Gampar Seno tersenyum dan menganggukan kepalanya. “Saya takan pernah lupa pada orang yang telah membuat keributan serta melenyapkan nyawa para penduduk desa yang tak berdosa di seputaran Gunung Semeru ini, sekarang katakan saja apa maksud hingga datang ke Padepokan Macan Tutul ini?” Joyo Kandis kembali tertawa menyeringai. “Saya ingin memerintah kau dan semua murid-muridmu, mulai sekarang harus tunduk pada perintah saya! Ha.. Ha.. Ha..!” Menggembung rahang Gampar Seno mendengarnya, namun ia kendalikan amarahnya dengan ikut tertawa. “Apa? Kami semua harus tunduk padamu? Ha.. Ha.. Ha..! Jangan asal bicara kau Joyo Kandis dari pada bergabung dan harus tunduk pada pembantai orang-orang yang tak berdosa, kami semua lebih baik mati.” Mendengar jawaban dari Gampar Seno itu Joyo Kandis pun geram. “Oh begitu ya? Baik terimalah kematianmu!” Tak menunggu lama Joyo Kandis pun menerjang ke depan, diikuti oleh para prajuritnya yang menyerbu Padepokan Macan Tutul itu. Pertempuran sengit pun
“Apa itu, Nyi Ratu?” Nyi Roro Kidul itupun menjelaskan. “Mustika Laut Selatan milik saya telah dicuri sosok yang bernama Nyi Centil dan Joyo Kandis, sampai saat ini para prajurit istana yang saya kerahkan untuk menyelediki di mana kedua orang itu berada tak kunjung jua menemukannya. Termasuk juga dengan diri saya, yang telah mengitari seluruh pelosok pulau Jawa ini.” Dewa Pandang, yang tiba-tiba merapatkan tongkat bututnya kedada, lalu salah satu telapak tangannya ia rentangkan dikedua matanya. “Oh begitu, sebentar beri saya waktu untuk melihatnya.” Setelah beberapa menit hening Dewa Pandang kembali bersuara. “Mustika itu sangat berbahaya, tubuh pemegangnya akan kebal dari senjata dan ilmu-ilmu kanuragan. Kedua orang itu tinggal di sebuah bangunan dalam tanah di lembah Gunung Semeru, saat ini mereka tengah melakukan keonaran di mana-mana.” Terkejutlah Ratu Pantai Selatan mendengarnya. “Bangunan di dalam tanah di lembah Gunung Semeru?” Dewa Pandang mengangguk. “Ya, benar seka
“Moga saja kita bisa menemukan Kakek Dewa Pandang sesegera mungkin, Agar kita tidak terlambat hingga jatuh korban dari orang-orang yang tak berdosa akibat mustika itu.” Harap Bidadari Selendang Biru sembari arahkan pandangannya ke unggunan api di depan mereka, Arya pun mengangguk. ****** Malam itu di istana Kerajaan Bawah Tanah nampak meriah, sepertinya seluruh penghuni istana itu mengadakan pesta. Sorak-sorai kegembiraan terdengar riuh, diiringi dengan tarian mengikuti alunan alat musik yang dimainkan beberapa orang lelaki. “Saudara-saudaraku semua yang ada di sini, mari kita rayakan keberhasilan kita hari ini menguasai daerah kawasan Gunung Semeru. Besok pagi kita akan bergerak kembali memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Bawah Tanah ini!” seru Joyo Kandis pada seluruh orang yang ada di ruangan tempat mereka berpesta-pora itu. Seluruh yang ada di ruangan itu bersorak gembira. “Hidup yang mulia! Hidup Kerajaan Bawah Tanah!” Nyi Centil yang saat itu duduk di samping Raja Keraj
Desa-desa di seputaran Gunung Semeru yang kini dikuasai Kerajaan Bawah Tanah, nampak tersiksa akan peraturan yang mengharuskan para penduduk desa menyerahkan upeti yang sangat besar. Bahkan lebih dari separuh penghasilan pertanian mereka musti diserahkan ke Kerajaan Bawah Tanah itu, kalau tidak mereka akan diusir dari kawasan itu dan jika melawan akan dibunuh. Begitulah kekejaman Joyo Kandis dan Nyi Centil pada penduduk desa yang saat ini berada dalam kekuasaan mereka, tak ada tenggang rasa sedikit pun pada siapa saja yang tak mematuhi aturan yang telah mereka buat. Seperti halnya pagi itu, beberapa orang penduduk harus mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari para prajurit Kerajaan Bawah Tanah, mereka seenaknya membawa hasil pertanian penduduk itu secara paksa dari kediaman mereka ke dalam istana Kerajaan. Para prajurit istana itu beralasan sudah saatnya upeti diberikan oleh para penduduk pada pihak istana Kerajaan, bagi yang membangkang maka terjadilah pengambilan paksa terhada
“Dia adalah sahabat saya, namanya Dewa Pandang.” Kali ini Arya yang menjawab sembari tersenyum, Bidadari Selendang Biru sempat melototkan matanya ke arah sang pendekar yang seenak udelnya saja bicara padahal dia belum pernah bertemu apalagi bersahabat dengan Kakek sakti itu. Ratu Pantai Utara balas tersenyum. “Oh begitu?” Bidadari Selendang Biru segera menimpali. “Benar Ratu, Kakek Dewa Pandang itu kami duga berada di kawasan Pantai Laut Selatan makanya kami ingin menuju ke sana.” Ratu Pantai Utara mengangguk dan baru faham jika memang Bidadari Selendang Biru dan Arya berada di pihak yang sama ingin mencari Nyi Centil merebut kembali Mutiara Laut Selatan. “Kalau begitu mari sama-sama kita mencarinya, kebetulan juga saya ingin menemui sahabat saya Ratu Pantai Selatan itu.” Setelah Arya dan Bidadari Selendang Biru anggukan kepala menyetujui, mereka pun bersama-sama menuju Pantai Laut Selatan mencari sosok yang bernama Dewa Pandang di kawasan itu. Menjelang sore Arya, Bidadari S
“Oh iya, kamu benar Nyi. Kita memang memiliki keterbatasan untuk berada di ruang bawah tanah, lalu bagaimana caranya kita akan merebut mustika itu kembali, Nyi? Jika kita sendiri tidak memiliki daya untuk masuk ke kediaman mereka?” Ratu Pantai Selatan kembali alihkan pandangannya ke depan. “Cara satu-satunya menemukan murid dari Nyi Intan Kasturi yang bernama Bidadari Selendang Biru, menurut Kakek Dewa Pandang yang telah memberi saya keterangan tentang tempat Nyi Centil dan Joyo Kandis berada itu hanya dia dan sahabatnya yang bisa menaklukan serta merebut kembali Mustika Laut Selatan itu.” Ratu Pantai Utara kembali terkejut. “Bidadari Selendang Biru?” Ratu Pantai Selatan mengangguk. “Ya Dia.” Ratu Pantai Utara tiba-tiba saja terlihat gembira. “Kebetulan sekali Nyi, sebelum saya menuju istana ini saya bertemu dengannya. Sekarang ia dan temannya tengah menunggu saya di atas sana, tepatnya di barisan batu karang di pinggiran pantai.” Ratu Pantai Selatan pun ikut gembira. “Wah, k
“Arya.” Panggil lirih Bidadari Selendang Biru, Arya pun menjawab. “Ya, Kintani.” Bidadari Selendang Biru yang masih bersandar ke pundak Arya kembali berucap. “Saya ingin bertanya apakah kamu telah memiliki seorang kekasih?” Arya menggaruk-garuk kepalanya, ia tak habis pikir kenapa suasana semakin membuatnya sulit untuk menanggapi. “Hemmm, selama ini saya berada di gunung dan baru saja diutus Eyang Guru untuk mengembara menegakan kebenaran di manapun saya berada. Jadi mana mungkin saya punya kekasih, bertemu perempuan cantik seperti kamu saja baru kali ini pertama ini.” Bidadari Selendang Biru sangat senang mendengar penuturan dari Arya yang ia nilai memang jujur itu, perlahan kepalanya yang tadi disandarkan ke bahu Arya ditegakannya kembali. “Sudah saya duga kamu memang bukan orang sembarangan tapi seorang pendekar yang berilmu tinggi, sebagai seorang pendekar tentu kamu punya julukan pemberian dari Gurumu. Kalau boleh tahu apa julukanmu, Arya?” Arya tersenyum dan kembali men
Ratu Pantai Selatan pun menjawab. “Kakek Dewa Pandang mengatakan, ia ke sini untuk melenyapkan sebuah keris pusaka yang berbaya. Keris itu bernama Keris Naga Laut, saat dilemparkannya ke tengah lautan terdengar suara ledakan dan getarannya sampai ke istana Kerajaan Laut Selatan makanya saya ke daratan menemuinya.” Bidadari Selendang Biru menghela napas yang terasa agak berat, karena berfikir akan mencari ke mana lagi Kakek Dewa Pandang itu. “Oh begitu, sayang sekali Nyi Ratu juga tak mengetahui ke mana ia pergi setelah melenyapkan keris itu di kawasan ini.” Melihat sikap Bidadari Selendang Biru itu, Ratu Pantai Selatan pun bertanya. “Ada keperluan apa kalian mencarinya?” Arya yang menjawab. “Sehubungan dengan ditugasnya Bidadari Selendang Biru oleh Eyang Guru Intan Kasturi, untuk mencari Mustika Laut Selatan milik Nyi Ratu yang dicuri oleh Nyi Centil dan Joyo Kandis. Kami ingin bertanya pada Kakek Dewa Pandang tentang keberadan kedua pencuri itu, menurut Bidadari Selendang Bir
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa