Chen sama sekali tidak mengerti Bagaimana bisa matanya tiba-tiba terasa sangat sakit seperti itu, padahal matanya baik-baik saja setelah cahaya masuk ke matanya rasa sakit seperti diserang ribuan serangga tidak bisa ditahan oleh Chen.Melihat lawannya yang tidak jadi mengeluarkan susunan pembantai Chen hanya menggelengkan kepalanya, Chen mengira mereka tidak jadi melakukan susunan pembantaian karena kasihan padanya yang kesakitan."Mata iblis," ucap Mon."Apa itu mata iblis?" sahut Chen."Mata iblis itu jurus," ucap Mon."Tapi bukankah aku tidak mempelajari jurus apapun akhir-akhir ini, dan tadi aku hanya beristirahat saja," sahut Chen."Anggap saja kamu sedang beruntung," sahut Mon."Tapi sekarang kamu akan dalam masalah besar, wanita yang kamu buat hampir mati tadi salah satu anak emas perguruan Tanah Darah," ucap Mon."Semua sudah terlanjur, lagian mereka duluan yang menyerang ku," sahut Chen dengan santai.Setelah pulang keenam murid perguruan Tanah Darah mendapatkan hukuman karen
Chen memperhatikan gerbang besar bertuliskan Perguruan Tanah Darah, karena dirinya berasal dari mas depan Chen merasa kebingungan kenapa nama-nama perguruan berbeda dengan nama perguruan biasa yang ada di dunianya.Melihat Chen yang tiba-tiba menghentikan langkahnya pria tua mengira Chen masih ragu, Pria tua benar-benar tidak berniat menyakiti Chen karena memang tulus mengundang ke perguruannya."Tenang saja kami tidak akan mencelakai mu," ucap pria tua menepuk pundak Chen.Chen melangkah masuk ke dalam perguruan Tanah Darah dan memperhatikan sekitarnya, dua perguruan yang sudah dimasukinya tidak memiliki perbedaan semua hanya melatih kekuatan bela diri."Ambil ini," ucap pria tua memberikan baju salah satu muridnya ke Chen yang bajunya sobek.Chen mengambil baju pemberian pria tua dan langsung memakainya, tentu saja dirinya tidak akan mengucapkan terima kasih karena saat ini dirinya belum tahu Apa rencana pria tua itu.Len yang memperhatikan Chen merasa sangat kesal dan semakin membe
Chi menghentikan langkahnya setelah jauh meninggalkan perguruan tanah darah, Chi membaringkan tubuh Chen yang terlihat sangat lemas, Chen yang masih bisa bergerak perlahan mengambil pil penyembuh yang diberikan ketua Xu Lin sebelum dirinya pergi.Setelah menelan pil Chen kembali beristirahat, Chen yang duduk bersandar langsung perlahan menutup matanya.Tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur Chen kembali membuka matanya, Chen menatap langit yang sudah gelap."Tuan, bagaimana keadaanmu?" tanya Chi."Aku sudah jauh lebih baik," ucap Chen."Kamu ternyata bisa bicara, kenapa tidak bicara dari awal?" tanya Chen."Maaf tuan Chi tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu dari tuan, aku hanya berjaga jaga," sahut Chi."Itu bagus, waspada memang diperlukan," ucap Chen."Tuan sangat baik pada ku, Chi berjanji tidak akan menyembunyikan apapun lagi," sahut Chi."Tidak perlu sampai seperti itu, aku sendiri manusia yang mungkin melakukan kesalahan, jadi kamu harus tetap berjaga-jaga walau itu pad
Chen yang kehilangan kesadarannya berusaha Di sadarkan oleh Mon, Mon terus berulang kali memanggil namanya dan memintanya tetap sadar, jika Chen terus kehilangan kesadarannya bisa saja dirinya tidak akan kembali menjadi dirinya sendiri selamanya."Haaah, bagaimana cara menyadarkan nya," ucap Mon yang sudah menyerah."Tuan, aku baik baik saja."Mendengar Chi yang berbicara walau dengan suara lirih Chen masih bisa mendengarnya, Chen melepaskan tangannya dari ekor sang siluman dan kembali ke arah Chi."Chi, kamu terluka," ucap Chen yang terlihat sangat panik."Hanya luka kecil, tuan tidak perlu sampai seperti itu," sahut Chi.Siluman ular bisa melihat kalau Chen sangat tulus menyayangi serigala kecil miliknya, siluman ular menjadi yakin kalau Chen bukan salah satu dari manusia serakah yang ingin mengambil telur spiritual miliknya."Berikan ini, ini bisa menyembuhkannya, sepertinya aku salah karena menganggap semua manusia sama," ucap siluman ular.Chen menatap tajam siluman ular yang be
Chen masih memperhatikan sekelilingnya, Chen ingin tahu siapa sebenarnya orang yang mempermainkannya, kenapa sampai saat ini orang itu tidak mau menampakkan diri walau dirinya tahu orang itu berada di sekitarnya."Aku sudah mengatakannya aku tahu kamu ada di sekitar sini, cepat kembalikan milikku aku akan meminta maaf karena menggunakan tempatmu," ucap Chen."Aku melakukannya bukan karena kamu menggunakan tempatku," ucap wanita tua"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa mengambil milikku," tanya Chen merasa penasaran."Aku hanya pemilik rumah yang saat ini kamu gunakan tanpa izin, aku hanya sedang mengerjaimu saja karena saat ini tidak ada kerjaan," ucap wanita tua."Kalau begitu di mana pedang dan serigala ku? Aku tidak mengatakannya Aku meminta maaf karena menggunakan rumahmu tapi aku tidak suka orang lain menyentuh milik ku," sahut Chen."Kamu tenang saja pedang dan serigala mu ada pada ku nanti pasti akan ku kembalikan pada mu," sahut wanita tua itu."Kenapa harus nanti?" tanya Chen."Ten
Chen kembali melanjutkan perjalanannya yang masih belum tahu harus ke mana, Mon dan Chi walau sudah ada di tangannya saat ini masih tidak ada yang berbicara, Chi bahkan tertidur sangat pulas di gendongannya.Setelah dua hari perjalanan Chen terdiam di tengah jalan, Chen menatap dua menara besar yang terlihat masih sangat jauh, Chen penasaran apa sebenarnya dua menara itu dan kenapa menara didirikan berdampingan."Menara itu menara cahaya dan menara api," ucap Mon yang berdiri di samping Ashu."Ahhhh, kamu akhirnya bangun juga," sahut Chen."Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Mon."Kalian disembunyikan oleh wanita tua aneh, dia meminta ku menurutinya jika ingin kalian kembali," ucap Chen yang masih merasa kesal."Memangnya apa yang dimintanya?" Tanya Mon."Hanya memasang kuda-kuda, dan memukul pohon sepuluh ribu kali," ucap Chen."Pantas saja aku melihat ada yang berbeda dari mu," sahut Mon."Memangnya apa yang berbeda?" Tanya Chen."Nanti kamu juga akan mengetahuinya, menara yang ka
Chen yang baru keluar dari dalam ruangan melihat pria yang sebelumnya mengantarnya, pria itu tersenyum melihatnya yang baru saja keluar dari dalam ruangan."Selamat karena sudah berhasil, kamu sudah bisa naik ke tingkat selanjutnya sekarang, ikuti aku," ucap pria di depan Chen sambil berjalan pergi.Chen mengikuti pria di depannya yang berjalan menaiki anak tangga, tiba-tiba saja pria itu berhenti dan berdiri di antara dua pintu berwarna sama seperti sebelumnya."Ini tingkat kedua, kamu hanya bisa memilih satu dari kedua ruangan ini," ucap pria di depan Chen."Yang di sebelah kanan pelebur jiwa dan di sebelah kiri pembuka jiwa," sambung pria di depan Chen yang melihat Chen hanya diam."Apa aku bisa memilih keduanya?" Tanya Chen."Ini adalah pagoda cahaya, sudah pasti tidak boleh ada keserakahan di sini," ucap sang pria.Tanpa berfikir Chen langsung masuk kedalam ruang pembuka jiwa, Chen hanya mengikuti nalurinya yang seperti memintanya masuk ke dalam ruangan kedua."Semua tidak mudah.
Chen bertekad akan membuktikan pada naga nya kalau dirinya berhasil bukan karena beruntung, dirinya berhasil karena memang dirinya mampu pikir Chen.Chen kembali mengikuti sang pria yang berjalan menaiki anak tangga menuju tingkat ketiga, Chen bisa melihat kalau pria di depannya tidak menghentikan langkahnya dan bersiap langsung naik ketingkat selanjutnya."Tingkat ketiga tidak terlalu penting, lebih baik kamu naik saja ketingkat keempat," ucap sang pria.Chen yang menghentikan langkahnya memperhatikan ruangan di depannya, Chen berpikir untuk melewati semuanya dan tidak berniat melewatkan satu tingkatan sekalipun."Tidak perlu, aku ingin melewati semua tingkatan di dalam Menara cahaya ini," ucap Chen sambil berjalan membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan di depannya."Cih sombong sekali, aku mau lihat sampai mana kamu bisa bertahan," dalam hati sang pria.Chen melangkah masuk kedalam ruangan dan tidak menemukan siapa pun selain dirinya di sana, Chen langsung duduk bersila dan menutu