Ratu Pantai Selatan pun menjawab. “Kakek Dewa Pandang mengatakan, ia ke sini untuk melenyapkan sebuah keris pusaka yang berbaya. Keris itu bernama Keris Naga Laut, saat dilemparkannya ke tengah lautan terdengar suara ledakan dan getarannya sampai ke istana Kerajaan Laut Selatan makanya saya ke daratan menemuinya.” Bidadari Selendang Biru menghela napas yang terasa agak berat, karena berfikir akan mencari ke mana lagi Kakek Dewa Pandang itu. “Oh begitu, sayang sekali Nyi Ratu juga tak mengetahui ke mana ia pergi setelah melenyapkan keris itu di kawasan ini.” Melihat sikap Bidadari Selendang Biru itu, Ratu Pantai Selatan pun bertanya. “Ada keperluan apa kalian mencarinya?” Arya yang menjawab. “Sehubungan dengan ditugasnya Bidadari Selendang Biru oleh Eyang Guru Intan Kasturi, untuk mencari Mustika Laut Selatan milik Nyi Ratu yang dicuri oleh Nyi Centil dan Joyo Kandis. Kami ingin bertanya pada Kakek Dewa Pandang tentang keberadan kedua pencuri itu, menurut Bidadari Selendang Bir
Ratu Pantai Selatan tersenyum. “Ya sahabatku Ratu Pantai Utara, terima kasih kamu telah mengantarkan mereka ke sini untuk bertemu dengan saya. Hingga keterangan yang saya dapat dari Kakek Dewa Pandang tentang keberadaan pencuri mustika itu, dapat saya terangkan pada Arya dan Bidadari Selendang Biru moga saja mereka berdua berhasil merebut mustika itu kembali.” Mereka saling berpelukan kemudian Ratu Pantai Utara meninggalkan Nyi Roro Kidul dengan kereta kudanya menuju istana Kerajaan Pantai Utara, tak berselang lama Nyi Roro Kidul pun kembali ke istananya di Pantai Laut Selatan itu. ******* Joyo Kandis hari itu tidak ikut serta dengan para prajuritnya dalam melakukan kegiatan rutin mencari pemukiman penduduk serta padepokan-padepokan yang belum jatuh dalam daerah kekuasaan Kerajaan Bawah Tanah, ia nampak menuju kamar rahasia yang di sana terdapat sahabat-sahabatnya dari bangsa Jin dan Siluman. Tak ada yang mengetahui selain dirinya sendiri dan Nyi Centil akan keberadaan makhluk-ma
Pagi itu cuaca mendung, gerimis-gerimis kecil turun mengembun rerumputan dan daun pepohonan yang terdapat di sekitar lembah Gunung Semeru. Sepasang bayangan yang tadi berkelebat berlari kencang, tiba-tiba berhenti dibawah pohon yang paling besar di lembah Gunung Semeru itu. Suara petir yang menggelegar pun terdengar diiringi turunnya hujan lebat, seluruh kawasan lembah Gunung Semeru tampak basah kuyup terkecuali di bawah pohon tempat sepasang bayangan yang tadi berkelebat itu. “Pohon ini sudah sangat tepat untuk kita singgahi, Kintani. Buktinya hujan yang selebat ini mampu menghindari tubuh kita dari basah kuyup dengan berada di bawahnya.” Gadis cantik berpakaian biru dan memiliki lesung pipi itu tersenyum lalu menganggukan kepalanya. “Benar Arya karena selain besar pohon ini juga memiliki daun yang sangat rimbun, hingga mampu meneduhkan kita dari terpaan air hujan.” Arya memandang ke sekeliling kawasan dari bawah pohon rindang itu. “Sepertinya kita sudah tiba di kawasan lembah
Bidadari Selendang Biru hanya diam saja, sedangkan Arya cengengesan seraya mencibir. Joyo Kandis terlihat murka sekali, saat mengetahui para prajuritnya berpencaran dengan tubuh yang tergeletak dan sebagian lagi tertelungkup akibat hantaman Arya dan Bidadari Selendang Biru itu. Joyo Kandis kembali membentak Arya dan Bidadari Selendang Biru. “Kenapa kalian diam saja, Hah?!” Arya menanggapi dengan masih cengengesan dan garuk-garuk kepalanya. “He.. He.. He..! Saya hanya merasa tak penting saja mempekenalkan diri pada orang biadab sepertimu, Joyo Kandis!” Joyo Kandis semakin geram. “Kurang ajar! Kalian telah membuat keributan di istanaku, sekarang seenaknya meremehkan saya. Ayo, Dinda! Kita beri pelajaran kedua cecunguk ini!” Habis berucap keduanya segera bergerak ke depan, Nyi Centil berhadapan dengan Bidadari Selendang Biru, sementara Joyo Kandis berhadapan dengan Arya. Yang terlihat sengit adalah pertarungan antara Bidadari Selendang Biru dengan Nyi Centil, mereka terlibat sal
Arya yang saat itu telah dapat berdiri kembali meskipun dengan tertatih-tatih, terkejut melihat Bidadari Selendang Biru yang seperti terlempar sendiri tanpa ia lihat ada orang yang menyerang gadis cantik berlesung pipi itu. Namun tak beberapa lama Bidadari Selendang Biru yang terguling-guling di semak-semak kembali bangkit, ia segera meraih selendang berwarna biru yang terlilit di lehernya lalu selendang itu ia lempar ke udara seketika saja berubah menjadi sosok Naga berwarna biru. Naga itu beberapa kali berputar-putar di udara, lalu menyemburkan cahaya biru dari dalam mulutnya. “Deeeeeeeeeees...! Aaaaaargh!” Terdengar suara pekikan dari seorang perempuan kemudian tubuhnya yang tadi tidak tampak kini terlihat tengah tertelungkup dengan satu tangan mendekap lehernya, sosok itu tidak lain adalah Nyi Centil yang saat itu mengalami luka parah di bagian leher akibat semburan cahaya biru yang berasal dari mulut Naga. Sepertinya Naga Biru tak ingin memberi kesempatan pada Nyi Centil unt
“Deeeeeeeeees..!” Sebuah tendangan dilesatkan Bidadari Selendang Biru mengarah dada Joyo Kandis, setelah ia menyiramkan air kencingnya yang di bungkus dedaunan pada tubuh pimpinan Kerajaan Bawah Tanah itu. Melihat tubuh Joyo Kandis terhuyung sedemikian rupa Arya dengan cepat merentangkan kedua telapak tangannya ke samping, kedua telapak tangannya itu menghadap ke atas tiba-tiba cuaca di sekitar menjadi gelap berawan pekat. Lalu di atas langit terlihat petir yang alirannya menyatu dengan kedua telapak tangan sang pendekar, ini lah salah satu pukulan andalannya yang bernama Tapak Petir Gunung Sumbing. Bidadari Selendang Biru yang telah menjejak tanah kembali terkejut begitu pula dengan Dewa Pandang melihat hal itu, Kedua telapak tangan yang telah dipenuhi aliran petir itu diarahkan Arya ke tubuh Joyo Kandis yang masih terhuyung terkena tendangan Bidadari Selendang Biru dan aliran sinar petir pun menghantam telak. “Jegeeeer..! Jegeeeeer..!” Tubuh Joyo Kandis dibuat melambung bebera
Untuk beberapa saat, kembali Arya memandang kalung buaya putih yang ada di genggaman tanganya itu, dengan ilmu yang ia miliki berupa tenaga dalam bandul kepala buaya putih itu dapat ia bagi menjadi dua bagian. Kemudian dengan mencari akar kecil sang pendekar membuat sebagian bandul kepala buaya putih itu menjadi kalung, lalu sebagian lagi yang menggunakan kalung aslinya ia serahkan pada Bidadari Selendang Biru. “Kintani, bagian ini kamu pegang. Saya akan mencoba untuk masuk ke dalam lautan, jika dalam beberapa saat saya mampu bertahan dan pakaian yang saya kenakan tidak basah itu tandanya dengan hanya mengenakan sebagian bandul kepala buaya putih ini sebagai kalung kita bisa masuk dan bertahan di dalam lautan.” Gadis cantik berlesung pipi itu menganggukan kepala, lalu menerima sebagian kalung itu. Arya dengan segera melangkah menuju ombak kemudian masuk ke dalam laut, Untuk beberapa saat lamanya Arya belum menampakan diri dari lautan itu. Secara manusia normal tentu saja takan bis
Arya menggaruk-garuk kepalanya, sementara Bidadari Selendang Biru hanya tersenyum. “Ceritanya panjang Ratu, namun intinya saat itu saya menolong para warga desa yang diculik lalu dijadikan pengikut oleh Ratu Siluman Buaya Putih yang membangun istana di dasar lubuk sebuah sungai. Dari situlah saya mendapatkan kalung buaya putih ini, jika dikenakan bisa bertahan hidup di dasar air dan ternyata juga bisa juga digunakan di dasar lautan.” Ratu Pantai Selatan mengangguk-anggukan kepalanya. “Hemmm, ya saya faham sekarang.” Bidadari Selendang Biru yang tadi hanya diam berdiri di samping Arya, kini mengeluarkan suara sembari mengeluarkan benda itu dari balik pakaiannya. “Apakah benar ini benda yang bernama Mutiara Laut Selatan itu, Ratu?” Ratu Pantai Selatan mengangguk senang dan lega, karena mutiara sakti itu telah berhasil direbut kedua pendekar di hadapannya dari Joyo Kandis dan Nyi Centil. “Ya benar, itu memang Mutiara Laut Selatan.” Bidadari Selendang Biru mengulurkan tangannya y
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa