Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 136 - Ramuan Obat

Share

Ch. 136 - Ramuan Obat

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-16 17:11:16

Rumah Zei Yu ramai oleh perbincangan, tak ada yang memedulikan Han yang sampai tertidur pulas di tengah-tengah keributan mereka. 

Sekembalinya dari rumah, Tian Wei mengatakan dia menemukan kekacauan kediaman seorang prajurit terpandang. Terdengar pula kabar prajurit itu tewas dalam satu malam pembantaian termasuk dengan para pengawal dan juga pelayan-pelayannya. Tak ada yang tahu pasti siapa yang telah melakukan kejahatan keji seperti itu, tapi banyak orang-orang kota mengatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh Aliansi Pembunuh.

Selain merampok para pelaut dan kapal-kapal penumpang, Aliansi Pembunuh juga sering terlibat pembunuhan para budak-budak pemerintah seperti prajurit. Alasannya sendiri tidak ada yang mengetahui. Namun kematian prajurit kali ini cukup membuat Walikota serius menanggapinya. Baginya, keberadaan prajurit adalah hal terpenting di dalam Kota Goufu. Terbunuhnya salah satu prajurit elit seperti ini hanya akan membuat masyarakatnya ketakutan. Maka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 137 - Senjata yang Sama

    Berbagai tanaman obat direbus bersamaan, tapi ada begitu aroma yang tidak dikenali Zei Yu."Apa ini?""Obat untuk menyembuhkan luka luar.""Aku tidak pernah melihat yang seperti ini ..." Zei Yu mengambil sendok untuk mencicipinya, tapi Xiao Long langsung menghadang."Jangan sekarang. Ini masih beracun.""Hah?" Tak percaya, Zei Yu terperangah. Padahal Xiao Long bilang sendiri itu adalah obat, dan mengapa obat itu membawa racun di dalamnya. Itu sungguh tidak masuk akal, apalagi jika Xiao Long berniat memberikan racun itu padanya.Tanpa banyak basa-basi Xiao Long mengeluarkan bunga teratai hijau. Tanaman itu agak berbeda dari tanaman kebanyakan. Brguna untuk menetralisir racun hingga ke titik paling rendah. Dan obat-obatan yang dibuatnya itu adalah tanaman berbahaya yang biasanya tumbuh di sekitar pemakaman.Ada beberapa tanaman yang dapat menghisap energi spiritual sehingga mereka memiliki kandungan tersendiri. Bisa berbahay

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Pendekar Pedang Api    Ch. 138 - Dia itu Pengkhianat

    "Tapi benda sejenis itu hanya diproduksi di Kekaisaran Wei.""Cih," decih Han sambil tertawa miring."Duduk manis di sini dan habiskan waktu kalian untuk berbicara sampai berbusa.""Oi, bocah! Kau mau ke mana?"Tidak ada jawaban sama sekali hingga akhirnya Han menghilang dari pandangan mereka. Tian Wei mendecak gusar, Jun Shuiyang hanya bisa terpaku dan sisanya saling berpandangan."Aku akan menajamkan pedangku selagi mereka pergi. Apa pun informasi yang kalian dapatkan langsung beritahu. Kita belum tahu pasti bagaimana muka musuh kita. Entah hanya ikan teri atau justru hiu besar. Aku pergi dulu."*"Apa katamu?!"Suara gebrakan meja mengintimidasi Du Rong yang berdiri kaku. Gemetar mulai menguasai kedua tungkai kakinya. Dengan kepala menunduk ketakutan, Du Rong melanjutkan."Saya tidak bermaksud apa pun."Siapa pun yang berhadapan dengan prajurit berwajah besi seperti laki-laki di depannya a

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 139 - Kayu yang Terapung

    Membutuhkan waktu beberapa hari untuk melatih prajurit, terutama mereka yang mengaku belum pernah dilatih untuk bertarung di laut lepas.Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, beberapa kapal yang telah disiapkan bersender di pelabuhan Kota Goufu.Tangan kanan walikota Goufu berdiri di ujung pelabuhan. Kedua tangan dilipat ke belakang sambil memperhatikan jeli tiap-tiap barisan prajurit yang masuk ke kapal. Giring-giring dibarengi langkah kaki bersusulan. Meskipun dirinya berusaha untuk fokus di depan sana, akan tetapi lelaki itu tetap saja gelisah."Bagimu malam ini adalah malam pertaruhan, bukan?"Dia menoleh cepat, tiba-tiba mendapati Mata Jelaga sudah ada di sampingnya. Tentu saja hal itu sangat membuatnya terkejut. Dan lebih dari itu, pertanyaan tadi membuatnya tak habis pikir."Apa maksudnya?""Anda mempertaruhkan banyak prajurit demi melawan Gui Liang. Dan jika misi malam ini gagal, mungkin nama Anda bisa ikut tercor

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 140 - Sekawanan Bertopeng Serigala

    Apungan kayu muncul di atas permukaan air laut, bergerak mengikuti irama ombak kecil yang membawanya ke tepi laut. Badai telah lama berlalu, menyisakan garis-garis gelap di langit yang muram. Sedangkan awan gelap masih bergerak-gerak lamban, menyingkir menyisakan rintik gerimis yang perlahan menghilang.Misi menghancurkan Aliansi Pembunuh di Laut Terapung mulai menemukan titik buntu, mereka tak menemukan satu pulau pun yang terapung dalam jarak jauh sekalipun. Zei Yu yang berdiri di anjungan kapal mendecih, sejauh mata memandang masih nihil. Tak ada apa pun yang dapat dilihatnya selain laut luas yang terbentang jauh, tidak ada bayangan pegunungan atau sesuatu pun. Perairan laut Kota Goufu memang seluas yang dibicarakan orang-orang."Kita tidak bisa berlama-lama lagi, atau semua rencana akan kacau.""Melapor, Tuan. Kami baru saja menemukan satu tempat tak bertuan di sebelah timur."Zei Yu membalikkan badannya, berjalan di atas kapal sembari menengok ke arah yang dimaksud prajurit itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 141 - Pertarungan di Pulau Terapung

    Seculas senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. "Tujuan kita sama. Yang berbeda hanya siapa yang mati lebih dulu saja."Du Rong mengangkat pedangnya, diikuti Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning dan Tian Wei."Baiklah kalau begitu."Tiga detik berlalu, semua prajurit menahan napas masing-masing sebelum turun ke laut dangkal di bawah kapal. Di sana, detik pertarungan berdarah akan dimulai. Tak ada yang tahu mereka bisa kembali ke Goufu besok atau tidak. "Serang!!!"Bunyi cipratan air, gesekan pedang dan teriakan berontak mulai terdengar. Tak terduga, sebelum para prajurit sepenuhnya menapak di daratan Pulau Terapung suara ledakan terdengar. Beberapa yang mengawasi dari dalam kapal berteriak, memberitahu bahwa lumbung kapal pecah akibat bom peledak. Semakin lama, semakin terlihat jelas bahwa musuh sengaja mengurung mereka di kandangnya. Untuk dibunuh habis-habisan. Beberapa prajurit sempat menoleh mengetahui mereka tak bisa kembali ke Kota Goufu tanpa adanya kapal. Hanya dalam kurun wak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 142 - Angin yang Melewati Pepohonan Kering

    Sebuah gubuk hancur berkeping-keping di saat sambaran mengerikan datang. Pria yang sebelumnya berbicara dengan Du Rong, tubuhnya jauh lebih besar dari rekan-rekannya. Dengan tenaga yang besar, dalam satu terjangan saja satu gubuk hancur tak bersisa.Tian Wei membungkuk, membalik badan cepat dan menahan tusukan pedang dari arah belakang. Dibelokkannya pedang itu, membuat pedang musuh berakhir menancap di pepohonan.Tian Wei menyepak dada lawannya, tapi mengenaskannya tendangan itu sama sekali tidak membuat lelaki tersebut bergeser barang seujung kuku pun. Justru Tian Wei mendapatkan serangan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Tulang hidungnya seperti bergeser saat tinju mentah mendarat di wajahnya, Tian Wei terpental menghantam pohon. Lawan mengambil kembali pedang dan berniat menusuk Tian Wei bersama dengan pohon di belakangnya. Tian Wei sempat bergeser tapi tusukan itu tetap tembus di bahu kirinya."Ini adalah kekalahan mu. Kami akan memaafkan nyawamu jika kau mau menjadi mata-mat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 143 - Kau Kembali!

    Du Rong mundur berulang kali, pedang lawan mengenai dadanya. Meninggalkan robekan pada pakaiannya yang menunjukkan sayatan dalam. Lelaki itu berdiri, pedangnya menyentuh tanah. Dia terlihat seperti akan tumbang dalam beberapa detik lagi. Namun Du Rong menguatkan pijakan, terdengar teriakan dari mulutnya yang penuh oleh darah."Matilah kau!"Kakinya berlari cepat ke arah musuh, dia mengangkat kedua tangannya dan menebas apa pun yang berada di depan. Tapi serangan itu justru melukai dirinya sendiri. Lagi dan lagi, sayatan melintang menghiasi dadanya yang habis basah oleh darah.Laki-laki itu berlutut, pundaknya bergetar. Mulut Du Rong memuntahkan darah yang amat banyak. Lalu di detik selanjutnya dia tertelungkup tak sadarkan diri.'Lakukan segala cara untuk menghadapi sekawanan serigala yang licik. Meskipun harus menggores harga dirimu sebagai seorang petarung. Bertahan hidup dengan cara yang keji. Atau mati sia-sia di tanah yang dipijaki musuhmu. Pilihan itu ada di tanganmu.' Kalimat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 144 - Dewa Kematian dan Sang Pengkhianat

    Xiao Long menjepit pedang di antara siku tangannya, membersihkan bekas darah dari benda tersebut.Masih tak percaya nyawanya terselamatkan, Bao Ning sampai bergumam tanpa sadar."Mungkin dewa kematian lah yang datang menyelamatkan ku.""Kita harus segera mencari yang lain."Pandangan keduanya tertuju pada musuh yang berkeliling mengerubungi, hampir semuanya mengangkat senjata ke arah mereka. Jika seorang saja memulai perlawanan, Xiao Long yakin puluhan dari mereka akan langsung menyerang bersamaan.Bao Ning terlalu banyak mengeluarkan darah. Tubuhnya seakan-akan mati rasa oleh luka yang memenuhi sekujur tubuh. "Bertahanlah sebentar lagi. Bala bantuan mungkin akan datang. Semoga saja.""Apa maksudmu?" Suara Bao Ning terdengar serak akibat darah yang memenuhi kerongkongannya."Orang-orang kapal kami selamat. Mereka sedang bertolak ke Kota Goufu dan mungkin akan mengirimkan pasukan kembali."Laki-laki gempal itu mengangguk, dia juga berpikiran sama. Namun ada sedikit lega di hatinya saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status