“Ya, saya tak tahu persis letak goa itu karena saya sendiri belum pernah ke sana yang pasti letaknya masih dalam kawasan daerah kekuasaan Kerajaan Singosari ini.” Dewa Pandang tiba-tiba menyambung penjelasannya... “Kedua saudara kandung itu merupakan murid dari sosok yang sakti mandraguna, namun naas sekali ia musti tewas di tangan murid-muridnya sendiri. Setelah ia menyerahkan dua keris pusaka yang ia miliki, murid-murid jahanam itu justru menikamnya dengan kedua keris itu hingga tewas.” Arya terkejut dan langsung geram mendengarnya. “Benar-benar biadab mereka..! Gurunya sendiri mereka habisi.” Dewa Pandang kembali memberikan keterangan. “Ya, Gurunya itu bernama Gunadarma. Ia dulu tokoh silat yang sangat disegani di pulau Jawa ini, apalagi ia memiliki sepasang keris yaitu Keris Naga Laut dan Keris Naga Api makin sulit dicari tandingannya sosok Gunadarma saat itu. Dia juga tokoh silat yang gemar berbuat kebaikan pada semua orang, sifatnya memang bertolak belakang dengan kedua mu
“Ingat, jika nanti saya berhasil menduduki tahta Kerajaan kalian semua akan hidup lebih makmur dan setiap harinya kalian akan saya beri hadiah. Kehidupan kalian akan lebih baik dari yang sekarang ini, apa kalian tidak mau begitu?” Ujar Sanjaya dengan janji-janji manisnya, tentu para prajurit makin bersemangat. “Kami semua yang ada di sini akan mendukung Panglima.” Mendengar seruan para prajurit itu, Sanjaya pun tersenyum gembira. “Bagus, sekarang saya akan kembali ke istana. Kalian menyebarlah ke desa-desa lainnya, untuk membuat kekacauan di sana. Baginda Prabu tidak akan tahu jika pun ada nanti para warga desa yang melapor ke istana, kita bisa cegat di pintu istana tak membiarkan mereka masuk. Laporkan pada saya nanti di istana, jika kalian telah melaksanakan perintah saya di desa-desa yang kalian kunjungi!” Salah seorang dari prajurit menjawab. “Baik Panglima, sekarang juga kami akan menyebar dan melakukan apa yang Panglima perintahkan.” Para prajurit itu segera membagi diri
Setelah bertemu dengan Dewa Pandang, Arya lanjutkan langkahnya mencari hutan lebat pepohonan letak goa tempat penyekapan Raden Ayu Sri Mahadewi itu. Saat ini Arya tengah melangkah akan melalui sebuah desa yang tidak jauh lagi di depannya, desa itu penduduknya cukup padat Arya tiba-tiba kernyitkan keningnya saat dari kejauhan ia melihat para penduduk desa tengah ribut dengan beberapa lelaki berpakaian seragam prajurit Kerajaan Singosari. “Apa yang terjadi di desa ini? Kenapa para penduduk desa ribut dengan para prajurit Kerajaan? Ada yang tidak beres, sebaiknya aku segera ke sana menghampiri mereka.” Gumam Arya, lalu mempercepat langkahnya menuju tempat para penduduk desa yang tengah ribut dengan sejumlah prajurit istana. “Hei, hentikan! Kenapa kalian begitu kasar pada para penduduk? Memangnya mereka salah apa, hingga kalian perlakukan seperti itu?!” Hardik Arya saat telah berada di antara prajurit istana dan para penduduk desa, para prajurit pun terkekut lalu salah seorang dari me
“Ada pihak orang dalam istana Kerajaan yang tengah memanfaatkan situasi ini untuk membuat citra Baginda Prabu buruk di mata para penduduk desa, saya harap kalian jangan mudah percaya jika nanti ada yang mengatas namakan Baginda Prabu bertindak semena-mena kalian bisa laporkan pada Baginda Prabu jika hal ini terjadi lagi.” Tutur Arya, para warga kembali mengangguk percaya. “Baik Mas, kami akan melakukan apa yang Mas Arya katakan.” Arya pun tersenyum lega. “Sepertinya hari sudah semakin sore, saya mohon diri untuk melanjutkan perjalanan mencari keberadaan Raden Ayu Sri Mahadewi terima kasih untuk jamuan minumnya.” Ucap Arya sembari berpamitan, para warga desa pun anggukan kepala lalu bersalaman secara bergantian dengan sang pendekar. ******* Dua orang penunggang kuda nampak memacu kudanya sangat cepat menerobos hutan yang rimbun pepohonan, mungkin mereka lakukan itu untuk menghindari kemalaman menuju tempat yang hendak mereka singgahi. Setelah menyeberangi sungai kecil yang berad
Sementara di tempat kediaman Sanjaya yang terletak d ibagian samping kanan dari ruang istana Kerajaan itu, tampak beberapa orang prajurit tengah bercakap-cakap dengan nya suara mereka terdengar pelan nyaris berbisik-bisik. “Jadi kalian sempat ribut dan berkelahi dengan tamu Baginda Prabu itu?” Tanya Sanjaya, salah seorang dari prajurit itu menjawab. “Benar Panglima, kami semua tak mampu menghadapinya. Ilmu silatnya cukup tinggi, sekali gebrak saja kami dibuat tak berdaya.” Sanjaya pun geram mendengarnya. “Kurang ajar..! Dia telah berani ikut campur, tapi kalian tidak mengatakan kalau saya yang memberi perintah agar melakukan kekacauan di desa-desa itu kan?” Para prajurit menggelengkan kepala mereka. “Tentu tidak Panglima, kami hanya berkata jika kami tidak mau diperintah olehnya.” Sanjaya mengangguk-angguk, lalu memberi perintah. “Bagus, tindakan kalian sudah tepat. Besok beberapa orang dari kalian menyebar, cari tahu ke arah mana pemuda itu melakukan tugas yang dipercayakan
“Terima kasih sebelumnya, atas kesediaanmu menerima tawaran kerja sama dari kami. Seperti yang telah dikatakan Wisnu jika nanti kita berhasil merebut tahta Kerajaan dari tangan Baginda Prabu, Kami akan memberimu sebagian dari harta Kerajaan itu.” Ucap Sanjaya, Wisnu Aji menimpalinya dengan gembira. “Wah, bagus itu Kakang. Berarti kita tinggal menunggu saat yang tepat saja untuk menyerang ke sana, pasukan kita yang berada di goa naga ini sudah cukup siap untuk dibawa melawan para prajurit pendukung Baginda Prabu.” “Ya Wisnu, tadi kamu mengatakan jika kamu menemui Bayu Simba di sebuah padepokan. Memangnya sobat kita ini sudah sejak lama memiliki padepokan?” Tanya Sanjaya yang memang tidak tahu dari dulu, karena mereka bertemu di lembah Gunung Semeru tidak pernah membicarakan hal itu. Kecuali dengan Wisnu Aji yang saat itu memang terlibat banyak obrolan dengan Bayu Simba, hingga Bayu Simba menjelaskan guru yang sekaligus Ayah kandungnya itu sejak lama membuat padepokan di wilayah per
Bayu Simba semakin terdesak akan pertanyaan yang dilontarkan Arya, namun kembali dia berusaha memberi penjelasan. “Saya memang telah lama mengenal Sanjaya dan Wisnu Aji, tapi saya tak tahu dengan tindakan dan rencananya jahat mereka terhadap Baginda Prabu. Karena awalnya saya tidak yakin, makanya saya memenuhi ajakan Wisnu Aji ke Goa tempat Raden Ayu disekap. Ternyata benar, mereka berdua menyusun rencana yang jahat sekali untuk menggulingkan tahta Kerajaan Singosari dari tangan Baginda Prabu. Saya berasal dari Padepokan Kelabang Hitam di sebelah timur wilayah perbatasan Kerajaan, saja diajak untuk bekerja sama dalam rencana jahat mereka itu oleh Wisnu Aji.” Arya kembali bertanya. “Siapa itu Wisnu Aji?” “Dia adalah Adik Kandung Sanjaya.” Bayu Simba menjawab, Arya pun mengangguk-anggukan kepalanya. “Oh Begitu, berarti Wisnu Aji itulah orangnya yang disuruh Sanjaya untuk menculik Raden Ayu dan disekap di goa itu.” Bayu Simba pun mengangguk. “Ya, kamu benar Arya. Dan untuk kamu k
“Siapa kau sebenarnya yang datang menyusup ke goa ini? Saya Wisnu Aji pimpinan di sini.” Arya lagi-lagi cengengesan, meskipun begitu di hatinya juga geram pada Wisnu Aji dan para anak buahnya. “He.. He.. He..! Ternyata ini sosok penculik Raden Ayu Sri Mahadewi? Dari tampang mu dan wajah Kakakmu Sanjaya, memang kelihatan kalau kalian berdua adalah manusia-manusia penghianat dan tamak..!” Menggembung rahang Wisnu Aji mendengarnya. “Kurang ajar! Berarti kau telah lama berada di tempat ini menguping pembicaraan kami. Serang..! Bunuh dia..!” Wisnu Aji memberi perintah, semua anak buahnya berhamburan mengepung Arya. “Traaaaaaaak...! Traaaaaak...! Traaaaaaaang..!” Terdengar suara beradunya tombak dan golok sesama anak buah Wisnu Aji yang serangan mereka dalam posisi mengepung itu mampu dielakan Arya dengan lambungkan tubuh ke udara, sang pendekar lalu bertengger di atas dahan pohon yang ada di pinggiran halaman goa itu. “Wuuuuuuuuus....! Wuuuuuuuuuuus..! Braaaaaaak..!” Tombak-tombak
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa