“Terimakasih, Dewi!” A Ying menjatuhkan diri di hadapan gadis cantik yang sudah menolongnya.“Pergilah, jangan menjadi wanita lemah yang begitu mudah dipermainkan oleh laki-laki!”Setelah memberikan penghormatan, A Ying segera pergi meninggalkan Hutan Seribu Hantu. Gadis cantik yang tadi menolong A Ying tidak lain adalah Lin Lin, di dunia persilatan dia dikenal dengan julukan Dewi Maut.Semua yang melihatnya pasti memanggil Dewi, sebab ia memiliki paras yang sangat cantik jelita, akan tetapi dia juga sangat ditakuti karena sikapnya sangat kejam. Setelah menolong A Ying, Lin Lin segera pergi meninggalkan tempat itu. Tidak lama kemudian terdengar jeritan yang sangat memilukan. Rupanya Lin Lin juga mengincar si Gondrong yang tadi menjadi orang bayaran untuk menculik A Ying ke tempat ini.Esoknya, seluruh warga kampung itu geger karena kepala desa menghilang. Para tukang pukulnya menyusuri area hutan, dan akhirnya menemukan jasad kepala desa dalam kondisi yang sangat mengerikan.
Pemuda sederhana yang duduk di pojok ruangan dan memakai topi jerami itu tidak lain adalah Long Wan. Ia sengaja ke tempat ini bukan sekedar untuk mengisi perutnya, melainkan mencari informasi dan memata-matai calon lawannya.Sebelum naik ke atas puncak Gunung Kun Lun, dia harus mengetahui siapa lawan dan kawannya. Salah satu tempat yang biasa dijadikan pengintaian dan bertukar informasi adalah pasar dan rumah makan. Long Wan sangat bergembira karena melihat perkumpulan fatuk hitam dan para pendekar berada di tempat itu.Akan tetapi satu hal yang membuatnya sangat penasaran, sejak tadi ia belum melihat Fang Gong yang membawa penwar racun pelemas tulang yang hampir mencelakakannya.Si Dewa Pedang menggerlingkan matanya ke arah Mo Ong, akan tetapi dia tidak beraksi apapun dan kembali melanjutkan makan siangnya.“Pelayan, tolong ambilkan arak!”Teriak seorang pemuda yang baru saja datang dan duduk tidak di kursi dekat Tang ZHi dan kawan-kawannya.“Sumpah, aku mendengar sendiri dari A Ying
Menjelang Senja, Long Wan sudah sampai di ujung desa. Benar saja, di sana ada sebuah kuil kuno yang sudah tidak terawat. Pagar bangunan kuil sudah banyak dililit oleh akar pohon, halamannya sudah tidak karuan sebab dipenuhi oleh dedaunan kering.Bukan tanpa alasan dia memilih menginap di tempat ini, sebab menurut firasatnya para pendekar yang berwatak aneh pasti memilih tempat yang sepi daripada harus bermalam di penginapan.Long Wan segera mengumpulkan daun ilalang untuk dijadikan sapu. Setelah semuanya terkumpul, dia bergegas membersihkan halaman, semua daun kering dikumpulkan dan dibakar di dekat pintu kuil, asapnya sengaja dibiarkan memenuhi ruangan kuil untuk mengusir binatang berbisa dan nyamuk.“Sssh!”Long Wan mendengar suara mendesis, ketika menengok rupanya seekor ular king kobra yang sangat besar sedang melingkar di dekat pintu, sepertinya sedang marah karena sarangnya diganggu oleh Long Wan.“Pergilah, malam ini aku ingin bermalam di kuil ini!” ucap Long Wan.Akan tetapi u
“Siapa dia sebenarnya!”Ketika Long Wan sedang mengusap-usap lehernya yang terasa panas dan perih, lelaki aneh itu kembali menyerangnya dengan gerakan yang sangat cepat. Kedua tangan dan kakinya yang elastis seperti karet terus mengincar tubuhnya secara bergantian.“Hup!”Long Wan berusaha menghindar dan mengimbangi kecepatan lawan akan tetapi bagian tubuhnya selalu terkena serangan si jangkung, padahal ia sudah menjaga jarak sebaik mungkin.“Tap!”Setelah bersalto beberapa kali, Long Wan kembali memasang kuda-kuda. Kali ini ia benar-benar serius, karena orang aneh itu sangat lihai, kemampuannya tidak bisa dipandang sebelah mata.“Baiklah, jika anda memaksa saya pun akan melawan!”Kedua mata Long Wan mencorong tajam ke arah si Jangkung yang sedang bersiap-siap menyerangnya.“Hiat!”Si Jangkung mengeram, suaranya terdengar menakutkan seperti seekor harimau yang sedang marah. Dia melompat ke arah Long Wan dan menyerangnya dengan menggunakan kukunya yang tajam dan beracun. Kali ini Long
“Silahkan tuan, mau pesan apa?”Seorang pelayan mendekati Long Wan.“Saya pesan nasi hangat, sayur bening, ikan bakar dan air hangat!” jawab Long Wan sambil mengamati para pengunjung yang lebih ramai dibandingkan dengan tadi siang.“Hanya itu saja, tuan?”“Oh ia, untuk makanan pembuka tolong sediakan lima potong bakpau!”“Baik tuan, tolong tunggu sebentar!”Si pelayan tadi segera kembali ke dapur untuk menyiapkan semua pesanan Long Wan. Tidak lama kemudian, ia keluar dengan membawa nampan berisi lima potong bakpau hangat dan guci the hangat kecil.“Silahkan tuan, untuk ikan bakarnya kami persiapkan terlebih dahulu!”“Baik, terimakasih!” Karena perutnya sedang kelaparan, Long Wan segera melahap bakpau tadi. Rasanya begitu gurih dan lezat, apalagi setelah digigit isinya berupa potongan daging kambing yang sudah dicincang. Setelah menghabiskan dua potong bakpau, Long Wan menuangkan guci the ke dalam cawan kemudian menegaknya.“Sebenarnya, siapa laki-laki aneh tadi!”Long Wan kembali ter
Long Wan dan pengemis tadi segera menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh para pelayan.“Maaf, saya jadi merepotkan anda, tuan!”“Tidak apa-apa paman, saya juga ingin punya teman mengobrol. Kebetulan di tempat ini tidak memilki sanak ataupun saudar!”“Sepertinya tuan seorang pendekar, dan akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun”“Paman, jangan memanggil tuan, nama saya Long Wan!”Mendengar permintaan Long Wan, pengemis tadi menganggukan kepalanya. Ia lalu menghabiskan seluruh hidangan dengan sangat lahap, bahkan tanpa segan ia meminta untuk menambah.Orang yang sedang makan di dekat Long Wan sejenak meilirik ke arah pengemis tadi, dari tatapan matanya ia seperti merasa jijik karena pengemis tadi tidak tahu diri, bahkan dengan terang-terangan meminta makanannya di tambah.“Bagaimana, anda akan pergi ke puncak Gunung Kun Lun?” tanya pengemis tadi sambil menuangkan arak ke dalam cawan lalu menegaknya sekaligus seperti sudah lama tidak menikmati arak yang lezat.“Saya memang akan pergi k
Karena belum pernah ke Gunung Kun Lun, Long Wan salah mengambil jalan masuk ke dalam hutan sehingga ia terpaksa melompat dari satu dahan ke dahan lainnya untuk segera mencari asal suara tadi. dia sangat penasaran, karena rasa-rasanya ia mengenal suara perempuan yang tertawa cekikikan tadi.“Ampun, Dewi!”Terdengar jeritan, suaranya snagat memilukan.“Dewi? Jangan-jangan itu sumoi!”Long Wan teringat bahwa Lin Lin dijuluki Dewi Maut oleh seluruh dunia persilatan karena sikapnya sangat kejam ketika membunuh semua lawannya. Tubuh pemuda itu berkelebat di antara cabang pohon, karena ia menggunakan ilmu ginkang (meringankan tubuh) maka gerakannya sangat cepat.Beberapa ekor monyet yang sedang bergelantungan di atas pohon berhamburan karena terkejut melihat Long Wan yang melesat ke arah mereka.“Sedikit lagi!”Long Wan masih mendengar suara keributan kecil di depan sana. Tidak lama kemudian ia sampai di sebuah padang rumput yang cukup luas. Wajahnya terkesima ketika menyaksikan lima orang l
“Bagaimana tuan, bersediakah anda ikut kami ke rumah Kepala Desa?”Tanya orang itu lagi, sebenarnya dia juga sangat cemas kalau tidak bisa mendapatkan pelaku pembunuh anaknya tuan tanah tentu ia dan teman-temannya akan mendapatkan hukuman yang sangat keras. Akan tetapi untuk menyeret Long Wan ia tidak berani, sebab pemuda itu terbukti sangat lihai. Bahkan jika terus dikeroyok, kemungkinan amarahnya akan tersulut dan mereka semua bisa-bisa mati di tangan pendekar itu.Sejenak Long Wan termenung, jika dia ikut tentu perjalanannya akan terhambat. Namun jika menolak, kemungkinan dia akan mendapatkan masalah besar. Apalagi jika pihak kerajaan turun tangan, mengingat tuan tanah ayah korban sangat dekat dengan para pejabat istana.“Baiklah, aku akan ikut dengan kalian. Akan tetapi dengan catatan, setelah menjelaskan semua perkara di dalam hutan ini aku harus segera pergi!”Mendengar jawaban Long Wan, orang tadi terlihat bergembira. Dengan begini ia berhasil membawa orang yang akan dikambing
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadany
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan