“Sangat nikmat dan segar sekali, makanan dan minuman istana ini yang mulia.” Puji Arya, Baginda Prabu pun tersenyum. “Sebelumnya saya ingin bertanya padamu, tentang hal yang menggegerkan tewasnya Joyo Kandis. Bagaimana ceritanya kamu bisa bertemu dengannya dan terlibat pertarungan?” Arya mulai dengan kebiasaan tengilnya menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, setelah itu barulah ia menjawab. “Panjang ceritanya yang mulia, yang jelas di samping telah membuat keresahan di mana-mana dia juga dalang atas hilangnya Mustika Laut Selatan milik Nyi Roro Kidul.” Baginda Prabu manggut-manggut lalu berkata. “Oh, jadi Joyo Kandis merupakan dalang hilangnya Mustika Laut Selatan itu? Ya, saya juga mendengar berita tentang mustika milik Ratu Pantai Selatan yang hilang itu.” Arya menyambung keterangannya. “Benar yang mulia, waktu itu saya tidak sengaja bertemu dengan Bidadari Selendang Biru murid dari Nenek Sakti Eyang Intan Kasturi. Dia mendapat tugas dari Gurunya untuk mencar
“Dasar Keparat...! Kalian benar-benar licik, untuk kau ketahui sampai kapan pun saya takan pernah sudi menikah dengan Sanjaya. Lebih baik saya mati dari pada menikah dengan penghianat! Kau dengar itu Wisnu Aji?!” Wisnu Aji tak terlalu memperdulikan makian Putri Raja Kerajaan Singosari itu, ia justru tertawa kembali. “Ha.. Ha.. Ha..! Kita lihat saja nanti setelah Ayahmu mati, kau pasti akan tunduk pada kami.” Usai berucap dan tertawa Wisnu Aji melangkah ke luar dari goa itu, sebelum melesat pergi meninggalkan mulut goa ia sempat berbicara dengan beberapa orang lelaki yang bertugas berjaga-jaga di sana. Goa Naga merupakan goa besar yang telah dihuni puluhan tahun oleh sosok yang bernama Gunadarma, dia seorang tokoh sakti berilmu tinggi yang selalu getol berbuat kebajikan, 15 tahun yang silam ia mengangkat dua saudara kandung menjadi muridnya, yaitu Sanjaya dan Wisnu Aji. Gunadarma juga memiliki sepasang keris pusaka bernama Keris Naga Laut dan Keris Naga Api, Keris-keris itu diberi
Langkah kaki Sanjaya berhenti di depan sebuah ruangan tempat Sri Mahadewi disekap, ia nampak tersenyum melihat perempuan cantik itu yang tengah duduk bermenung menatap dinding ruang penyekapan itu. “Apa kabar calon istriku yang cantik jelita?!” Seru Sanjaya menggugah lamunan Sri Mahadewi yang tengah menatap dinding goa, kemudian Sri Mahadewi tampak geram dan jijik melihat kedatangan Sanjaya dan ia pun langsung memaki. “Oh, ternyata kau yang datang panglima penghianat..! Cuih, jangan pernah bermimpi saya akan mau menjadi istri manusia licik sepertimu..!” Sanjaya bukanya marah justru dia malah tertawa mendengarnya. “Ha.. Ha.. Ha..! Saya memang takan pernah bermimpi lagi, karena saat ini di depan saya semuanya terlihat nyata. Gadis yang selama ini saya cintai, sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupku.” Sri Mahadewi kembali memaki dengan sorot mata memendam kebencian yang mendalam. “Benar-benar manusia licik..! Kau takan bisa memaksas saya untuk menjadi istrimu..! saya tak per
Setelah meneguk air dan tenggorakannya terasa lega, Arya kemudian meneruskan penjelasannya. “Saya menduga ada kerja sama orang-orang dalam istana ini dengan si penculik untuk memuluskan tujuan membawa Raden Ayu Sri Mahadewi dari istana ini, dan bukan tidak mungkin dari semua ini ada rencana lain yang mereka susun untuk berbuat hal yang lebih jahat lagi pada yang mulia. Makanya saya sarankan agar yang mulia waspada dan jangan terlalu percaya pada siapapun, sebelum Raden Ayu ditemukan.” Kali ini Baginda Prabu anggukan kepala, sepertinya ia sudah mulai faham dengan semua yang Arya katakan. “Ada benarnya juga apa yang kamu katakan itu, Arya. Selama ini tak ada satupun dari pihak luar sana yang bisa masuk, tanpa seizin dan sepengetahuan saya terlebih dahulu. Kira-kira siapa ya yang berani berhianat pada saya?” Baginda Prabu merasa sangat heran, karena selama ini jangan kan pihak dalam istana, rakyatnya yang berada jauh dari istana pun selalu diperlakukan dengan adil dan bijaksana. Arya
Arya tak memperdulikan semua itu, ia terus berjalan ke luar dan masuk pedesaan lain menyelidiki sesuatu yang bisa ia jadikan pedoman untuk mencari keberadaan Raden Ayu Sri Mahadewi. Saat Arya berada di sebuah padang rumput serta pepohonan yang tidak begitu rimbun di pinggiran sebuah desa, ia melihat sosok lelaki tua berpakaian compang camping berjalan dengan sebuah tongkat sebagai pemandu langkahnya. Awalnya Arya tak tertarik dengan sosok lelaki tua itu, namun lama-kelamaan ia terkejut saat melihat sosok lelaki tua itu berjalan begitu cepat dan ilang-ilang timbul di sela-sela rumput ilalang Arya segera mengejar karena rasa penasaran muncul di pikirannya. Untuk beberapa saat lamanya Arya selalu kehilangan jejak saat berusaha mengejar sosok lelaki tua berpakaian compang camping itu, padahal ia telah mengerah segala kemampuannya untuk bisa mencegat lelaki tua bertongkat itu. “Kenapa kau mengejar saya, anak muda?!” Arya terperanjat saat suara sapaan seseorang itu berasal dari belakan
“Ya, saya tak tahu persis letak goa itu karena saya sendiri belum pernah ke sana yang pasti letaknya masih dalam kawasan daerah kekuasaan Kerajaan Singosari ini.” Dewa Pandang tiba-tiba menyambung penjelasannya... “Kedua saudara kandung itu merupakan murid dari sosok yang sakti mandraguna, namun naas sekali ia musti tewas di tangan murid-muridnya sendiri. Setelah ia menyerahkan dua keris pusaka yang ia miliki, murid-murid jahanam itu justru menikamnya dengan kedua keris itu hingga tewas.” Arya terkejut dan langsung geram mendengarnya. “Benar-benar biadab mereka..! Gurunya sendiri mereka habisi.” Dewa Pandang kembali memberikan keterangan. “Ya, Gurunya itu bernama Gunadarma. Ia dulu tokoh silat yang sangat disegani di pulau Jawa ini, apalagi ia memiliki sepasang keris yaitu Keris Naga Laut dan Keris Naga Api makin sulit dicari tandingannya sosok Gunadarma saat itu. Dia juga tokoh silat yang gemar berbuat kebaikan pada semua orang, sifatnya memang bertolak belakang dengan kedua mu
“Ingat, jika nanti saya berhasil menduduki tahta Kerajaan kalian semua akan hidup lebih makmur dan setiap harinya kalian akan saya beri hadiah. Kehidupan kalian akan lebih baik dari yang sekarang ini, apa kalian tidak mau begitu?” Ujar Sanjaya dengan janji-janji manisnya, tentu para prajurit makin bersemangat. “Kami semua yang ada di sini akan mendukung Panglima.” Mendengar seruan para prajurit itu, Sanjaya pun tersenyum gembira. “Bagus, sekarang saya akan kembali ke istana. Kalian menyebarlah ke desa-desa lainnya, untuk membuat kekacauan di sana. Baginda Prabu tidak akan tahu jika pun ada nanti para warga desa yang melapor ke istana, kita bisa cegat di pintu istana tak membiarkan mereka masuk. Laporkan pada saya nanti di istana, jika kalian telah melaksanakan perintah saya di desa-desa yang kalian kunjungi!” Salah seorang dari prajurit menjawab. “Baik Panglima, sekarang juga kami akan menyebar dan melakukan apa yang Panglima perintahkan.” Para prajurit itu segera membagi diri
Setelah bertemu dengan Dewa Pandang, Arya lanjutkan langkahnya mencari hutan lebat pepohonan letak goa tempat penyekapan Raden Ayu Sri Mahadewi itu. Saat ini Arya tengah melangkah akan melalui sebuah desa yang tidak jauh lagi di depannya, desa itu penduduknya cukup padat Arya tiba-tiba kernyitkan keningnya saat dari kejauhan ia melihat para penduduk desa tengah ribut dengan beberapa lelaki berpakaian seragam prajurit Kerajaan Singosari. “Apa yang terjadi di desa ini? Kenapa para penduduk desa ribut dengan para prajurit Kerajaan? Ada yang tidak beres, sebaiknya aku segera ke sana menghampiri mereka.” Gumam Arya, lalu mempercepat langkahnya menuju tempat para penduduk desa yang tengah ribut dengan sejumlah prajurit istana. “Hei, hentikan! Kenapa kalian begitu kasar pada para penduduk? Memangnya mereka salah apa, hingga kalian perlakukan seperti itu?!” Hardik Arya saat telah berada di antara prajurit istana dan para penduduk desa, para prajurit pun terkekut lalu salah seorang dari me
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa