“Li Mei!” Mo Ong terus berteriak memanggil-manggil nama muridnya. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Li Mei yang terbawa gelombang badai gurun. Mo Ong sangat menyayanginya, melebihi kasih sayang seorang guru terhadap murid.Berkelebat lagi dalam benak lelaki tua itu saat pertama kali bertemu dengan Li Mei. Hal itu terjadi belasan tahun silam, ketika dirinya sedang berkelena di daerah selatan, ia mendapati Li Mei kecil sedang menangis tersedu-sedu di pinggir hutan.Awalnya Mo Ong tidak peduli, sebagai datuk hitam yang terkenal sakti dan kejam mana mungkin ia menghiraukan orang lain. Akan tetapi, saat ia akan pergi datang segerombolan serigala yang hendak menerkam gadis kecil itu.Sejahat-jahatnya manusia, pasti ada sedikit kebaikan dalam hatinya. Tanpa berfikir panjang, Mo Ong langsung menghalau kumpulan serigala yang hendak memangsa Li Mei. Yang mencengangkan, ternyata wajah Li Mei sangat mirip dengan putrinya yang sudah meninggal.Karena itulah, ia memutuskan membawa Li Mei, mendidik
Sejenak Mo Ong termenung, kabut duka kembali menyelimuti wajahnya karena teringat akan nasib Li Mei yang menghilang gara-gara hendak menolong Long Wan.“Ada apa?” selidik Rhu Zhi“Murid si pendeta busuk itu memang sudah sampai ke tempat ini”“Dia bersama Yin Long?”“Sepertinya belum, karena dia sendirian!” Mo Ong menarik napas panjang. “Namun yang jelas, pemuda itu sangata berbahaya. Kalau dibiarkan, kemungkinan besar suatu hari nanti akan menyulitkan kita!” Mo Ong segera menceritakan pertarungannya melawan Lin Lin dan Long Wan.“Entah mengapa dua anak itu sangat lihai, sangat jauh bedanya ketika saya menyerang Kuil Rajawali beberapa tahun silam. Yang mengherankan, sepertinya mereka tidak akur, karena yang wanita ingin sekali membunuh Long Wan!”Mendengar cerita Mo Ong, kedua mata Rhu Zhi berkilat aneh dan menyeramkan. “Lalu ke mana mereka berdua pergi?”“Yang wanita melarikan diri saat aku bertarung dengan Long Wan”“Maksudmu, mereka berdua berhasil kabur darimu?” Rhu Zhi terlihat ti
Seperti yang pernah diceratikan oleh Yin Long, perjalanan menuju bukit tengkorak cukup jauh. Beberapa kali Long Wan terpaksa harus beristirahat, sebab suasana di tempat itu sangat panas. Kali inipun demikian, Long Wan duduk dan berteduh di bawah pohon palem sambil mengipas-ngipas wajahnya menggunakan ujung bajunya.Long Wan mendongakan kepalanya ke atas, matahari sangat terik tanpa ada awan yang menghalanginya. “Wush!” angin yang berhembus tidak bisa membawa kesejukan, malah sebaliknya tempat itu semakin gersang. Long Wan mengambil air dalam botol yang terbuat dari bambu.“Gluk, gluk!” ia menegak air tersebut, namun tidak banyak karena persedian untuk malam nanti. Ia juga mengeluarkan dendeng kering pemberian Li Mei kemarin dan langsung memakannya. Setelah istirahat dan tenaganya pulih, Long Wan segera bangkit dan melanjutkan perjalanannya.Matahari sudah condong ke ufuk barat, dari jauh terlihat bayangan bukit bebatuan berwarna hitam. Walaupun masih jauh namun auranya sudah terasa me
Long Wan berusaha menenangkan hatinya, ia sangat yakin bahwa bayangan hitam yang sedang berdiri di atas batu itu adalah manusia sepertinya. Kalau ia hantu atau iblis, mana mungkin kedua kakinya menapak. “Tuan, sekali lagi saya minta maaf kalau kedatangan saya ini mengganggu!” Long Wan mengatupkan kedua tangan di depan dada, lalu ia membungkuk untuk memberikan penghormatan.Tiba-tiba pundaknya merasakan sambaran hawa panas, tanpa berfikir panjang lagi Long Wan segera berkelit untuk menghindari serangan dadakan tadi. “Blar!” batu di belakangnya hancur berantakan, rupanya bayangan hitam tadi tidak segan-segan membunuhnya.Diserang secara tiba-tiba, ketakutan Long Wan berubah menjadi amarah. Ia teringat pertarungannya dengan Jiang Shi yang pandai memainkan ilmu sihir, dia sangat yakin bayangan hitam tinggi besar itu memiliki ilmu yang sama dengan Jiang Shi, yaitu pandai memainkan sihir.“Saya sudah meminta maaf secara baik-baik, namun anda tetap mengacuhkannya!”Long Wan memasang kuda-kud
Long Wan memperhatikan lima bayangan hitam yang berdiri tegak di hadapannya. Kini mereka membentuk formasi aneh, si jangkung berada di tengah-tengah sebagai titik pusat dan empat orang temannya yang lain di empat arah penjuru mata angin.“Formasi bintang!” guman long Wan dalam hati. Menghadapi salah seorang di antara mereka saja dia sangat kewalahan, apalagi jika semuanya maju sekaligus, dia bisa celaka.“Perkenalkan, nama saya Tang Wan!” Long Wan maju selangkah sambil mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. Untuk meyakinkan lima bayangan hitam tadi Long Wan sengaja memakain marga ayahnya.“Saya datang ke bukit tengkorak ini berdasarkan petunjuk dari paman guru yang dijuluki si Naga Sakti Gurun Pasir!”Mendengar pengakuan Long Wan, lima bayangan hitam tadi saling pandang, kemudian si jangkung melangkahkan kakinya ke arah Long Wan. “Jangan bohong, apa buktinya bahwa kamu bermarga Tang dan merupakan utusan si Naga Sakti Gurun Pasir?”Long Wan mengeluarkan kalung giok naga hijau yang
“Selamat datang di istana giok naga, tuan muda!”Karena sedang melamun, Long Wan sedikit terkejut dengan kedatangan para pengawal mendiang ayahnya. Lima orang yang mengaku berasal dari klan bintang utara kini tidak mengenakan topeng, wajah mereka terlihat jelas.Dari taksiran Long Wan, usia mereka di bawah Yin Long, dan memiliki ilmu kasaktian yang sangat tinggi dan aneh. Mereka masih mengenakan pakaian serba hitam, tapi sangat indah karena dilapisi oleh sutera.Long Wan mengusap air mata yang tadi merembes dan membasahi kedua pipinya. “Terimakasih, berkat bantuan kalian saya bisa sampai di tempat ini. Telat sedikit saja, saya akan kehilangan jejak istana giok naga!”“Ayah tuan memang sangat bijaksana, dapat memilih tempat persembunyian yang tidak mudah ditemukan oleh musuh!” ucap si jangkung sambil membungkukan badannya.“Saya juga mengucapkan terimakasih, karena kalian masih berpegang teguh pada janji yang dahulu diucapkan pada mendiang ayah, padahal beliau sudah belasan tahun lalu
Long Wan memeriksa mata air yang menetes dari celah bebatuan. Tempat ini memang luput dari pemantauannya, karena dia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya akan menyimpan semua harta kerajaan Hua di tempat seperti ini.“Tempat yang tidak pernah disangka oleh orang lain merupakan persembunyian yang paling aman!”Long Wan jadi teringat saat menemukan dua kitab peninggalan gurunya yang disembunyikan di bawah batu tempat biasa Pendeta To melakukan meditasi. Kemungkinan ayahnya juga melakukan hal seperti itu, menyimpan barang-barang berharga di tempat yang sama sekali tidak diduga oleh orang lain.“Darimana sumber mata air ini?”Long Wan mengeluarkan pedang yang tadi ia ambil di kamar tempat menyimpan senjata. Pedang tersebut digunakan untuk mencokel celah batu yang mengeluarkan air. Setelah berhasil mencokelnya, Long Wan mengambil batu sebesar kepala orang dewasa kemudian meletakannya di atas lantai.Samar-samar terdengar gemercik air yang cukup keras karena menggema, hal ini menandakan di
Long Wan mengusap pipinya yang basah dengan ujung lengan bajunya. Walau hanya sekedar lukisan, tapi kerinduannya seakan terobati. Kini ia sudah tahu bagaimana paras kedua orang tuanya. “Semoga ayah dan ibu tenang di alam sana” ucap Long Wan sambil mengusap gambar ayah dan ibunya. Kini pemuda itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu. “Pedang Naga Hijau!” Dia bergegas menghampiri sebuah pedang yang tergantung pada dinding batu. Seperti yang diceritakan oleh Yin Long, pedang naga hijau memiliki gagang yang menyerupai kepala naga, dan ketika dicabut tampak berkilat sinar kehijauan. Pedang ini merupakan simbol dan tanda kekuasaan kerajaan Hua. “Pantas saja Tang Zhi mencari pusaka ini!” Long Wan tidak lagi menyebut Rhi Zhui ataupun Rhu Zhi kepada musuh bebuyutannya, karena ternyata pemuda misterius itu masih terhitung saudaranya dan memiliki marga yang sama, yaitu Tang!. “Jika jatuh ke tangan Tang Zhi, maka pedang ini akan digunakan di jalan yang salah!” Long Wan jadi teringat ba