Chi menghentikan langkahnya setelah jauh meninggalkan perguruan tanah darah, Chi membaringkan tubuh Chen yang terlihat sangat lemas, Chen yang masih bisa bergerak perlahan mengambil pil penyembuh yang diberikan ketua Xu Lin sebelum dirinya pergi.Setelah menelan pil Chen kembali beristirahat, Chen yang duduk bersandar langsung perlahan menutup matanya.Tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur Chen kembali membuka matanya, Chen menatap langit yang sudah gelap."Tuan, bagaimana keadaanmu?" tanya Chi."Aku sudah jauh lebih baik," ucap Chen."Kamu ternyata bisa bicara, kenapa tidak bicara dari awal?" tanya Chen."Maaf tuan Chi tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu dari tuan, aku hanya berjaga jaga," sahut Chi."Itu bagus, waspada memang diperlukan," ucap Chen."Tuan sangat baik pada ku, Chi berjanji tidak akan menyembunyikan apapun lagi," sahut Chi."Tidak perlu sampai seperti itu, aku sendiri manusia yang mungkin melakukan kesalahan, jadi kamu harus tetap berjaga-jaga walau itu pad
Chen yang kehilangan kesadarannya berusaha Di sadarkan oleh Mon, Mon terus berulang kali memanggil namanya dan memintanya tetap sadar, jika Chen terus kehilangan kesadarannya bisa saja dirinya tidak akan kembali menjadi dirinya sendiri selamanya."Haaah, bagaimana cara menyadarkan nya," ucap Mon yang sudah menyerah."Tuan, aku baik baik saja."Mendengar Chi yang berbicara walau dengan suara lirih Chen masih bisa mendengarnya, Chen melepaskan tangannya dari ekor sang siluman dan kembali ke arah Chi."Chi, kamu terluka," ucap Chen yang terlihat sangat panik."Hanya luka kecil, tuan tidak perlu sampai seperti itu," sahut Chi.Siluman ular bisa melihat kalau Chen sangat tulus menyayangi serigala kecil miliknya, siluman ular menjadi yakin kalau Chen bukan salah satu dari manusia serakah yang ingin mengambil telur spiritual miliknya."Berikan ini, ini bisa menyembuhkannya, sepertinya aku salah karena menganggap semua manusia sama," ucap siluman ular.Chen menatap tajam siluman ular yang be
Chen masih memperhatikan sekelilingnya, Chen ingin tahu siapa sebenarnya orang yang mempermainkannya, kenapa sampai saat ini orang itu tidak mau menampakkan diri walau dirinya tahu orang itu berada di sekitarnya."Aku sudah mengatakannya aku tahu kamu ada di sekitar sini, cepat kembalikan milikku aku akan meminta maaf karena menggunakan tempatmu," ucap Chen."Aku melakukannya bukan karena kamu menggunakan tempatku," ucap wanita tua"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa mengambil milikku," tanya Chen merasa penasaran."Aku hanya pemilik rumah yang saat ini kamu gunakan tanpa izin, aku hanya sedang mengerjaimu saja karena saat ini tidak ada kerjaan," ucap wanita tua."Kalau begitu di mana pedang dan serigala ku? Aku tidak mengatakannya Aku meminta maaf karena menggunakan rumahmu tapi aku tidak suka orang lain menyentuh milik ku," sahut Chen."Kamu tenang saja pedang dan serigala mu ada pada ku nanti pasti akan ku kembalikan pada mu," sahut wanita tua itu."Kenapa harus nanti?" tanya Chen."Ten
Chen kembali melanjutkan perjalanannya yang masih belum tahu harus ke mana, Mon dan Chi walau sudah ada di tangannya saat ini masih tidak ada yang berbicara, Chi bahkan tertidur sangat pulas di gendongannya.Setelah dua hari perjalanan Chen terdiam di tengah jalan, Chen menatap dua menara besar yang terlihat masih sangat jauh, Chen penasaran apa sebenarnya dua menara itu dan kenapa menara didirikan berdampingan."Menara itu menara cahaya dan menara api," ucap Mon yang berdiri di samping Ashu."Ahhhh, kamu akhirnya bangun juga," sahut Chen."Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Mon."Kalian disembunyikan oleh wanita tua aneh, dia meminta ku menurutinya jika ingin kalian kembali," ucap Chen yang masih merasa kesal."Memangnya apa yang dimintanya?" Tanya Mon."Hanya memasang kuda-kuda, dan memukul pohon sepuluh ribu kali," ucap Chen."Pantas saja aku melihat ada yang berbeda dari mu," sahut Mon."Memangnya apa yang berbeda?" Tanya Chen."Nanti kamu juga akan mengetahuinya, menara yang ka
Chen yang baru keluar dari dalam ruangan melihat pria yang sebelumnya mengantarnya, pria itu tersenyum melihatnya yang baru saja keluar dari dalam ruangan."Selamat karena sudah berhasil, kamu sudah bisa naik ke tingkat selanjutnya sekarang, ikuti aku," ucap pria di depan Chen sambil berjalan pergi.Chen mengikuti pria di depannya yang berjalan menaiki anak tangga, tiba-tiba saja pria itu berhenti dan berdiri di antara dua pintu berwarna sama seperti sebelumnya."Ini tingkat kedua, kamu hanya bisa memilih satu dari kedua ruangan ini," ucap pria di depan Chen."Yang di sebelah kanan pelebur jiwa dan di sebelah kiri pembuka jiwa," sambung pria di depan Chen yang melihat Chen hanya diam."Apa aku bisa memilih keduanya?" Tanya Chen."Ini adalah pagoda cahaya, sudah pasti tidak boleh ada keserakahan di sini," ucap sang pria.Tanpa berfikir Chen langsung masuk kedalam ruang pembuka jiwa, Chen hanya mengikuti nalurinya yang seperti memintanya masuk ke dalam ruangan kedua."Semua tidak mudah.
Chen bertekad akan membuktikan pada naga nya kalau dirinya berhasil bukan karena beruntung, dirinya berhasil karena memang dirinya mampu pikir Chen.Chen kembali mengikuti sang pria yang berjalan menaiki anak tangga menuju tingkat ketiga, Chen bisa melihat kalau pria di depannya tidak menghentikan langkahnya dan bersiap langsung naik ketingkat selanjutnya."Tingkat ketiga tidak terlalu penting, lebih baik kamu naik saja ketingkat keempat," ucap sang pria.Chen yang menghentikan langkahnya memperhatikan ruangan di depannya, Chen berpikir untuk melewati semuanya dan tidak berniat melewatkan satu tingkatan sekalipun."Tidak perlu, aku ingin melewati semua tingkatan di dalam Menara cahaya ini," ucap Chen sambil berjalan membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan di depannya."Cih sombong sekali, aku mau lihat sampai mana kamu bisa bertahan," dalam hati sang pria.Chen melangkah masuk kedalam ruangan dan tidak menemukan siapa pun selain dirinya di sana, Chen langsung duduk bersila dan menutu
Suara anak kecil dan ibunya langsung menghilang, Chen bernafas lega akhirnya dirinya bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya memang masih memiliki hati nurani walau dulu dirinya adalah pembunuh bayaran terkenal, dirinya memang tidak membunuh anak dan ibu itu pikirnya."Hahahahaha... ." suara anak dan ibu yang mengganggu Chen berganti suara tertawa pria tua.Chen yang baru bernafas lega mengernyitkan dahinya, Chen memperhatikan sekelilingnya yang saat ini masih sama seperti sebelumnya sangat sepi, suara tawa yang sangat keras begitu sangat mengganggu Chen. "Kamu siapa tunjukan wujud mu," Chen berulang kali memutar badannya mencari asal suara tertawa itu."Anak muda, aku sudah melihat kemampuan mu di ruangan lain, aku kagum padamu walau kamu bukan berasal dari dunia ini," ucap suara tanpa wujud."Dari mana kamu mengetahuinya?" Tanya Chen."Anak muda yang terjadi tadi itu masa lalu mu, aku bisa melihat semuanya," ucap suara tanpa wujud."Memang itu masa lalu ku tapi tidak sepenuhn
Chen masih diam walau api di depannya terus berbicara padanya, api suci Dewa tidak bisa langsung melahapnya itu yang membuatnya terus berbicara dan memintanya masuk dengan sendirinya.Chen melangkah masuk ke dalam api suci Dewa karena berpikir jika diam saja dirinya tidak akan bisa mendapatkan apapun, tiba tiba saja api suci Dewa masuk kedalam tubuh Chen dan menghilang, Chen sedikit kebingungan kenapa dirinya tidak terbakar seperti orang orang sebelumnya."Ternyata dia memintaku masuk ke dalam bukan karena ingin membakar ku tapi karena memang tahu Niatku ingin menguasainya," gumam Chen.Chen membuka matanya dan mencoba mengeluarkan api suci Dewa di telapak tangannya, baru setitik api yang keluar dari tangannya terasa lebih panas dari saat terbakar api yang besar.Errrkkkkkkhhhhh.Chen merasa tangan dan sekujur tubuhnya seperti terbakar, semakin besar api yang keluar di tangannya panas di sekujur tubuhnya semakin menjadi"Sial, Kenapa panas nya baru terasa di saat aku mengeluarkannya,