Chen masih memperhatikan sekelilingnya, Chen ingin tahu siapa sebenarnya orang yang mempermainkannya, kenapa sampai saat ini orang itu tidak mau menampakkan diri walau dirinya tahu orang itu berada di sekitarnya."Aku sudah mengatakannya aku tahu kamu ada di sekitar sini, cepat kembalikan milikku aku akan meminta maaf karena menggunakan tempatmu," ucap Chen."Aku melakukannya bukan karena kamu menggunakan tempatku," ucap wanita tua"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa mengambil milikku," tanya Chen merasa penasaran."Aku hanya pemilik rumah yang saat ini kamu gunakan tanpa izin, aku hanya sedang mengerjaimu saja karena saat ini tidak ada kerjaan," ucap wanita tua."Kalau begitu di mana pedang dan serigala ku? Aku tidak mengatakannya Aku meminta maaf karena menggunakan rumahmu tapi aku tidak suka orang lain menyentuh milik ku," sahut Chen."Kamu tenang saja pedang dan serigala mu ada pada ku nanti pasti akan ku kembalikan pada mu," sahut wanita tua itu."Kenapa harus nanti?" tanya Chen."Ten
Chen kembali melanjutkan perjalanannya yang masih belum tahu harus ke mana, Mon dan Chi walau sudah ada di tangannya saat ini masih tidak ada yang berbicara, Chi bahkan tertidur sangat pulas di gendongannya.Setelah dua hari perjalanan Chen terdiam di tengah jalan, Chen menatap dua menara besar yang terlihat masih sangat jauh, Chen penasaran apa sebenarnya dua menara itu dan kenapa menara didirikan berdampingan."Menara itu menara cahaya dan menara api," ucap Mon yang berdiri di samping Ashu."Ahhhh, kamu akhirnya bangun juga," sahut Chen."Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Mon."Kalian disembunyikan oleh wanita tua aneh, dia meminta ku menurutinya jika ingin kalian kembali," ucap Chen yang masih merasa kesal."Memangnya apa yang dimintanya?" Tanya Mon."Hanya memasang kuda-kuda, dan memukul pohon sepuluh ribu kali," ucap Chen."Pantas saja aku melihat ada yang berbeda dari mu," sahut Mon."Memangnya apa yang berbeda?" Tanya Chen."Nanti kamu juga akan mengetahuinya, menara yang ka
Chen yang baru keluar dari dalam ruangan melihat pria yang sebelumnya mengantarnya, pria itu tersenyum melihatnya yang baru saja keluar dari dalam ruangan."Selamat karena sudah berhasil, kamu sudah bisa naik ke tingkat selanjutnya sekarang, ikuti aku," ucap pria di depan Chen sambil berjalan pergi.Chen mengikuti pria di depannya yang berjalan menaiki anak tangga, tiba-tiba saja pria itu berhenti dan berdiri di antara dua pintu berwarna sama seperti sebelumnya."Ini tingkat kedua, kamu hanya bisa memilih satu dari kedua ruangan ini," ucap pria di depan Chen."Yang di sebelah kanan pelebur jiwa dan di sebelah kiri pembuka jiwa," sambung pria di depan Chen yang melihat Chen hanya diam."Apa aku bisa memilih keduanya?" Tanya Chen."Ini adalah pagoda cahaya, sudah pasti tidak boleh ada keserakahan di sini," ucap sang pria.Tanpa berfikir Chen langsung masuk kedalam ruang pembuka jiwa, Chen hanya mengikuti nalurinya yang seperti memintanya masuk ke dalam ruangan kedua."Semua tidak mudah.
Chen bertekad akan membuktikan pada naga nya kalau dirinya berhasil bukan karena beruntung, dirinya berhasil karena memang dirinya mampu pikir Chen.Chen kembali mengikuti sang pria yang berjalan menaiki anak tangga menuju tingkat ketiga, Chen bisa melihat kalau pria di depannya tidak menghentikan langkahnya dan bersiap langsung naik ketingkat selanjutnya."Tingkat ketiga tidak terlalu penting, lebih baik kamu naik saja ketingkat keempat," ucap sang pria.Chen yang menghentikan langkahnya memperhatikan ruangan di depannya, Chen berpikir untuk melewati semuanya dan tidak berniat melewatkan satu tingkatan sekalipun."Tidak perlu, aku ingin melewati semua tingkatan di dalam Menara cahaya ini," ucap Chen sambil berjalan membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan di depannya."Cih sombong sekali, aku mau lihat sampai mana kamu bisa bertahan," dalam hati sang pria.Chen melangkah masuk kedalam ruangan dan tidak menemukan siapa pun selain dirinya di sana, Chen langsung duduk bersila dan menutu
Suara anak kecil dan ibunya langsung menghilang, Chen bernafas lega akhirnya dirinya bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya memang masih memiliki hati nurani walau dulu dirinya adalah pembunuh bayaran terkenal, dirinya memang tidak membunuh anak dan ibu itu pikirnya."Hahahahaha... ." suara anak dan ibu yang mengganggu Chen berganti suara tertawa pria tua.Chen yang baru bernafas lega mengernyitkan dahinya, Chen memperhatikan sekelilingnya yang saat ini masih sama seperti sebelumnya sangat sepi, suara tawa yang sangat keras begitu sangat mengganggu Chen. "Kamu siapa tunjukan wujud mu," Chen berulang kali memutar badannya mencari asal suara tertawa itu."Anak muda, aku sudah melihat kemampuan mu di ruangan lain, aku kagum padamu walau kamu bukan berasal dari dunia ini," ucap suara tanpa wujud."Dari mana kamu mengetahuinya?" Tanya Chen."Anak muda yang terjadi tadi itu masa lalu mu, aku bisa melihat semuanya," ucap suara tanpa wujud."Memang itu masa lalu ku tapi tidak sepenuhn
Chen masih diam walau api di depannya terus berbicara padanya, api suci Dewa tidak bisa langsung melahapnya itu yang membuatnya terus berbicara dan memintanya masuk dengan sendirinya.Chen melangkah masuk ke dalam api suci Dewa karena berpikir jika diam saja dirinya tidak akan bisa mendapatkan apapun, tiba tiba saja api suci Dewa masuk kedalam tubuh Chen dan menghilang, Chen sedikit kebingungan kenapa dirinya tidak terbakar seperti orang orang sebelumnya."Ternyata dia memintaku masuk ke dalam bukan karena ingin membakar ku tapi karena memang tahu Niatku ingin menguasainya," gumam Chen.Chen membuka matanya dan mencoba mengeluarkan api suci Dewa di telapak tangannya, baru setitik api yang keluar dari tangannya terasa lebih panas dari saat terbakar api yang besar.Errrkkkkkkhhhhh.Chen merasa tangan dan sekujur tubuhnya seperti terbakar, semakin besar api yang keluar di tangannya panas di sekujur tubuhnya semakin menjadi"Sial, Kenapa panas nya baru terasa di saat aku mengeluarkannya,
Setelah menyadari dikedua tangannya terdapat gambar bunga panas di seluruh tubuh Chen menghilang, Chen yang tidak ingin membuang waktu langsung mengambil kitab lainnya, kitab yang bertuliskan Tulang batu dibukanya dan kembali menutup matanya.Auuuuuuuuuu.Chen terkejut mendengar suara auman serigala seperti berada di dekatnya, Chen yang baru membuka matanya bergegas bangkit mencari asal suara hewan yang di dengarnya.Mata Chen tertuju pada serigala besar yang seperti mengerti kehadirannya, Serigala mata emas terlihat tidak senang dengan kehadirannya.Auuuuuuuuuuuuu.Chen tidak menyangka dirinya melihat Serigala lain selain Chi, apalagi Serigala yang ada di depannya sangat berbeda karena mata emasnya."Anak muda nyalimu besar juga ingin mempelajari jurus milik ku," Serigala besar menatap Chen dengan tajam."Setiap jurus dibuat memang untuk dikuasai," sahut Chen dengan lantang."Hahahahaha, aku suka apa yang kamu katakan, tapi perlu kamu tahu selama ini tidak ada yang berhasil menguasai
Chen tidak membuang waktu langsung mengambil kitab selanjutnya, di bukanya kitab Sisik naga dan Chen kembali menutup matanya.Saat membuka mata betapa terkejutnya Chen menyadari dirinya berbaring di atas kepingan sisik emas yang sangat banyak.Chen mengambil satu sisik yang cukup besar dan memperhatikannya dengan teliti, sisik yang dipegangnya saat ini benar-benar emas asli lalu bagaimana bisa dirinya terbaring di atasnya pikirnya. Karena merasa itu bukan miliknya Chen menaruh kembali sisik emas yang dipegangnya dan bangkit berdiri, Chen lebih menyukai barang yang benar-benar miliknya daripada mengambil barang yang bukan miliknya sama sekali."Itu milik mu, bagaimana bisa kamu melupakan milik mu sendiri," bisik suara di telinga Chen."Milik ku, Itu tidak mungkin, karena aku tidak memiliki sisik emas seperti itu," ucap Chen."Itu hasil kerja keras mu, bagaimana bisa kamu meninggalkannya disini, Ambillah dan bawalah pergi," sahut suara yang kembali berbisik di telinga Chen."Aku tidak