Semua mata memadang Arnawama, tapi tidak satu pun menaruh kebencian pada pria berambur putih itu karena wibawanya sangat tinggi, bahkan Raja Swarespati kadang menaruh sungkan pada mahapatihnya sendiri.
“Ada satu orang, dan kalian telah menyiakannya,” ujar Mahapatih Arnawama, pembawaannya sangat dingin dengan tatapan mata menyelidik.
“Katakan siapa orangnya!” pinta raja tanpa basa-basi.
“Dia pendekar kuat, penguasa elemen api amplifi tujuh, tidak satu pun pendekar Dwipa yang sanggup mengalahkan elemen apinya selain Datuk Lembu Sora, Anda pasti tahu siapa orangnya.”
Memikirkan ucapan mahapatih istana, Raja Swarespati duduk termenung, coba mengingat tahanan mana yang pernah dia sia-siakan. “Aku tidak tahu, cepat sebut namanya!”
“Ranu, pendekar yang kalian hina, lalu kalian bunuh tanpa alasan logis.”
Panglima Cakra Bumi, Pangeran Wayan, pemimpin pleton, dan para penasehat meneguk ludah
Kedatangan Datuk Lembu Sora selaku pemilik mustika cokelat sangat ditunggumurid Perguruan Tapak Iblis, termasuk ketua perguruan bernama Ki Andara. Dia adalah mantan murid kesayangan Datuk Lembu Sora yang diamanati langsung memegang perguruan milik kakek pria tua itu.“SIlakan, Datuk, kami sudah siapkan hidangan terbaik.”Ki Andara dan beberapa murid memanggil Datuk yang berarni bapak, mereka sudah seperti anak sendiri di mata Datuk Lembu Sora, lebih-lebih Ki Andara.Yatim piatu sejak kecil, Andara menghabiskan masa kecilnya dengan berlatih bersama Datuk Lembu Sora sampai usianya beranjak dua puluh tahun. Setelah itu, dia dipindah-latihkan ke Perguruan Pasir Putih untuk mengenyam teknik bertahan serta menguatkan tulang keringnya.Latihan di atas lumpur hisap berdampak banyak pada pertumbuhan energi Andara, dia berhasil menyabet gelar pendekar kahyangan akhir di usia 25 tahun, sebuah prestasi tersendiri bagi pendekar tanah Dwipa.&ldq
Lima hari berlalu, perseteruan antara Mangkualam dan Asoka tak kunjung selesai. Saptajaya berada di posisi serba salah, dia ingin membela Asoka, tapi rasanya tidak elok membiarkan tamu bertindak semena-mena.Di sisi lain, mahapatih juga tidak bisa membenarkan perilaku Mangkualam yang terus-menerus iri pada perlakuan paduka raja pada Asoka, sementara dia tidak mendapat perlakuan istimewa selama menjabat sebagai panglima.Solusi yang tepat adalah membiarkan Asoka pulang ke tanah Jawa mengingat sebentar lagi Turnamen Neraka Bumi kembali digelar setelah ditunda hampir satu bulan lamanya.“Kau sudah berkembang pesat, tiga gerakan dasar yang kuajarkan ternyata bisa kau kembangkan menjadi gerakan yang lebih efisien, tidak terlalu menguras energi. Baru kali ini aku bahagia memiliki murid sepertimu.” Saptajaya menepuk pundak Asoka seraya menunjukkan gigi-gigi putihnya.“Mohon maaf sebelumnya … tapi kalau boleh jujur, sebenarnya aku sudah m
Sebelum meninggalkan Ringin Anom, pemuda berkuncir lebih dulu mampir ke Perguruan Pasir Putih atas permintaan Saptajaya.Sempat diminta menunjukkan gerakan terbang di udara pada murid-murid Perguruan Pasir Putih, Asoka mengaku segan karena mereka sempat mengajarinya cara menjaga keseimbangan kaki di atas pasir hisap.“Tidak elok seorang murid menunjukkan kebolehan di hadapan gurunya sendiri.” Ucapan Asoka membuat semuanya tertegun.“Bukannya kau sudah menapaki tingkat pendekar naga awal, tapi kenapa kau tetap menganggap murid-murid perguruan sebagai gurumu?” Saptajaya keheranan, dia tidak habis pikir, pemuda sekuat Asoka masih mau merendahkan diri pada murid-murid perguruan.“Semua yang mengajariku adalah guruku, walau hanya satu gerakan, walau hanya satu tarikan nafas. Selayaknya aku harus menghormati mereka, sama halnya aku menghormati guru-guruku yang lain. Bapak telah menanamkan pikiran ini sejak aku berusia lima tahun.&r
Asoka terhenyak melihat pemukiman yang hancur akibat bombardir panah api. Di setiap jalan yang dia lalui, ada banyak sekali jasad berjatuhan, dibuang di atas batu, tidak dimakamkan secara manusiawi.“Karim, apa kau tahu siapa yang melakukan ini?” Pertanyaan Asoka tidak ditanggapi Karim, dia turun dari kuda, mencium bau darah dan mencari sisa-sisa pusaka yang digunakan untuk membantai orang-orang tidak bersalah ini.Ada serpihan pedang yang tertimbun beberapa tangan manusia, Karim menemukannya di dekat pohon beringin besar.“Bau anyir apa ini!” Karim mendengus kesal, dia menginjak-injak tanah, hingga tercebur ke sebuah parit yang cukup dalam.Isinya mayat semua!Asoka dan Kirom membantu Karim keluar dari parit, mereka tidak habis pikir, siapa gerangan yang melakukan perbuatan sekeji ini.Prajurit yang berjaga di perbatasan dimintai keterangan oleh Asoka, mereka ternyata tidak tahu apapun. Kejadian itu terjadi dalam sek
Hari esok tiba. Asoka bangun lebih dulu karena terik matahari menyengat tubuhnya. Lana Ari tidak sedikitpun terlihat lesu, dia tetap terbang seperti biasa, bunyi dengung sayapnya sungguh mengganggu sampai-sampai Gatra keluar dari tubuh Asoka hanya untuk memaki roh lebah itu. “Woi Tawon Gemulai! Bisa kau kecilkan suara kepak sayapmu, tidak? Aku tidak bisa tidur, Bodoh!” Asoka hanya tertawa melihat Gatra, namun si gagak merasa tidak nyaman dengan suara tawa pemuda berkuncir. “Matamu! Bangun tidur langsung tertawa, dasar orang gila!” “Kau yang gila, hanya karena kepak sayap saja tidak bisa tidur. Dasar gagak manja!” Perdebatan itu hanya dibalas senyuman oleh Lana Ari, dia perlahan turun dari ketinggian, menepi di dekat pintu keluar hutan bakau. Berbeda dengan Gatra, Lana Ari lebih pendiam dan suka menikmati suasana. Semua sifat roh mustika merupakan cerminan dari pemiliknya, dan karena itulah, Lana Ari lebih santai. “Kenap
Dua hari perjalanan dilewati, Asoka bersama beberapa pendekar utusan Lenong Panama menepi di tepian Selat Jawa, dekat dengan pelabuhan Purwo.Tidak ada kendala selama perjalanan berlangsung, mereka melewati selat yang tenang tanpa adanya arus atau ancaman dari siluman aliran hitam.“Lumba-lumba tadi kenapa membantu kita menyebrangi selat?” tanya seorang awak kapal. “Guru Lenong tidak memberitahu itu, apa ada hal yang membuat mereka sukarela mendorong kapal?”Asoka hanya diam.Sebenarnya pemuda itu tahu, lumba-lumba itu adalah jelmaan anak buah Ratu Kencana Sari, penguasa pantai Nusantara, yang diutus langsung mempercepat laju kapal.Datuk Lembu Sora sempat berpesan sebelum kapal berangkat, dia telah melakukan dialog khusus bersama Nyi Roro Kidul, minta agar surat kecil itu disampaikan pada Ratu Kencana Sari.Untungnya Ratu Kencana Sari mau diajak kerja sama.Tentu harga yang dirogoh tidaklah murah, Datuk Lembu
Purwo adalah kadipaten yang letaknya ada di ujung Tenggara pulau Jawa.Selama delapan tahun terakhir, kadipaten ini dipimpin seorang sakti bernama Lenong Panama, kebijakannya selalu membela rakyat, bahkan pedagang-pedagang Tiongkok tidak berani melakukan transaksi dengan pedagang lokal karena tegasnya kebijakan pria paruh baya itu.Dari semua kebijakan yang tertulis, ada tiga peraturan yang tidak boleh dilanggar masyarakat Purwo, terutama yang berkaitan dengan pribadi Lenong Panama.Aturan pertama, semua masyarakat Purwo tidak boleh memberitahu bahwa Lenong Panama adalah pemimpin kadipaten Purwo. Dan jika ada yang bertanya siapa pemimpinnya, mereka harus menyebut nama lain yang sudah disepakati.Aturan kedua, identitas Lenong Panama hanya diketahui oleh orang-orang Purwo saja, tidak lebih. Informasi tentang siapa sebenarnya Lenong Panama adalah rahasia mutlak warga Purwo dan Ikatan Pendekar Nusantara.Aturan ketiga, siapapun yang melanggar dua atur
“Jangan dibuka kalau keadaan benar-benar darurat. Ingat, Soka, kaki gunung Welirang, tempat itu yang harus kau jadikan acuan.”Ucapan Ki Langkir Pamanang terus terngiang dalam telinga Asoka, dia merasa ada yang aneh dengan bingkisan itu. Getaran yang dihasilkan terasa semakin kuat, bingkisan itu mulai condong ke sebuah tempat misterius di tengah hutan.“Pasti ada yang mengintaiku,” batin Asoka. “Fahma, tetaplah berdiri di belakangku, ada tiga orang bersembunyi di balik bebatuan goa.”Dua pedang melesat dari balik semak belukar.Asoka berhasil berkelit, tapi pelipisnya tergores. Dia merintih pelan saat melihat ada bercak darah yang mengalir melalui pipi, lalu menetes ke kerikil kecil di atas tanah.Fahma yang melihat itu, terketuk hatinya. Dia membuka ikatan hitam yang menutupi mata kiri, mengeluarkan sinar kebiruan yang langsung menjahit luka di pelipis kanan Asoka.“Apa yang kau lakukan? Ki Langkir