Long Wan memperhatikan lima bayangan hitam yang berdiri tegak di hadapannya. Kini mereka membentuk formasi aneh, si jangkung berada di tengah-tengah sebagai titik pusat dan empat orang temannya yang lain di empat arah penjuru mata angin.“Formasi bintang!” guman long Wan dalam hati. Menghadapi salah seorang di antara mereka saja dia sangat kewalahan, apalagi jika semuanya maju sekaligus, dia bisa celaka.“Perkenalkan, nama saya Tang Wan!” Long Wan maju selangkah sambil mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. Untuk meyakinkan lima bayangan hitam tadi Long Wan sengaja memakain marga ayahnya.“Saya datang ke bukit tengkorak ini berdasarkan petunjuk dari paman guru yang dijuluki si Naga Sakti Gurun Pasir!”Mendengar pengakuan Long Wan, lima bayangan hitam tadi saling pandang, kemudian si jangkung melangkahkan kakinya ke arah Long Wan. “Jangan bohong, apa buktinya bahwa kamu bermarga Tang dan merupakan utusan si Naga Sakti Gurun Pasir?”Long Wan mengeluarkan kalung giok naga hijau yang
“Selamat datang di istana giok naga, tuan muda!”Karena sedang melamun, Long Wan sedikit terkejut dengan kedatangan para pengawal mendiang ayahnya. Lima orang yang mengaku berasal dari klan bintang utara kini tidak mengenakan topeng, wajah mereka terlihat jelas.Dari taksiran Long Wan, usia mereka di bawah Yin Long, dan memiliki ilmu kasaktian yang sangat tinggi dan aneh. Mereka masih mengenakan pakaian serba hitam, tapi sangat indah karena dilapisi oleh sutera.Long Wan mengusap air mata yang tadi merembes dan membasahi kedua pipinya. “Terimakasih, berkat bantuan kalian saya bisa sampai di tempat ini. Telat sedikit saja, saya akan kehilangan jejak istana giok naga!”“Ayah tuan memang sangat bijaksana, dapat memilih tempat persembunyian yang tidak mudah ditemukan oleh musuh!” ucap si jangkung sambil membungkukan badannya.“Saya juga mengucapkan terimakasih, karena kalian masih berpegang teguh pada janji yang dahulu diucapkan pada mendiang ayah, padahal beliau sudah belasan tahun lalu
Long Wan memeriksa mata air yang menetes dari celah bebatuan. Tempat ini memang luput dari pemantauannya, karena dia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya akan menyimpan semua harta kerajaan Hua di tempat seperti ini.“Tempat yang tidak pernah disangka oleh orang lain merupakan persembunyian yang paling aman!”Long Wan jadi teringat saat menemukan dua kitab peninggalan gurunya yang disembunyikan di bawah batu tempat biasa Pendeta To melakukan meditasi. Kemungkinan ayahnya juga melakukan hal seperti itu, menyimpan barang-barang berharga di tempat yang sama sekali tidak diduga oleh orang lain.“Darimana sumber mata air ini?”Long Wan mengeluarkan pedang yang tadi ia ambil di kamar tempat menyimpan senjata. Pedang tersebut digunakan untuk mencokel celah batu yang mengeluarkan air. Setelah berhasil mencokelnya, Long Wan mengambil batu sebesar kepala orang dewasa kemudian meletakannya di atas lantai.Samar-samar terdengar gemercik air yang cukup keras karena menggema, hal ini menandakan di
Long Wan mengusap pipinya yang basah dengan ujung lengan bajunya. Walau hanya sekedar lukisan, tapi kerinduannya seakan terobati. Kini ia sudah tahu bagaimana paras kedua orang tuanya. “Semoga ayah dan ibu tenang di alam sana” ucap Long Wan sambil mengusap gambar ayah dan ibunya. Kini pemuda itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu. “Pedang Naga Hijau!” Dia bergegas menghampiri sebuah pedang yang tergantung pada dinding batu. Seperti yang diceritakan oleh Yin Long, pedang naga hijau memiliki gagang yang menyerupai kepala naga, dan ketika dicabut tampak berkilat sinar kehijauan. Pedang ini merupakan simbol dan tanda kekuasaan kerajaan Hua. “Pantas saja Tang Zhi mencari pusaka ini!” Long Wan tidak lagi menyebut Rhi Zhui ataupun Rhu Zhi kepada musuh bebuyutannya, karena ternyata pemuda misterius itu masih terhitung saudaranya dan memiliki marga yang sama, yaitu Tang!. “Jika jatuh ke tangan Tang Zhi, maka pedang ini akan digunakan di jalan yang salah!” Long Wan jadi teringat ba
“Kek, seperti apa istana giok naga itu?”Li Mei duduk di samping Yin Long, tadi dia sudah menyelsaikan latihan tahap akhir dari jurus Tangan Kapas yang diajarkan oleh kakeknya. Selama satu tahun ini, Li Mei ikut mengembara bersama Yin Long ke daerah Timur untuk menghindari kejaran anak buah Rhu Zhi, hal itu dilakukan bukan karena Yin Long takut, akan tetapi ia ingin fokus melatih cucunya.Yin Long sadar semakin hari tubuhnya mulai melemah, karena usianya sudah sangat tua sudah mendekati hampir sembilan puluh tahunan. Karena itulah dia ingin menurunkan semua jurus andalannya kepada Li Mei, namun sayang waktunya sangat singkat.“Istana giok naga terletak di sebuah tempat yang paling mengerikan di seluruh dataran gurun gobi!”Jawab Yin Long, mendengar hal itu Li Mei memebalakan kedua matanya sebab ia mengkhawatirkan keadaan Long Wan.“Untuk sampai ke istana giok naga, harus melewati hamparan pasir hisap yang sangat mengerikan, banyak orang yang sudah mencoba melewatinya namun kebanyakan
Tidak terasa, sudah hampir satu tahun lamanya Long Wan berada di dalam ruangan rahasia bawah istana giok naga. Kini dia sudah menjadi pemuda matang berusia dua puluh satu tahun. Wajahnya semakin tirus, badannya tegap dan berisi karena selalu berlatih siang dan malam.Tidak hanya tenaga dalamnya yang meningkat, namun kepekaan batinnya juga sudah benar-benar matang karena banyak berpuasa dan meditasi untuk menguasai jurus naga langit sesuai dengan petunjuk kitab yang ia pelajari.Sejak tadi Long Wan duduk bersimpuh di depan lukisan mendiang kedua orang tuanya, mulutnya terus berkomat-kamit seakan-akan berbicara dengan ayah dan ibunya.“Ayah, ibu, hari ini saya pamit akan meninggalkan tempat ini!”Sejenak Long Wan termenung dan menarik napas panjang. Hatinya terasa berat untuk pergi karena tidak bisa lagi memandangi lukisan kedua orang tuanya yang sudah satu tahun ini menemani dirinya berlatih di tempat ini. walaupun hanya sendirian, tapi Long Wan merasa sangat dekat dengan ayah dan ibun
“Baiklah, aku akan bertarung dengan kalian semuanya!” Long Wan menghampiri klan bintang utara yang sedang bersiap siaga membentuk formasi menyerang. “Tidak usah sungkan, tuan. Keluarkan semua kepandaian yang sudah anda pelajari di ruangan rahasia istana giok naga!”“Begitupun dengan kalian, jangan menahan diri hanya karena aku putranya Pangeran Tang Han!” jawab Long Wan sambil tersenyum, sebetulnya dia juga sangat penasaran sejauh mana perkembangan ilmu silat dan tenaga dalanya setelah satu tahun ‘bertapa’ di ruangan rahasia bawah tanah.“Hiat!” Namra berteriak, sedetik kemudian ia dan kawan-kawannya menyerang Long Wan dari segala arah. Long Wan terkejut karena gerakan mereka sangat cepat dan bertenaga. “Ini bukan sekedar mengadu jurus, tapi benar-benar bertarung!” guman Long Wan sambil berkelit menghindari serangan klan bintang utara yang berjumlah lima orang itu.“Mengagumkan!” puji Namra, dia terkesima sekaligus bergembira karena putra majikannya kini memiliki ilmu silat yang
Long Wan berjalan menyusuri hamparan pasir gurun gobi yang gersang dan tandus, tidak lama lagi ia akan segera sampai di perbatasan. Sepanjang jalan ia terus merenungkan semua pengalaman yang sudah dilaluinya. Suka, duka dan kegetiran hidup membuatnya menjadi pemuda yang matang.Namun ada satu hal yang selalu mengganjal batinnya, yaitu nasib Lin Lin. Sumoinya itu sangat membenci dirinya gara-gara fitnah keji yang dituduhkan oleh seseorang. Dan akhirnya terungkap bahwa fitnah tersebut disulut oleh saudaranya sendiri, yaitu Tang Zhi.Tang Zhi sudah beberapakali menyamar dan mengganti identitas dirinya, bahkan dia juga sudah berkhianat kepada Pendeta To, lalu menyebarkan rumor tentang peta harta karun peninggalan Kerajaan Hua ke dunia persilatan. Hal itu mengakibatkan Kuil Rajawali diserang, dan yang memilukan guru serta teman-temannya tewas.“Lin Lin, kasihan sekali nasibmu”Terbayang lagi dalam benaknya kenangan masa-masa indah di Kuil Rajawali bersama dia dan kawan-kawannya. Lin Lin sa
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadany
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan