dirinya bisa menebas pohon tanpa Menggunakan apapun. Chen mengulangi gerakan yang sama tapi kali ini dirinya menggunakan ranting kayu, tepat Setelah selesai bersiap Chen berteriak Sambil mengayunkan ranting kayu di tangannya. Wheeeeeeeeeessss. Braaaaaaaaaaaaak.
Chen beristirahat sejenak sebelum membuka kembali kitab selanjutnya, Chen berpikir dirinya terlalu keras sudah sepantasnya dirinya beristirahat walau sebentar, dirinya sudah menguasai 5 jurus sekaligus tanpa henti tubuhnya juga masih tubuh manusia yang bisa merasa lelah."Bagaimana bisa kamu menguasai dengan cepat kalau kamu hanya bermalas malasan seperti itu," suara tanpa wujud kembali terdengar."Bukankah itu terserah pada ku, aku sudah menguasai lima jurus apa yang salah jika beristirahat," ucap Chen."Kamu tidak bisa menunda lagi ,waktu mu tidak banyak kamu harus cepat menguasai jurus sisanya dan cepat dapatkan kotak itu untuk ku," sahut suara tanpa wujud."Memangnya seperti apa kotak itu sampai kamu sangat membutuhkannya," ucap Chen."Lakukan saja tugas mu," sahut suara tanpa wujud.Walau kesal Chen tetap mengambil dan membuka jurus kitab pertahanan Bintang, Chen kembali menutup matanya seperti sebelumnya.Perlahan Chen kembali membuka matanya, Chen langsung memperhatikan sekelil
Chen tidak membuang waktu langsung mengambil kitab selanjutnya, di bukanya kitab Sisik naga dan Chen kembali menutup matanya.Saat membuka mata betapa terkejutnya Chen menyadari dirinya berbaring di atas kepingan sisik emas yang sangat banyak.Chen mengambil satu sisik yang cukup besar dan memperhatikannya dengan teliti, sisik yang dipegangnya saat ini benar-benar emas asli lalu bagaimana bisa dirinya terbaring di atasnya pikirnya. Karena merasa itu bukan miliknya Chen menaruh kembali sisik emas yang dipegangnya dan bangkit berdiri, Chen lebih menyukai barang yang benar-benar miliknya daripada mengambil barang yang bukan miliknya sama sekali."Itu milik mu, bagaimana bisa kamu melupakan milik mu sendiri," bisik suara di telinga Chen."Milik ku, Itu tidak mungkin, karena aku tidak memiliki sisik emas seperti itu," ucap Chen."Itu hasil kerja keras mu, bagaimana bisa kamu meninggalkannya disini, Ambillah dan bawalah pergi," sahut suara yang kembali berbisik di telinga Chen."Aku tidak
Setelah menyadari dikedua tangannya terdapat gambar bunga panas di seluruh tubuh Chen menghilang, Chen yang tidak ingin membuang waktu langsung mengambil kitab lainnya, kitab yang bertuliskan Tulang batu dibukanya dan kembali menutup matanya.Auuuuuuuuuu.Chen terkejut mendengar suara auman serigala seperti berada di dekatnya, Chen yang baru membuka matanya bergegas bangkit mencari asal suara hewan yang di dengarnya.Mata Chen tertuju pada serigala besar yang seperti mengerti kehadirannya, Serigala mata emas terlihat tidak senang dengan kehadirannya.Auuuuuuuuuuuuu.Chen tidak menyangka dirinya melihat Serigala lain selain Chi, apalagi Serigala yang ada di depannya sangat berbeda karena mata emasnya."Anak muda nyalimu besar juga ingin mempelajari jurus milik ku," Serigala besar menatap Chen dengan tajam."Setiap jurus dibuat memang untuk dikuasai," sahut Chen dengan lantang."Hahahahaha, aku suka apa yang kamu katakan, tapi perlu kamu tahu selama ini tidak ada yang berhasil menguasai