“Duduklah Tianba, dan jangan ikut campur terhadap obrolan orang tua!”Si Dewa Pedang menegur muridnya, akan tetapi Tianba tetap tidak mau terima karena tadi Shan Zeng seakan-akan menyalahkan gurunya karena ikut menyerang Kuil Rajawali.“Muridmu memang bodoh, kalau tidak merasa ya tidak usah marah!”Amarah Tianba tidak bisa ditahan lagi, dia hendak berdiri namun tangannya segera ditarik oleh Dewa Pedang.“Tianba, duduk!”“Tapi suhu, pendeta ini sudah keterlaluan!”“Diamlah, sudah kubilang kamu jangan ikut campur urusan orang tua!”Melihat gurunya marah, Tianba kembali duduk namun kedua matanya mendelik ke arah Shan Zeng.“Tidak bisa dipungkiri, saat itu aku gelap mata dan ikut terlibat menyerang Kuil Rajawali. Akan tetapi demi Tuhan, sekalipun aku tidak melayangkan satu pukulanpun kepada Pendeta To ataupun murid-muridnya!”Dewa Pedang menghela napas panjang, setelah kejadian malam itu dirinya selalu dihantui rasa bersalah kepada mendiang sahabatnya. Dia benar-benar menyesal karena terh
“Brak!” Jendela kamar terbuka, sesosok bayangan berkelebat masuk dan berdiri di dekat Shan Zeng yang sedang keracunan. “Paman!” Orang tersebut segera memeriksa keadaan Shan Zeng yang sedang duduk bersila dan mengatur pernafasannya. “Syukurlah, tadi paman tidak menggunakan tenaga dalam. Kalau tidak, maka luka dalam akibat racun tersebut akan semakin parah!” “Long Wan, aku sudah menunggumu sejak beberapa hari yang lalu. Mengapa kamu baru datang sekarang?” Shan Zeng menatap pemuda bercaping di hadapannya, mukanya tidak terlalu jelas sebab ditutupi oleh kain tipis yang menjuntai dari ujung caping dan menutupi wajah bagian atasnya. Setelah dilepas, ternyata ia tidak lain adalah Long Wan!. “Maaf paman, ada banyak urusan yang harus saya selesaikan terlebih dahulu!” “Dasar lelaki tidak tahu diri. Kamu masih berani menampakan batang hidungmu di hadapanku, hah?” Tianba mengacungkan jari telunjuknya ke arah Long Wan. Dendam kesumat serta amarah masih memenuhi batinnya. Bagaimana tidak, p
“Dewa Pedang, sangat disayangkan kamu memiliki seorang murid yang bodoh dan ceroboh!”“Hei, pendeta tua! Kamu berani menyebutku bodoh, hah?”Tianba mendelikan matanya ke arah Shan Zeng, dadanya terlihat kembang-kempis karena bernafsu. Baginya dunia ini terasa gelap karena diliputi oleh amarah yang menggebu-gebu.“Tianba, duduklah!”Akan tetapi Tianba tidak mau menuruti permintaan gurunya.“Suhu, lihatlah kelakuan Long Wan. Dia seakan-akan ingin menjadi pahlawan dengan menolong para pendekar, padahal dia sendiri yang memberikan racun pelemas tulang. Akan tetapi setelah ketahuan dia berani melumpuhkan Harimau Emas dan muridnya!”“Dasar bodoh!”Shan Zeng kembali mengejek Tianba, sontak saja amarah pemuda itu tidak bisa ditahan lagi. Walaupun gurunya berteriak dan menyuruhnya diam, akan tetapi Tianba segera mencabut pedangnya dan menyerang Shan Zeng.Gerakan Tianba sangat cepat, kini ilmu berpedangnya sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berkat latihan selama bertahun-tahun di bawa
“Pendekar Gurun Gobi?”“Betul tuan, aku melihatnya sendiri tadi malam dia datang ke tempat ini!”Tang Zhi, atau yang dikenal dengan nama Rhu Zhi menatap tajam ke arah Fang Gong.“Apa kamu tidak salah lihat?”“Tidak tuan, saya yakin dialah Pendekar Gurun Gobi. Kami pernah bertemu saat dia diundang ayah ke rumah untuk dipaksa mengikuti saembara!” jawab Fang Gong.“Bukannya dia terkena racun pelemas tulang? Dan semua penawarnya sudah kamu sembunyikan?”“Benar sekali tuan, dia terkena racun pelemas tulang. Namun saya juga tidak mengerti mengapa dia bisa selamat padahal semua penawar yang disimpan oleh ayah sudah aku sembunyikan semuanya!”Tang Zhi melintangkan kedua tangan di depan dadanya, matanya mencorong tajam ke arah Fang Gong.“Apakah Pangeran Yang Han juga datang ke tempat ini?”“Sepertinya tidak, tuan. Saya hanya melihat Pendekar Gurun Gobi saja!”“Ini diluar perkiraan, jika dibandingkan dengan Long Wan maka semua para pendekar yang kita racuni tidak berarti apa-apa!”Tang Zhi men
“Suhu!”Seorang gadis jelita berlutut di hadapan Mo Ong. Sontak saja lelaki paruh baya itu terperanjat, kedua matanya melotot seakan-akan tidak percaya apa yang dilihatnya.“Ya Tuhan, Li Mei muridku!”Suara Mo Ong terbata-bata, ia tidak kuasa menahan keharuan hatinya karena bertemu lagi dengan Li Mei. Padah gadis itu sudah disangkanya tewas karena terbawa badai gurun gobi yang mengerikan.Li Mei mengembangkan senyumnya, dia juga sangat bergembira karena berjumpa lagi dengan Mo Ong yang sudah merawatnya sejak kecil dan mengajarinya keterampilan ilmu silat. Walaupun dia merupakan datuk hitam dari selatan yang sangat ditakuti, namun sudah memperlakukannya dengan sangat baik.“Apakah suhu baik-baik saja?”“Ha, ha dengan kedatanganmu aku merasa lebih baik!”Mo Ong tertawa, kemudian menuntun Li Mei untuk duduk di barisan datuk hitam. Dia hendak memperkenalkan murid kesayangannya kepada semua orang. Li Mei sebenarnya merasa sungkan, karena ia ingin mencari Long Wan, menurut firasatnya tunang
Shan Tung adalah pendeta tertua di Kuil Kun Lun Pay. Dia memang sudah sangat tua, akan tetapi pengaruhnya sangat luas, dan disegani oleh kawan dan lawannya.“Hup!”Dia melompat ke atas panggung, kedua kakinya sedikitpun tidak mengeluarkan suara ketika menapak. Semua orang menatapnya dengan perasaan kagum, walaupun badannya sudah ringkih namun masih memiliki kelincahan seperti anak muda saja.“Tuan-tuan yang terhormat!”Shan Tung mengatupkan kedua tangan di depan dadanya, kemudian ia membungkuk ke empat arah penjuru mata angin.“Sebagai pendeta tertua di kuil ini, saya mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran tuan-tuan semuanya yang begitu bersemangat menyaksikan pemilihan si Jago Tanpa Tanding yang diadakan setiap tujuh tahun sekali. Dan kali ini, Kuil Kun Lun Pay mendapatkan kehormatan karena ditunjuk sebagai tuan rumah!”Ucapan Shan Tung diiringi tepuk tangan oleh para penonton.“Hari ini para pendekar silat dari seluruh penjuru negeri berkumpul untuk memeriahkan acara ini. bai
“Rupanya si tua bangka itu masih menyimpan dendam kepadaku!” ucap Kelalawar Hijau sambil melintangkan kedua tangan di depan dadanya.“Suhu, biarkan saya yang maju untuk menghadapi muridnya Mo Ong!”Sui Chan, muridnya Kelalawar Hijau menawarkan diri. Sudah selayaknya ia yang maju menggantikan gurunya, sebab fihak lawanpun yang turun tangan adalah muridnya.Kelalawar Hijau menghela napas panjang, sebenarnya ia menginginkan Sui Chan maju sebagai peserta dalam pemilihan si Jago Tanpa Tanding. Kalau sekarang muridnya maju menghadapi perwakilan Mo Ong, tentu Sui Chan akan kehilangan banyak tenaga, dan peluang di pertarungan untuk memperebutkan gelar nomor satu di dunia persilatan semakin kecil, apalagi di sana banyak murid-murid pendekar hebat seperti Dewa Pedang, dan Jari Maut. Belum di fihak lawan yang akan maju tentu bukan orang sembarangan.“Bagaimana suhu?”“Sepertinya tidak ada pilihan lain, kamu harus maju menghadapi muridnya Mo Ong!”Mendengar jawaban gurunya, Sui Chan segera berdir
“Hiat!”Cui Shan kembali menerjang Li Mei, kedua tangannya yang membentuk cakar mendatangkan gelombang hawa panas.“Hup!”Li Mei berkelit, kemudia ia balik menyerang Cui San dengan sepakan kakinya. Semakin lama pertarungan mereka semakin seru, tidak henti-hentinya smeua penonon bertepuk tangan karena kagum sekaligus terhibur oleh pertarungan mereka berdua.Hari sudah semakin siang, akan tetapi cahaya matahari tidak bisa menembus gumpalan awan yang menyelimuti puncak gunung Kun Lun. Salju kembali turun, dan membuat tempat itu semakin dingin. apalagi berkali-kali angin berhembus dengan sangat kencang.“Luar biasa, gadis ini sangat lihai!”Cui Shan tidak henti-hentinya mengagumi kehebatan Li Mei. Walaupun ia sudah mengeluarkan seluruh ilmu silatnya akan tetapi belum bisa mendesak gadis itu.“Duk!”Keduanya kembali berbenturan tenaga, baik Li Mei maupun Cui Shan bersalto ke belakang kemudian memasang kuda-kuda yang sangat kokoh. Cui Shan tidak memiliki pilihan lain, kecuali mengadu tenaga