Sang fajar telah menyingsing di ufuk Timur, sinarannya lama kelamaan tampak jelas menerangi seluruh alam termasuk Desa Beringin. Pagi-pagi sekali Sudiro dan Sarkam serta beberapa lelaki yang semalam berkunjung ke rumah tempat Arya dan ketiga sahabatnya menginap, tampak sibuk mendatangi pemukiman warga. Adapun keperluan mereka menyambangin rumah para warga desa itu, hanya untuk memberitahukan jika Arya dan ketiga sahabatnya pagi itu akan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Karena Arya dan ketiga sahabatnya telah berjasa dan sudah dianggap bagian dari warga Desa Beringin itu, maka mereka begitu antusiasnya berkumpul di depan rumah kepala desa. Setelah semua warga berkumpul, Rangga yang ikut berdiri di halaman rumah mendampingi Arya dan ketiga sahabatnya, memulai pembicaraan. “Para warga Desa Beringin yang berkumpul pagi ini di sini, saya ingin menyampaikan jika saudara kita Arya dan ketiga sahabatnya ini ingin berpamitan pada kita semua melanjutkan perjalanan mereka. Seba
Saat matahari tepat di puncak kepala, Baron yang sejak pagi tadi sibuk menyiangi padi segera ke luar dari sawah kemudian melangkah menuju dangau yang ia dirikan di pinggiran persawahan itu. Tak lama ia duduk setelah makan siang, tiba-tiba ia kedatangan seorang lelaki yang juga berasal dari warga Desa Kabut itu. “Baron..!” sapa lelaki yang baru datang itu. “Danar...!” Baron terkejut karena memang ia tak menyadari lelaki yang ia kenali itu muncul dari arah belakang tempat ia duduk di dangau. “Iya ini saya, dan kamu jangan pula tekejut! Sama halnya dengan Kanda Karta, saya ditugaskan untuk datang menemuimu di dangau ini.” tutur lelaki yang bernama Danar itu. “Tugas apa yang tengah kamu jalankan? Kenapa musti dengan menemui saya di sini?” tanya Baron heran. “Kamu bisa tidak membujuk 2 orang lelaki warga desa ini untuk ikut bersama saya ke istana Kerajaan? Nanti kamu akan saya beri sekantong uang logam emas ini?” tawar Danar. “Wah, banyak sekali! Bagaimana caranya saya membujuk mere
Dari Desa Beringin Arya dan ketiga sahabatnya meneruskan perjalanan ke arah Selatan, beberapa sungai kecil dan perbukitan telah mereka lewati dan saat ini mereka tiba di padang rumput yang cukup luas. Padang rumput itu sendiri ditumbuhi jenis ilalang dan rumput lain yang tingginya hanya sebatas lutut orang dewasa, di sana juga terdapat beberapa batang pohon namun tumbuhnya berjarak sekitar 7 hingga 15 tombak antara pohon yang satu dengan yang lainnya. Saat itu matahari sudah mulai condong, pertanda tak lama lagi sore pun tiba. Arya dan ketiga sahabatnya tetap berlari menyusuri padang rumput itu, namun lari mereka tiba-tiba terhenti saat Benggala berseru karena melihat sesuatu di udara. “Ada apa, Benggala? Kenapa kau berteriak dan meminta kami semua berhenti?” tanya Arya. “Lihat di atas sana!” seru Benggala, Arya dan kedua sahabatnya yang lain mendongakan wajahnya ke atas. “Peri Salju..!” seru Yuda Tirta dan Dewa Bola Api berbarengan, sementara Arya hanya melongo sambil terus mempe
“Hemmm, Peri Ratu pernah bercerita pada kami saat Peri yang memimpin di empat arah mata angin negeri di atas awan berkumpul. Dia mengatakan jika kelak akan muncul seorang pemuda dari negeri asing, yang mana pemuda itu merupakan utusan Dewata Agung untuk membasmi segala bentuk keangkaramurkaan di jagat raya ini. Dan sosok itu ternyata kamu, Arya. Kalau boleh saya tahu, dari negeri mana kau berasal?” ujar Peri Salju sembari bertanya. “Saya berasal dari Negeri Nusantara, negeri 1.500 tahun yang akan datang. Saya sendiri tidak tahu kenapa saya sampai terdampar di Negeri Peri ini, setelah saya bertemu dengan seorang pertapa sakti bernama Resi Dharma baru lah saya tahu jika saya musti melakukan tugas membela kebenaran di Negeri Peri ini sebagai cara agar saya dapat kembali lagi ke negeri asal saya nantinya.” tutur Arya. “Oh, jadi kau telah bertemu dengan Resi Dharma?” tanya Peri Salju yang memang mengenal lelaki tua pertapa sakti itu. “Ya, saya bertemu dengannya saat Benggala mengajak s
“Aduh..! Ha..ha..ha!” Yuda Tirta kelihatan meringis karena telinganya dipelintir, namun kembali ia tertawa saat melihat Arya mengaruk-garuk kepalanya. “Kalian ini, suka sekali mencandai saya memangnya kalian pikir ada apa antara saya dengan Peri Salju itu?” tutur Arya. “He..! He..! He..! Kami memang tidak tahu apa-apa mengenai hatimu terhadap Peri cantik itu, namun kami yakin kamu pasti menganggumi kecantikan yang dimiliki Peri Salju itu.” kali ini Dewa Bola Api yang berbicara. “Dia terlalu cantik malahan, hingga saya terkadang merasa risih juga berdekatannya.” Arya mengakui jika dia juga kagum akan kecantikan Peri Salju. “Ha..! Ha..! Ha..! Kan apa saya bilang, Jjka kau melihat langsung kau pasti akan terkesima melihat kecantikannya. Bukan hanya itu, harum semerbak yang berasal dari tubuhnya pun membuat kita betah berlama-lama dekat dengannya.” ujar Yuda Tirta. “Ah, kau ini dasar mata keranjang! Tak boleh lihat yang cantik-cantik, saya kagum pada Peri Salju bukan hanya dikarenak
“Iya Kanda, tapi apakah itu tidak berbahaya jika para prajurit istana Kerajaan Mutiara Selatan mengetahuinya. Saya kuatir nanti Kanda akan diberi hukuman, karena telah bekerja sama dengan Kerajaan lain.” Lasmi tiba-tiba merasa cemas akan tugas yang dilaksanakan suaminya, demi mendapatkan hadiah sekantong uang logam emas dari pesuruh Kerajaan di sebalik kabut gaib di ujung Selatan desa itu. “Para prajurit Kerajaan Mutiara Selatan tidak akan tahu, karena Kanda Karsa dan Danar melakukan itu siang hari sementara para prajurit hanya berjaga-jaga saat malam datang. Kamu tak perlu kuatir, asal kamu bisa menjaga rahasia ini dengan baik kita akan hidup senang memiliki uang yang banyak.” tutur Baron menenangkan kecemasan istrinya. “Iya Kanda, saya pasti akan menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya dari para warga desa. Kanda juga harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas yang diminta Kanda Karsa dan Danar!” ujar Lasmi mengingatkan suaminya. Malam pun tiba Desa Kabut kembali didatangi par
Sementara di Istana Salju malam itu Peri Salju kembali ditemani Lestari duduk sembari bercakap-cakap di beranda lantai atas istana itu, Peri cantik itu nampak semakin berseri saat tadi siang bertemu dengan pemuda yang pernah ia ceritakan pada abdi istananya itu. “Wajah yang mulia malam ini lebih berseri dari malam-malam sebelumnya, ada gerangan apa?” tanya Lestari memulai percakapan mereka di beranda istana salju itu. “Tidak ada apa-apa, saya hanya senang saja karena malam ini purnama muncul di langit.” tutur Peri Salju tersenyum sembari menunjuk bulan purnama yang malam itu tampak terang di langit. “Hemmm, jika hanya bulan purnama yang mulia maksudkan bukankah yang mulia Peri Salju sudah kerap melihatnya?” Lestari berusaha mencari tahu akan keceriaan junjungannya yang malam ini tampak berbeda sekali. “Tadi siang saya bertemu dengan Arya.” ujat Peri Salju kembali tersenyum. “Arya? Siapa dia, yang mulia?” “Dia pemuda unik yang pernah saya ceritakan padamu itu.” jawab Peri Salju.
“Jika yang mulia menguatirkan akan terjadi hal yang sama berbahayanya atas diri Arya di kawasan Selatan Negeri Peri itu, yang mulia harus memantau kawasan itu sembari menjaga Arya dan para sahabatnya dari kemungkinan buruk yang bakal terjadi.” saran Lestari. “Ya, kamu benar Lestari. Tugas saya mengawasi seluruh kawasan Negeri Peri ternyata belum usai, karena pasti ada sesuatu hal yang tak kalah pentingnya musti diselesaikan di kawasan Selatan negeri itu. Apakah di sana juga ada para utusan Kerajaan Angkasa yang selalu membuat kekacauan? Atau hal lain yang saya sendiri belum mengetahuinya? Saya akan mencari tahunya besok siang.” tutur Peri Salju menyetujui saran dari Lestari. Meskipun sinar bulan purnama masih terlihat terang menyinari namun malam yang telah larut tak dapat ditunda kehadirannya, angin malam yang bertiup membuat tubuh terasa dingin. Peri Salju memutuskan untuk segera beristirahat, karena besok siang ia akan kembali mengawasi segala sesuatunya di Negeri Peri. Sedangka
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa