Ketika Long Wan dan si Muka Setan sedang mengadu tenaga dalam, sesosok bayangan melompat dan menerjang punggung Long Wan menggunakan sebilah pedanag.“Long Wan, awas!” teriak Yang Han, dia sangat terkejut sahabat barunya itu ditikam dari belakang.Long Wan merasakan sambaran angin dari arah punggungnya, sebagai orang yang sudah terlatih dia tahu ada serangan gelap. Akan tetapi saat itu dia sedang mengadu tenaga dalam, lengah sedikit saja dirinya bisa celaka.“Dasar licik!”Fang Hua segera berdiri dan akan melompat ke atas panggung, namun dicegah oleh ayahnya.“Jangan, dia pasti bisa mengatasinya. Kalau kita ikut campur, maka seluruh dunia hitam di daerah ini akan menuduh kita pilih kasih!”Sebelum ujung pedang menembus punggungnya, Long Wan menghentakan kedua tangannya untuk mendorong si Muka Setan, bersamaan dengan itu dia melompat ke udara.“Hup!”Log Wan berhasil mengelak dari serangan gelap dari belakangnya, begitupun dengan pukulan tenaga dalam si Muka Setan dia juga berhasil mel
“Saya akan segera pergi ke Gunung Kun Lun, tuan!”“Sudah kuduga, pendekar hebat sepertimu pasti ikut andil dalam pemilihan si Jago Tanpa Tanding!”“Anda terlalu memuji, saya hanya sekedar ingin menonton saja, sebab di sana tentu banyak orang yang lebih lihai dibandingkan dengan saya!” Long Wan tetap merendah.“Long Wan, sebaiknya malam ini kamu tetap tinggal di sini, ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan kepadamu!” ajak Yang Han, akan tetapi Long Wan menggelengkan kepalanya.“Han, kamu juga tahu ada hal penting yang harus segera saya lakukan, terutama mencari Fang Gong yang membawa penawar racun pelemas tulang!”Walaupun sudah dibujuk, akan tetapi Long Wan tetap bersikeras untuk segera pergi meninggalkan tempat ini. Setelah berpamitan, tubuhnya melesat dengan sangat cepat dan menghilang ditelan kegelapan malam.“Pemuda yang luar biasa, dia bisa mengalahkan si Muka Setan dengan sangat mudah!” puji Fang Tung.Semua orang menganggukan kepala, mereka mengakui bahwa Long Wan sangat sak
“Terimakasih, Dewi!” A Ying menjatuhkan diri di hadapan gadis cantik yang sudah menolongnya.“Pergilah, jangan menjadi wanita lemah yang begitu mudah dipermainkan oleh laki-laki!”Setelah memberikan penghormatan, A Ying segera pergi meninggalkan Hutan Seribu Hantu. Gadis cantik yang tadi menolong A Ying tidak lain adalah Lin Lin, di dunia persilatan dia dikenal dengan julukan Dewi Maut.Semua yang melihatnya pasti memanggil Dewi, sebab ia memiliki paras yang sangat cantik jelita, akan tetapi dia juga sangat ditakuti karena sikapnya sangat kejam. Setelah menolong A Ying, Lin Lin segera pergi meninggalkan tempat itu. Tidak lama kemudian terdengar jeritan yang sangat memilukan. Rupanya Lin Lin juga mengincar si Gondrong yang tadi menjadi orang bayaran untuk menculik A Ying ke tempat ini.Esoknya, seluruh warga kampung itu geger karena kepala desa menghilang. Para tukang pukulnya menyusuri area hutan, dan akhirnya menemukan jasad kepala desa dalam kondisi yang sangat mengerikan.
Pemuda sederhana yang duduk di pojok ruangan dan memakai topi jerami itu tidak lain adalah Long Wan. Ia sengaja ke tempat ini bukan sekedar untuk mengisi perutnya, melainkan mencari informasi dan memata-matai calon lawannya.Sebelum naik ke atas puncak Gunung Kun Lun, dia harus mengetahui siapa lawan dan kawannya. Salah satu tempat yang biasa dijadikan pengintaian dan bertukar informasi adalah pasar dan rumah makan. Long Wan sangat bergembira karena melihat perkumpulan fatuk hitam dan para pendekar berada di tempat itu.Akan tetapi satu hal yang membuatnya sangat penasaran, sejak tadi ia belum melihat Fang Gong yang membawa penwar racun pelemas tulang yang hampir mencelakakannya.Si Dewa Pedang menggerlingkan matanya ke arah Mo Ong, akan tetapi dia tidak beraksi apapun dan kembali melanjutkan makan siangnya.“Pelayan, tolong ambilkan arak!”Teriak seorang pemuda yang baru saja datang dan duduk tidak di kursi dekat Tang ZHi dan kawan-kawannya.“Sumpah, aku mendengar sendiri dari A Ying
Menjelang Senja, Long Wan sudah sampai di ujung desa. Benar saja, di sana ada sebuah kuil kuno yang sudah tidak terawat. Pagar bangunan kuil sudah banyak dililit oleh akar pohon, halamannya sudah tidak karuan sebab dipenuhi oleh dedaunan kering.Bukan tanpa alasan dia memilih menginap di tempat ini, sebab menurut firasatnya para pendekar yang berwatak aneh pasti memilih tempat yang sepi daripada harus bermalam di penginapan.Long Wan segera mengumpulkan daun ilalang untuk dijadikan sapu. Setelah semuanya terkumpul, dia bergegas membersihkan halaman, semua daun kering dikumpulkan dan dibakar di dekat pintu kuil, asapnya sengaja dibiarkan memenuhi ruangan kuil untuk mengusir binatang berbisa dan nyamuk.“Sssh!”Long Wan mendengar suara mendesis, ketika menengok rupanya seekor ular king kobra yang sangat besar sedang melingkar di dekat pintu, sepertinya sedang marah karena sarangnya diganggu oleh Long Wan.“Pergilah, malam ini aku ingin bermalam di kuil ini!” ucap Long Wan.Akan tetapi u
“Siapa dia sebenarnya!”Ketika Long Wan sedang mengusap-usap lehernya yang terasa panas dan perih, lelaki aneh itu kembali menyerangnya dengan gerakan yang sangat cepat. Kedua tangan dan kakinya yang elastis seperti karet terus mengincar tubuhnya secara bergantian.“Hup!”Long Wan berusaha menghindar dan mengimbangi kecepatan lawan akan tetapi bagian tubuhnya selalu terkena serangan si jangkung, padahal ia sudah menjaga jarak sebaik mungkin.“Tap!”Setelah bersalto beberapa kali, Long Wan kembali memasang kuda-kuda. Kali ini ia benar-benar serius, karena orang aneh itu sangat lihai, kemampuannya tidak bisa dipandang sebelah mata.“Baiklah, jika anda memaksa saya pun akan melawan!”Kedua mata Long Wan mencorong tajam ke arah si Jangkung yang sedang bersiap-siap menyerangnya.“Hiat!”Si Jangkung mengeram, suaranya terdengar menakutkan seperti seekor harimau yang sedang marah. Dia melompat ke arah Long Wan dan menyerangnya dengan menggunakan kukunya yang tajam dan beracun. Kali ini Long
“Silahkan tuan, mau pesan apa?”Seorang pelayan mendekati Long Wan.“Saya pesan nasi hangat, sayur bening, ikan bakar dan air hangat!” jawab Long Wan sambil mengamati para pengunjung yang lebih ramai dibandingkan dengan tadi siang.“Hanya itu saja, tuan?”“Oh ia, untuk makanan pembuka tolong sediakan lima potong bakpau!”“Baik tuan, tolong tunggu sebentar!”Si pelayan tadi segera kembali ke dapur untuk menyiapkan semua pesanan Long Wan. Tidak lama kemudian, ia keluar dengan membawa nampan berisi lima potong bakpau hangat dan guci the hangat kecil.“Silahkan tuan, untuk ikan bakarnya kami persiapkan terlebih dahulu!”“Baik, terimakasih!” Karena perutnya sedang kelaparan, Long Wan segera melahap bakpau tadi. Rasanya begitu gurih dan lezat, apalagi setelah digigit isinya berupa potongan daging kambing yang sudah dicincang. Setelah menghabiskan dua potong bakpau, Long Wan menuangkan guci the ke dalam cawan kemudian menegaknya.“Sebenarnya, siapa laki-laki aneh tadi!”Long Wan kembali ter
Long Wan dan pengemis tadi segera menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh para pelayan.“Maaf, saya jadi merepotkan anda, tuan!”“Tidak apa-apa paman, saya juga ingin punya teman mengobrol. Kebetulan di tempat ini tidak memilki sanak ataupun saudar!”“Sepertinya tuan seorang pendekar, dan akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun”“Paman, jangan memanggil tuan, nama saya Long Wan!”Mendengar permintaan Long Wan, pengemis tadi menganggukan kepalanya. Ia lalu menghabiskan seluruh hidangan dengan sangat lahap, bahkan tanpa segan ia meminta untuk menambah.Orang yang sedang makan di dekat Long Wan sejenak meilirik ke arah pengemis tadi, dari tatapan matanya ia seperti merasa jijik karena pengemis tadi tidak tahu diri, bahkan dengan terang-terangan meminta makanannya di tambah.“Bagaimana, anda akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun?” tanya pengemis tadi sambil menuangkan arak ke dalam cawan lalu menegaknya sekaligus seperti sudah lama tidak menikmati arak yang lezat.“Saya memang akan pergi k