“Gila sekali si Pandit, tubuh kamu di bikinnya lumpuh, juga kamu menderita luka dalam yang parah. Aku tak bisa mengobati kamu, dulu dia juga yang menyebabkan ayah dan ibu kamu terjungkal ke jurang. Tapi kalau nggak terjungkal kamu nggak bakalan ada sihh!” cerocos Hashimi sambil tertawa, hingga Remibara melongo.“Jadi paman tahu semua kisah ayah dan bundaku…?” ceplos Remibara sambil menarik nafas dan dadanya terasa sangat sakit, tanpa di duga Hashimi langsung mengangguk.“Ibu mu saat itu sedang hilang ingatan, dia menyerang ayahmu gara-gara ulah Ki Pandit, tapi ayah kamu begitu sayang dengan ibumu. Lalu ibumu yang hilang ingatan saat itu justru menyebabkan dirinya terjungkal ke jurang. Tapi entahlah mungkin karena sayang, ayahmu lalu ikut melompat dan bersama-sama terjeblos ke jurang,” Inilah sebuah kisah yang benar-benar membuat Remibara antara percaya dan tidak, dipikirnya dulu ayahnya nafsu saja dengan ibunya, yang sudah sering ia dengar soal kecantikannya di masa muda, yang bik
Setelah hampir pagi, barulah Remibara merasa badannya sangat cape sekali, karena ia bersilat hampir setengah malaman.Namun pengaruh daun ajaib itu masih ada, belum hilang 100 persen dan dalam gua itu dia ketiduran karena kecapekan, namun dia kaget saat seseorang datang, wanita itu berbaju merah.“Dafina…!” tanpa sadar Remibara menyebut nama gadis berbaju merah ini. Anehnya Dafina tidak bersuara, dia langsung mendatangi Remibara yang sedang tertidur kecapekan dan kini terbangun.“Dafina…darimana kamu tahu aku di sini..?” Remibara masih bengong dengan kedatangan gadis cantik ini.Tapi lagi-lagi Dafina tak mengeluarkan sepatah katapun, dia malah tersenyum saja dan memeluk tubuh Remibara yang sangat kecapekan usai berlatih setengah malaman.Remibara yang belum sembuh dari pengaruh daun yang ia makan, yang ternyata di sebut daun ajaib tentu bahagia bukan main, kedatangan Dafina bak membawa sekolam air cinta buatnya.Remibara berasa aneh sekali, Dafina bak sudah biasa bercinta, tiada puas-
Lelah bernyanyi, Wei Wei dengan senang hati menemani Remibara minum arak, dan menikmati buah-buahan yang disediakan, juga penganan kecil lainnya, keduanya aseek bercerita dan kadang tertawa bersama bak sahabat lama.Wei Wei dengan apa adanya cerita kalau dia adalah kembang di rumah makan ‘Bunga Cinta’ ini, tapi dia ngaku nggak sembarangan mau menerima ajakan tidur pria manapun, kalau hatinya tak suka.Remibara lalu ingat, selama perantauannya dulu dengan Ki Jenggot, gurunya sering mengajaknya ke tempat beginian, biasanya dia hanya mendengarkan musik dan tak memperdulikan gurunya aseek dengan para wanita seperti Wei Wei ini.Didikan secara tak langsung Ki Jenggot kini membekas di dalam jiwa Remibara, sehingga ia kini mengulang apa yang dilihat saat masih beranjak remaja.Saat Remibara yang setengah mabuk menarik dagu Wei Wei, wanita cantik bermata sipit ini malu-malu kucing, Remibara yang masih belum tinggi jam terbangnya tentu saja makin penasaran.Wei Wei malah tertawa kecil dan dia
Baru saja Remibara berjalan ke arah jalan setapak menuju ke tengah pulau ini, telinganya yang tajam mendengar ada pergerakan.Tapi bukan langkah kaki, namun suara desisan dan Remibara terdiam, karena di depannya berjejer puluhan ular sendok dengan tegak menatapnya. Remibara pun terkesima sesaat, karena bukan hanya puluhan ekor, tapi ratusan bahkan lebih dan sudah mengurungnya.“Hmmm sesuai dengan nama pulaunya, yakni Pulau Ular, ternyata berisi ribuan ular,” batin Remibara dan tass… ia pun melompat ke atas pohon dan hampir saja dia kena patuk ular paling berbisa di muka bumi ini, karena di atas pohon itu juga bercokol puluhan ular ini.Tak mau buang waktu Remibara terus berlompatan dari pohon ke pohon dan kini setelah berada di tengah pulau, ia melihat sebuah bangunan yang cukup besar dengan halaman luas.Dari atas pohon Remibara menyaksikan ada 30 an orang terlihat santai, dan agaknya sedang diadakan pesta.Terlihat ada ikan-ikan dan juga daging yang bakar, termasuk terlihat puluhan
Ki Bando juga sama, dia kaget bukan main mendengar suara mengguntur dari pemuda ini, tenaganya seakan membalik dan menghantam tubuhnya, Ki Bando terlempar hingga 10 meteran, dadanya teramat sesak.Tapi kembali dia harus melompat secepat kilat, karena Remibara melancarkan serangan Harimau Menerkam Mangsa yang luar bisa kuat dan dinginnya.Serangan bertubi-tubi yang kelabakan di tangkis Ki Bando, yang terus-terusan mengutuk karena dia kini sangat menderita, jantung bak mau pecah sakit kerasnya jurus-jurus yang dilancarkan Remibara.Saat akan menerjang Ki Bando lagi, Remibara mendengar suara teriakan seorang wanita secepat kilat ia mendatanginya, karena itu suara Wei Wei yang terlihat terjatuh di teras.Memanfaatkan hal itu Ki Bando secara cerdik dan secepat kilat melompat kabur ke dalam hutan di pulau itu dan menghilang, dia tak peduli lagi dengan markas dan anak buahnya, baginya cari selamat itu lebih penting, karena Remibara benar-benar kuat dan lebih sakti dari dirinya. “Wei Wei…kam
Remibara kini kembali berpetualang ke Borneo Timur, masih ada rasa penasaran terhadap kekalahan melawan 4 Tokoh Naga Hitam itu.Kali ini Remibara tak banyak bertanya, karena ia sudah tahu arahnya, daya ingat Remibara memang mengagumkan.Walaupun sudah lebih dua tahunan semenjak kekalahannya itu, tapi Remibara tidak nyasar lagi, ia tetap ingat tempat nya.Namun Remibara kaget, ternyata sarang Nyai Dawina sudah pindah sejak 1,5 tahunan yang lalu.Padepokan yang dulu rame dan banyak yang berjaga kini bak bangunan hantu, tak terlihat siapapun di tempat ini.Remibara hanya sebentar melihat bangunan ini, dia melanjutkan perjalanan dan sesekali bertanya kemana padepokan Naga Hitam ini pindah, tapi tak satupun warga yang di tanya tahu, di mana kini mereka berada.Remibara tak tahu, 2 tahunan yang lalu saat dia menghilang di tahanan, 4 Tokoh Naga Hitam ini geger, mereka gentar dan memutuskan pergi dari tempat ini.Saat itu semua berpikir pasti ayah Remibara, yakni Prabu Sembara yang turun tang
Jangankan Kertamalaki, Remibara juga sangat penasaran, kenapa abang nya ini bisa berkeliaran tanpa pengawalan. Padahal sebagai Putera Mahkota pastinya sangat berbahaya berpetualang di alam bebas.Karena sangat banyak musuh dalam selimut yang pastinya akan bikin perhitungan dengan Prabu Sembara dan pastinya abangnya ini akan terimbas juga.Tapi jiwa petualang dalam diri Kertamalaki agaknya menurun dari ayah dan kakeknya, sehingga Kertamalaki tanpa takut, dengan menyamar dan berpakaian biasa merantau meluaskan pengalaman, dia percaya diri karena merasa ilmu kanuragannya sudah sangat tinggi.4 bundanya sampai harus siang malam memberi nasehat pada putra mahkota ini agar mau membatalkan diri merantau seorang diri, hanya Prabu Sembara yang tenang-tenang saja.Prabu Sembara beranggapan, Pangeran Kertamalaki walaupun belum dianggap hebat ilmu silatnya, tapi mempunyai pribadi yang tenang dan cerdik, sehingga akan mudah menyelesaikan semua masalah bila merantau dan tak perlu khawatir kalah ber
Begitu mereka selesai bicara di warung itu, tiba-tiba datang 50 an prajurit, ternyata mereka pengawal Istana.“Mohon maaf baginda pangeran, hamba Komandan Barian, diperintah langsung dari baginda Prabu, agar hari ini juga membawa baginda pangeran ke Istana,” Komandan Barian terlihat membungkukan badan memberi hormat.“Baiklah Komandan Barian, tugasku juga selesai dengan cepat, oh ya…dua orang ini bukan orang lain Komandan Barian, yang tampan ini adikku sendiri, Pangeran Remibara dan yang cantik ini, sepupu kami, Putri Renicia…dua orang inilah yang menjadi alasanku merantau dulu dan kini secara kebetulan malah bertemu keduanya!”Komandan Barian kaget! Dia langsung membungkuk dan diikuti 50 anak buahnya, mereka mengucapkan salam buat Remibara dan juga Renicia.Keduanya berasa kaget dan asing dengan sebuat pangeran dan juga putri, terutama Renicia, karena baru pertama kali dia di panggil begitu.Remibara pun sama, ada kebanggaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, inilah untuk perta
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma