Setelah tinggal hampir 1 bulan, Ranina akhirnya meninggalkan neneknya dan kembali merantau, pesan neneknya jelas, yakni dia harus membalaskan sakit hati sang nenek itu, akibat pengusiran yang dilakukan Prabu Dipa beberapa puluh tahun silam.Galaulah pikiran Ranina, dalam hati dia tak setuju dengan pendapat neneknya tersebut, hingga dia tak sadar perantauannya membawa dia ke daerah perbatasan antara Kerajaan Surata dan Kerajaan Hilir Sungai.Dia heran melihatnya banyak pengungsi yang berbondong-bondong pergi dari kampungnya, dan menyeberang ke kerajaan Hilir Sungai.Saat dia mencuri dengar, ternyata sedang ada huru hara, yakni terkait pemberontakan yang dilakukan Putra Mahkota Pangeran Hasom terhadap kerajaan ayahnya sendiri, Prabu Tago.Entah kenapa Ranina malah tertarik dan kini dia sudah masuk ke wilayah kerajaan Surata, selama itu pula dia sering melihat banyaknya pengungsi yang di ganggu para prajurit.Sehingga Ranina turun tangan dan menghajar prajurit-prajurit tersebut, tentu sa
Putri Remi kemudian menggotong tubuh Ranina yang pingsan dan membawanya ke markas mereka, Pangeran Hasom yang tahu Ranina kini jadi tawanan langsung senang bukan main.Diapun tak sungkan berjanji akan memberi Putri Remi hadiah-hadiah besar kelak, kalau pemberontakan mereka berhasil.Andai tak diingatkan soal rencana pemberontakan oleh Putri Remi, saat Ranina pingsan itu sudah gatal tangan Pangeran Hasom untuk menggagahi Ranina, yang terlihat tak berdaya.Namun peringatan Putri Remi membuat Pangeran Hasom pun terpaksa menahan nafsunya.Agar Ranina tak kabur atau pun berbuat yang aneh-aneh, Putri Remi lalu merecoki minuman penghilang ingatan pada Ranina. Racun penghilang ingatan ini akan efektif selama dua minggu.Namun putri licik ini paham, setelah 10 harian Ranina kembali di recoki lagi, andaikata itu terus dilakukan hingga berbulan-bulan, dapat dipastikan Ranina bakal lupa ingatan selamanya, saking ganasnya racun penghilang ingatan tersebut.Itulah sebabnya Ranina tak tahu siapa dir
Sembara tersadar, dia merasa badannya bak tak ada tulangnya lagi, lemah dan tak berdaya, seolah-olah semua kekuatannya lenyap tak berbekas. Sakit luar biasa disekujur tubuhnya, benar-benar tak bisa diceritakan, Sembara sambil menggigil menahan itu semua.Pandangannya nanar dan setelah mengejap-ngejapkan mata berkali-kali, dia baru bisa menatap dengan pandangan normal. Sembara tak ingat lagi berapa lama ia pingsan, dia celingak-celinguk."Dimana Ranina?" batinnya khawatir.Saat akan bangkit, Sembara terguling dan dengan mengumpulkan semua tenaga, barulah dia bisa bangkit lagi dan duduk sambil berkali-kali mengambil nafas, sambil merangkak.“Kamu sudah sadar…duduklah dan bersiaplah mati sekarang juga!” alangkah kagetnya Sembara, baru saja mau diperintah duduk, dia malah mau di bunuh. Sembara lalu menengadah ke orang yang bersuara itu.Ternyata orang itu seorang nenek yang sudah tua, tubuhnya kurus dan bajunya penuh tambalan dan sudah berwarna buram.“Sebentar nek…aku salah apa?” tanya S
Ternyata bukan sehari ataupun dua hari Sembara melakukan semedhi di bawah air terjun yang sangat deras itu, tapi sampai 3 hari.Hari ketiga, tepat tengah hari Sembara yang larut dalam semedhinya mendengar suara si nenek yang memerintahkannya menyudahi semedhinya tersebut.“Ambil nafas, hembuskan kuat-kuat dan salurkan semua ke lengan kamu, setelah itu cepat kembali ke pondok!” perintah si nenek.Sembara pun langsung melaksanakan perintah suara tersebut, dia berdiri dengan tegak, lalu secara cepat melontarkan pukulan tenaga dalam ke depan.“Blarrrrrrr….!” Terdengar suara keras, air terjun yang deras berhamburan terkena pukulan tenaga dalam Sembara, bahkan hebatnya pukulan tadi menyebabkan air yang terkena langsung berubah jadi butiran es sebesar kepala anak kecil.Sembara langsung bersorak, lalu dengan cepat dia melompat dari air terjun itu dan berlompatan ke sana kemari.“Anak bodoh, cepat kenakann baju kamu, ngapain kamu berloncatan telanjang gitu!” terdengar sayup-sayup suara nenek
Sejak hari itu, Sembara jadi murid tunggal Nyi Rayi, nenek yang sudah sepuh ini, dia sangat senang melihat kemajuan Sembara yang luar biasa.Nyi Rayi tak perlu mengajari Sembara dari nol, hanya menambahkan jurus-jurus yang masih kurang dan menyempurnakan jurus memecah awan, kini otomatis Sembara memiliki 5 jurus sakti yang sama-sama sangat dahsyat, yakni Menari Di Atas Awan, Jurus Halilintar, Jurus Asmara dan Jurus Memecah Awan, serta Jurus Menyedot Sukma.Namun Nyi Rayi meminta Sembara cukup menamakan semua jurus itu dengan nama Jurus Halilintar. Karena ke lima nya bisa digabung Sembara menjadi satu. “Tak perlu lagi kamu sebut jurus ini dan itu, cukup satu nama yakni jurus halilintar,” ceplos si nenek sambil terkekeh melihat muridnya ini melongo.Nama halilintar di ambil karena setiap kali Sembara melontarkan tenaga dalamnya, terdengar bunyi yang sangat luar biasa. Bahkan saat latihan bersama Nenek Nyi Rayi, bunyinya sampai memecahkan batu sebesar kerbau, yang terdapat di dekat merek
Namun gadis bernama Soha ini tetap gemetaran, sehingga Sembara merasa aneh sendiri. “Soha kamu kenapa masih gemetaran begitu, apa yang kamu takutkan?” tanya Sembara hati-hati.“Tu-tuan…aku takut, nanti Ki Bajo dan anak buahnya akan balas dendam, kalau kelak tuan pergi dari kampung ini,” akhirny Soha buka alasannya.“Ooo begitu, baiklah, kamu makan dulu, nanti aku akan hancurkan sarang mereka, ayoo jangan takut-takut lagi yaa!” Soha akhirnya mau makan dan kini dia lebih tenang.Beberapa warga anehnya kini banyak yang ketakutan, mereka takut kalau Ki Bajo akan datang kembali dengan komplotannya yang lebih besar.Sehingga saat Sembara menyudahi makan siangnya, warung ini jadi sepi, bahkan si pemilik warung terlihat pucat pasi, hingga Sembara makin terheran-heran sendiri.“Kenapa kamu pucat begitu, nih uang buat pengganti meja dan kursi kamu yang rusak parah tadi,” Sembara meletakan tiga keping uang emas, tapi si pemilik warung termasuk 3 pembantunya malah berlutut di depan Sembara.“Tuan
Sembara kini membawa Soha dalam perjalananya menuju ke Kampung Bukit Bangkirai, Sembara sebelumnya membeli seekor kuda lagi buat Soha, juga pakaian yang baru buat gadis cantik ini, sepintas baru Sembara sadar, wajah Soha sangat mirip Dawina, apalagi setelah dia mengenakan pakaian yang baru dan agak mewah.Beda saat masih berpakaian sederhana dan terlihat lusuh, kini setelah berpakaian bagus, aura kecantikan Soha nampak sekali.Tapi Soha lebih ceria dan sering tersenyum, sedangkan Dawina terlihat dingin dan pendiam, setelah 2 hari bersama, Sembara lalu mengajak Soha beristirahat di sebuah penginapan, Sembara sekaligus ingin tahu latar belakang gadis belia ini, karena ia selama dua harian ini belum berkesempatan bicara serius.Setelah makan malam, Sembara lalu bertanya latar belakang Soha, gadis ini ternyata anak pungut dari Ki Tayo, dia di angkat anak saat usianya 1,5 tahun.Soha mengaku baru tahu soal ini saat ayah dan ibu angkatnya bertengkar, gara-gara Ki Tayo ingin menyerahkan Soha
Akhirnya Sembara dan Soha sampai juga di kampung Bukit Bangkirai, namun keduanya heran melihat kampung ini amat sunyi, padahal rumah-rumah warga cukup rapat, yang menandakan kampung ini banyak penghuninya.“Bang kenapa kampung ini sunyi, padahal rumah warga banyak!” ceplos Soha.“Aku juga tak tahu Soha, kenapa jadi seperti kampung mati?” sahut Sembara sambil melihat sekeliling, mereka masih di atas kuda dan memandang jalanan yang sunyi dan rumah warga yang tertutup rapat.Namun telinga Sembara yang sudah terlatih tajam menangkap pergerakan dari kiri dan kanan, Sembara tenang-tenang saja.“Soha, agaknya kedatangan kita akan disambut warga, kamu tenang saja, kalau kamu ingin melatih ilmu silat kamu selama 3 bulanan ini, boleh kamu pakai sekarang, tapi jangan membunuh ya!” cetus Sembara menoleh ke Soha, dan gadis yang makin cantik ini lalu mengangguk, sambil turun dari kudanya, walaupun baru 3 bulan berlatih silat.Tapi kemampuan Soha sangat meningkat drastis, setelah setiap hari jalan d
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma