Long Wan dan pengemis tadi segera menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh para pelayan.“Maaf, saya jadi merepotkan anda, tuan!”“Tidak apa-apa paman, saya juga ingin punya teman mengobrol. Kebetulan di tempat ini tidak memilki sanak ataupun saudar!”“Sepertinya tuan seorang pendekar, dan akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun”“Paman, jangan memanggil tuan, nama saya Long Wan!”Mendengar permintaan Long Wan, pengemis tadi menganggukan kepalanya. Ia lalu menghabiskan seluruh hidangan dengan sangat lahap, bahkan tanpa segan ia meminta untuk menambah.Orang yang sedang makan di dekat Long Wan sejenak meilirik ke arah pengemis tadi, dari tatapan matanya ia seperti merasa jijik karena pengemis tadi tidak tahu diri, bahkan dengan terang-terangan meminta makanannya di tambah.“Bagaimana, anda akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun?” tanya pengemis tadi sambil menuangkan arak ke dalam cawan lalu menegaknya sekaligus seperti sudah lama tidak menikmati arak yang lezat.“Saya memang akan pergi k
Karena belum pernah ke Gunung Kun Lun, Long Wan salah mengambil jalan masuk ke dalam hutan sehingga ia terpaksa melompat dari satu dahan ke dahan lainnya untuk segera mencari asal suara tadi. dia sangat penasaran, karena rasa-rasanya ia mengenal suara perempuan yang tertawa cekikikan tadi.“Ampun, Dewi!”Terdengar jeritan, suaranya snagat memilukan.“Dewi? Jangan-jangan itu sumoi!”Long Wan teringat bahwa Lin Lin dijuluki Dewi Maut oleh seluruh dunia persilatan karena sikapnya sangat kejam ketika membunuh semua lawannya. Tubuh pemuda itu berkelebat di antara cabang pohon, karena ia menggunakan ilmu ginkang (meringankan tubuh) maka gerakannya sangat cepat.Beberapa ekor monyet yang sedang bergelantungan di atas pohon berhamburan karena terkejut melihat Long Wan yang melesat ke arah mereka.“Sedikit lagi!”Long Wan masih mendengar suara keributan kecil di depan sana. Tidak lama kemudian ia sampai di sebuah padang rumput yang cukup luas. Wajahnya terkesima ketika menyaksikan lima orang l
“Bagaimana tuan, bersediakah anda ikut kami ke rumah Kepala Desa?”Tanya orang itu lagi, sebenarnya dia juga sangat cemas kalau tidak bisa mendapatkan pelaku pembunuh anaknya tuan tanah tentu ia dan teman-temannya akan mendapatkan hukuman yang sangat keras. Akan tetapi untuk menyeret Long Wan ia tidak berani, sebab pemuda itu terbukti sangat lihai. Bahkan jika terus dikeroyok, kemungkinan amarahnya akan tersulut dan mereka semua bisa-bisa mati di tangan pendekar itu.Sejenak Long Wan termenung, jika dia ikut tentu perjalanannya akan terhambat. Namun jika menolak, kemungkinan dia akan mendapatkan masalah besar. Apalagi jika pihak kerajaan turun tangan, mengingat tuan tanah ayah korban sangat dekat dengan para pejabat istana.“Baiklah, aku akan ikut dengan kalian. Akan tetapi dengan catatan, setelah menjelaskan semua perkara di dalam hutan ini aku harus segera pergi!”Mendengar jawaban Long Wan, orang tadi terlihat bergembira. Dengan begini ia berhasil membawa orang yang akan dikambing
“Bohong, dia pasti yang membunuh anakku!”Istri juragan tanah kembali berteriak, akan tetapi sekarang dia tidak berani mendekati Long Wan sebab ada hawa yang sangat panas keluar dari tubuh pemuda itu.“Tenanglah nyonya, biarkan dia menjelaskannya terlebih dahulu!”Kepala Desa berusaha menenangkan wanita tadi. Kemudian ia memanggil beberapa orang yang membawa Long Wan ke tempat ini. Setelah ditanya satu persatu, mereka memang tidak melihat Long Wan membunuh. Bahkan sebaliknya, pemuda itu seperti hendak menguburkan semua jasad korban.“Tuan, mengapa anda akan menguburkan mereka? padahal anda sendiri mengatakan tidak ada kepentingan sama sekali dengan semua korban!”Long Wan menghela napas panjang kemudian tersenyum ke arah Kepala Desa, setelah dia tenang maka hawa panas yang keluar drai dalam tubuhnya perlahan-lahan menghilang.“Paman, apakah pertanyaan itu layak dijawab? Apakah sebagai manusia kita akan tega membiarkan mayat bergelimpangan di tengah hutan yang nantinya akan dimakan bin
Kuil Kun Lun Pay, berdiri megah di atas gunung Kun Lun yang sangat dingin dan berselimut salju. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat bertahan di tempat ini, selain dingin, hawanya juga cukup pengap karena tekanan udara sangat tinggi.Yang mendiami kuil utama, adalah para pendeta yang sudah tingkat tinggi. Mereka dikenal dengan tiga serangkai dari Kun Lun Pay, yaitu Shan Zhi, Shan Thi dan yang terakhir Shan Zeng yang dahulu bertemu dengan Long Wan di dataran Gurun Gobi.Murid tingkat bawah, berada di tebung gunung. Di sini udaranya tidak terlalu dingin, akan tetapi bagi orang biasa tentu saja tidak akan kuat lama-lama berada di Kuil Kun Lun.Dari kuil utama yang dihuni oleh tiga serangkai menuju puncak gunung Kun Lun harus menempuh perjalanan selama satu minggu lebih, tempatnya sangat sulit ditempuh dan sering terjadi longsoran salju. Menurut rumor yang beredar, puncak Gunung Kun Lun dijaga oleh makhluk buas peliharaan para dewa. Para pendeta sendiri tidak ada yang berani ke sana
“Siapa yang kalian bicarakan itu?”Harimau Emas melirik ke arah Dewa Pedang yang sedang berbisik-bisik dengan muridnya.“Beberapa tahun silam, di daerah selatan muncul seorang pemuda yang sangat tangguh, dia bernama Long Wan!”“Jadi anak itu yang dijuluki Pendekar Gurun Gobi?”Harimau Emas semakin penasaran, dia memang berasal dari negeri yang jauh yaitu di daerah Barat Tiongkok, dan baru mendnegar ada seorang pemuda yang dijuluki sebagai Pendekar Gurun Gobi setelah ia sampai ke wilayah Kun Lun Pay.Harimau Emas memang sangat lihai, akan tetapi sifatnya sangat tinggi hati dan selalu menganggap rendah orang lain. Karena itulah dia tidak pernah akur dengan Shan Zeng yang sama-sama berwatak keras.“Entahlah, akan tetapi mengingat bahwa dia adalah muridnya Pendeta To, kemungkinan si Long Wan itulah yang dijuluki Pendekar Gurun Gobi!”“Ini sangat menarik, apa hubungannya anak bernama Long Wan dengan Yin Long yang disebut-sebut akan mewakili si Naga Sakti Gurun Pasir dalam pertarungan nanti
“Duduklah Tianba, dan jangan ikut campur terhadap obrolan orang tua!”Si Dewa Pedang menegur muridnya, akan tetapi Tianba tetap tidak mau terima karena tadi Shan Zeng seakan-akan menyalahkan gurunya karena ikut menyerang Kuil Rajawali.“Muridmu memang bodoh, kalau tidak merasa ya tidak usah marah!”Amarah Tianba tidak bisa ditahan lagi, dia hendak berdiri namun tangannya segera ditarik oleh Dewa Pedang.“Tianba, duduk!”“Tapi suhu, pendeta ini sudah keterlaluan!”“Diamlah, sudah kubilang kamu jangan ikut campur urusan orang tua!”Melihat gurunya marah, Tianba kembali duduk namun kedua matanya mendelik ke arah Shan Zeng.“Tidak bisa dipungkiri, saat itu aku gelap mata dan ikut terlibat menyerang Kuil Rajawali. Akan tetapi demi Tuhan, sekalipun aku tidak melayangkan satu pukulanpun kepada Pendeta To ataupun murid-muridnya!”Dewa Pedang menghela napas panjang, setelah kejadian malam itu dirinya selalu dihantui rasa bersalah kepada mendiang sahabatnya. Dia benar-benar menyesal karena terh
“Brak!” Jendela kamar terbuka, sesosok bayangan berkelebat masuk dan berdiri di dekat Shan Zeng yang sedang keracunan. “Paman!” Orang tersebut segera memeriksa keadaan Shan Zeng yang sedang duduk bersila dan mengatur pernafasannya. “Syukurlah, tadi paman tidak menggunakan tenaga dalam. Kalau tidak, maka luka dalam akibat racun tersebut akan semakin parah!” “Long Wan, aku sudah menunggumu sejak beberapa hari yang lalu. Mengapa kamu baru datang sekarang?” Shan Zeng menatap pemuda bercaping di hadapannya, mukanya tidak terlalu jelas sebab ditutupi oleh kain tipis yang menjuntai dari ujung caping dan menutupi wajah bagian atasnya. Setelah dilepas, ternyata ia tidak lain adalah Long Wan!. “Maaf paman, ada banyak urusan yang harus saya selesaikan terlebih dahulu!” “Dasar lelaki tidak tahu diri. Kamu masih berani menampakan batang hidungmu di hadapanku, hah?” Tianba mengacungkan jari telunjuknya ke arah Long Wan. Dendam kesumat serta amarah masih memenuhi batinnya. Bagaimana tidak, p