“Kami telah berusaha bicara baik-baik,tapi sepertinya kalian tetap memaksa kami untuk bersikap keras pula!” tutur Arya yang tak mampu menahan geramnya, karena Bazala keras kepala bahkan terkesan selalu menyombongkan diri. “Ha..! Ha..! Ha..! Jadi kalian mau apa? Perang..? Ayo, maju kalian semua!” Bazala benar-benar bernyali besar atau memang tidak dapat berfikir jernih orangnya, dia malah menantang tidak sedikitpun menunjukan kekuatiran sama sekali. Karena Arya dan para warga hanya menunggu, maka para Suku Zumba lah yang mulai menyerang dan terjadilah pertempuran antara para lelaki warga Desa Beringin dan Suku Zumba itu. Saling ayun dan sodok senjata serta tangkis pun terlihat di sana-sini, sementara Arya menghampiri Bazala yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pasukannya bertempur. “Hemmm, ternyata kau juga seorang pengecut Bazala! Kau serukan pasukanmu untuk menyerang kami, sementara kau hanya diam berdiri menyaksikan!” tutur Arya saat ia telah berada di hadapan kepala Suku Zumb
“Mulia sekali hati kalian, kami yang telah kerap melakukan kesalahan namun kalian balas dengan kebaikan seperti ini. Kami berjanji akan mengingat kebaikan kalian ini sebagai pedoman kami untuk tidak lagi berlaku jahat pada desa-desa maupun kelompok lainnya, kami merasa malu dengan yang telah kami perbuat selama ini.” ucap Bazala, Rangga dengan segera memapah Bazala untuk berdiri. “Sudahlah tak perlu juga kalian sesali semua yang telah terjadi dan kalian lakukan, yang terpenting sekarang ada niat kalian untuk berubah secara sungguh-sungguh. Dan tidak pernah berniat sedikit pun untuk melakukan kejahatan lagi pada desa-desa lain, maupun kelompok yang bukan dari suku kalian.” tutur Rangga yang memang sosok kepala desa baik dan bijaksana. Arya tersenyum melihat semua itu, ia merasa senang akan keputusan bijak dari kepala Desa Beringin itu. Setelah seluruh warga Suku Zumba mengemasi barang-barang mereka yang ada di pemukiman, mereka ikut mengantar para warga Desa Beringin yang akan kembal
“Dia tidak akan bertindak tanpa saya perintahkan terlebih dahulu, lagi pula sebelum kita turun ke Negeri Peri semuanya telah saya katakan padanya jika tak satupun dari para utusan Kerajaan Siluman ini yang masih bertahan hidup di sana. Panglima saya perintah untuk tetap berada dan mengawasi istana ini, nanti jika rencana telah kita susun dengan matang barulah saya akan mengerahkannya untuk menyerang Kerajaan-kerajaan yang menjadi target kita di negeri di atas awan ini.” tutur Durpa. “Jika demikian adanya, sebaiknya kita pusatkan tenaga dalam untuk lebih cepat memulihkan luka dalam yang kita alami.” ajak Durpi, Durpa pun menyetujui mereka kembali duduk bersila mengerahkan segala yang mereka miliki untuk menyembuhkan luka dalam akibat hantaman ajian Telapak Petir Pendekar Rajawali Dari Andalas. ***** Sore itu cuaca di Desa Kabut cukup cerah, beberapa orang penduduk desa tengah asyik bekerja dilahan persawahan. Di sebuah dangau terlihat 3 orang lelaki yang sedang berbincang-bincang, s
“Bagus, sekarang saya dan Suman mohon diri dulu untuk menuju istana Kerajaan itu. Sebagai imbalan karena kamu bersedia mengantar titipan itu pada istri saya, terimalah ini!” tutur Karsa merogoh kantong celananya dan mengeluarkan 2 keping uang logam emas, lalu diberikan pada Baron. “Terima kasih, Kanda.” ucap Baron dengan wajah yang gembira sementara Karsa dan Suman bangkit dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Baron yang masih duduk dengan rasa tak percaya akan yang baru saja ia alami, bertemu Karsa yang telah berminggu-minggu menghilang dari Desa Kabut itu. Kemunculan Karsa yang tiba-tiba tadinya sempat membuat Baron dan Suman terkejut saat mereka tengah duduk di sebuah dangau di pinggiran persawahan, namun Karsa dengan cepat memberi tahu agar mereka berdua tidak berteriak hingga para warga yang tengah bekerja di sawah tidak mengetahui akan kemunculan dirinya di dangau itu. Setelah mendengar cerita dari Karsa, jika dirinya menghilang dan kini hidup penuh kesenangan di istan
“Baik Panglima, tugas itu akan saya laksanakan mulai besok pagi.” ujar lelaki yang dipanggil Danar itu. “Bagus, sekarang kau boleh kembali bergabung dengan mereka!” tutur Hantu Tangan Tiga yang setelah berucap langsung meninggalkan Danar, kembali ke ruangan khususnya sebagai Panglima Kerajaan. ***** Malam pun datang, keadaan pemukiman Desa Beringin pun tampak gelap. Tak berselang lama, terlihatlah pancaran cahaya dari nyala obor yang di depan halaman setiap warga terdapat dua buah obor di sisi kanan dan kiri depan halaman rumah mereka. Di salah satu rumah tampak beberapa orang yang tengah duduk di ruangan, bercakap-cakap sembari menikmati secangkir kopi dan panganan kecil. “Kedua sahabat saya ini, sudah pulih dari luka dalam yang mereka alami. Mungkin besok pagi kami akan berpamitan pada seluruh warga Desa Beringin ini, kami akan melanjutkan perjalanan.” tutur lelaki berpakaian serba putih. “Ya, saudara Arya. Besok pagi saya akan kumpulkan seluruh warga desa di depan rumah Kanda
Sang fajar telah menyingsing di ufuk Timur, sinarannya lama kelamaan tampak jelas menerangi seluruh alam termasuk Desa Beringin. Pagi-pagi sekali Sudiro dan Sarkam serta beberapa lelaki yang semalam berkunjung ke rumah tempat Arya dan ketiga sahabatnya menginap, tampak sibuk mendatangi pemukiman warga. Adapun keperluan mereka menyambangin rumah para warga desa itu, hanya untuk memberitahukan jika Arya dan ketiga sahabatnya pagi itu akan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Karena Arya dan ketiga sahabatnya telah berjasa dan sudah dianggap bagian dari warga Desa Beringin itu, maka mereka begitu antusiasnya berkumpul di depan rumah kepala desa. Setelah semua warga berkumpul, Rangga yang ikut berdiri di halaman rumah mendampingi Arya dan ketiga sahabatnya, memulai pembicaraan. “Para warga Desa Beringin yang berkumpul pagi ini di sini, saya ingin menyampaikan jika saudara kita Arya dan ketiga sahabatnya ini ingin berpamitan pada kita semua melanjutkan perjalanan mereka. Seba
Saat matahari tepat di puncak kepala, Baron yang sejak pagi tadi sibuk menyiangi padi segera ke luar dari sawah kemudian melangkah menuju dangau yang ia dirikan di pinggiran persawahan itu. Tak lama ia duduk setelah makan siang, tiba-tiba ia kedatangan seorang lelaki yang juga berasal dari warga Desa Kabut itu. “Baron..!” sapa lelaki yang baru datang itu. “Danar...!” Baron terkejut karena memang ia tak menyadari lelaki yang ia kenali itu muncul dari arah belakang tempat ia duduk di dangau. “Iya ini saya, dan kamu jangan pula tekejut! Sama halnya dengan Kanda Karta, saya ditugaskan untuk datang menemuimu di dangau ini.” tutur lelaki yang bernama Danar itu. “Tugas apa yang tengah kamu jalankan? Kenapa musti dengan menemui saya di sini?” tanya Baron heran. “Kamu bisa tidak membujuk 2 orang lelaki warga desa ini untuk ikut bersama saya ke istana Kerajaan? Nanti kamu akan saya beri sekantong uang logam emas ini?” tawar Danar. “Wah, banyak sekali! Bagaimana caranya saya membujuk mere
Dari Desa Beringin Arya dan ketiga sahabatnya meneruskan perjalanan ke arah Selatan, beberapa sungai kecil dan perbukitan telah mereka lewati dan saat ini mereka tiba di padang rumput yang cukup luas. Padang rumput itu sendiri ditumbuhi jenis ilalang dan rumput lain yang tingginya hanya sebatas lutut orang dewasa, di sana juga terdapat beberapa batang pohon namun tumbuhnya berjarak sekitar 7 hingga 15 tombak antara pohon yang satu dengan yang lainnya. Saat itu matahari sudah mulai condong, pertanda tak lama lagi sore pun tiba. Arya dan ketiga sahabatnya tetap berlari menyusuri padang rumput itu, namun lari mereka tiba-tiba terhenti saat Benggala berseru karena melihat sesuatu di udara. “Ada apa, Benggala? Kenapa kau berteriak dan meminta kami semua berhenti?” tanya Arya. “Lihat di atas sana!” seru Benggala, Arya dan kedua sahabatnya yang lain mendongakan wajahnya ke atas. “Peri Salju..!” seru Yuda Tirta dan Dewa Bola Api berbarengan, sementara Arya hanya melongo sambil terus mempe
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa